WULUNG, SI PESAWAT TANPA AWAK





Kelak pesawat ini akan dilengkapi dengan senjata sehingga berfungsi sebagai penyerang

http://202.46.15.98/file/gallery/2013/05/puna.jpg
Tidak lama lagi Indonesia memiiiki skuadron udara tanpa awak atau unmanned aerial vehicle. Pesawat Udara Nirawak (PUNA) ini didesain dan dirumuskan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT). Sejak 2004, BPPT mengembangkan teknologi pesawat nirawak. Dalam tiga tahun terakhir pengembangan mereka lakukan secara konsorsium dengan Balitbang Kementerian Pertahanan.

Dalam proyek PUNA, PT Dirgantara Indonesia (DI) akan bertanggung jawab atas produksi pesawat dan Lembaga Elektronik Nasional (LEN) yang mengerjakan sistem komunikasi dan elektroniknya. Jenis Wulung, dipilih sebagai pesawat tanpa awak yang digarap PT DI. Calon pengguna pesawat ini sudah ada yaitu TNI Angkatan Udara.

Untuk tahap awal, PT DI akan memproduksi tiga unit. Nantinya, penempatan Wulung ada di wilayah perbatasan dengan negara lain. Dengan demikian, ini membantu mengurangi operasi personel tentara di sana. Kelebihan Wulung terletak pada jumlah muatan yang bisa diangkut. Jika dibandingkan dengan pesawat nirawak lainnya, seperti Alap-AIap dan Sriti, Wulung mempunyai badan yang lebih bongsor.

Bentang sayapnya saja mencapai enam meter. Bandingkan dengan Alap- Alap jenis Double Boom yang mempunyai bentang sayap 3,5 meter dan Sriti tiga meter. Rupanya ada alasan tersendiri mengapa TNI AU memilih jenis Wulung. Direktur Teknologi Industri Pertahanan Kementerian Pertahanan Darlis Pangaribuan mengatakan, ke depan Wulung memiiiki potensi dilengkapi senjata.

Wulung sesuai spesifikasi pesawat yang mampu mengangkat senjata yang merupakan jenis beban yang berat. Setelah proses produksi selesai, Angkatan Udara akan memakainya sebagai pesawat pemantau. "Tapi, kita juga berharap pesawat ini berfungsi sebagai alat untuk menyerang," kata Darlis menegaskan. Menurut dia, TNI AU menyediakan Rp 29 miliar untuk pembelian tiga pesawat Wulung.

Kementerian Pertahanan berharap kisaran jumlah produksi yang bakal mereka gunakan mencapai 16 hingga 24 unit.

Direktur Teknologi dan Produksi LEN Darman Mapangara mengatakan teknologi elektronik yang dibenamkan pada Wulung, ia sesuaikan dengan misi PUNA sebagai pemantau. Jadi, LEN menempatkan sistem pilot auto optical surveillance dan on board system untuk kendali terbang. Wulung juga memiliki mobile ground station sehingga data yang sedang diamati Wulung terpantau secara real time.

Di masa depan, PUNA jenis ini dapat menjalankan misi penyusupan maupun pengeboman. Tentu dengan menambahkan jenis teknologi lainnya. Kepala Program PUNA Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan BPPT Joko Purwono menyatakan hingga 2014, BPPT fokus pada pesawat pemantau sehingga muatan hanya untuk membawa kamera beserta perlengkapannya.

Kamera yang dipakai adalah kamera video yang diletakkan di rumah kamera. Ada dua jenis kamera yaitu daylight untuk siang hari dan clear (infra merah) sehingga tetap bisa melakukan fungsi pemantauan pada malam hari. Joko menyebutkan, permasalahan yang melekat pada Wulung adalah proses lepas landas dan pendaratan secara manual. “’Kami terus mengupayakan agar bisa lepas landas dan mendarat dengan menggunakan sistem autopilot,” kata Joko.

Direktur Teknologi dan Pengembangan Rekayasa PT DI Andi Alisjahbana M mengatakan, proses produksi Wulung akan segera berlangsung. Menurut dia, tahun ini pesawat harus sudah jadi Karena ini merupakan produksi pertama, ada banyak pekerjaan yang dilakukan, terutama mempersiapkan jig atau cetakan produksi dan proses sertifikasi.

Wulung menjadi produksi pesawat nirawak massal pertama di Indonesia. Andi mengatakan banyak UAV dibangun di Indonesia tapi sebagian besar hanya berupa prototipe dan konsep, belum barang produksi. Ia enggan menyebutkan kisaran harga untuk memproduksi Wulung. Ia hanya mengatakan produksi Indonesia jauh lebih murah dibanding beli dari luar negeri.

Spesifikasi Teknis PUNA Wulung
Tipe/konfigurasi Low Boom, High Wing, T-tail
Bentang sayap 6,34 meter
Berat kosong/struktur 60 kg
Berat muatan 25 kg
Berat lepas landas 130 kg
Kecepatan jelajah 55 knot (minimal)
Ketahanan terbang empat jam
Jarak jelajah 200 km
Ketinggian terbang 12.000 feet (maksimal)
Jarak lepas landas 300 meter
Pendaratan darat
Sistem propulsi mesin bensin 2 tak, maksimal 22 HP
Muatan kamera video/kamera digital
Sistem kendali manual/auto pilot/auto nav.

, , ,

0 komentar

Write Down Your Responses