3D Printing: Mengapa Industri Besar Sangat Tertarik dengan Teknologi Satu Ini ?
Industri mobil, industri rekayasa mesin (ibu dari industri lain), sampai industri pesawat jet (yang membutuhkan presisi tinggi) saat ini tengah berbondong-bondong untuk saling mendahului dalam penguasaan teknologi ini. Bagaimana tidak, jika berhasil menjadi master di bidang ini, siapapun akan mampu meningkatkan profitabilitas dan skalabilitas bisnisnya dengan sangat cepat, tidak lagi tahunan, namun bisa dalam hitungan bulan. Mengapa? Dengan teknologi 3D printing ini, (jika sebelumnya, dengan cepat dan dengan presisi tinggi), mereka mampu mengubah-ubah produksi parts/komponen mesin produksi mereka, sekarang, perkembangan teknologi terakhir, memproduksi produk jadi untuk konsumen akhir pun telah mampu dilakukan secara langsung oleh teknologi ini. Hal ini disebabkan telah matangnya pula teknologi material untuk produk akhir. Selain itu, jika beberapa tahun yang lalu, teknologi 3D printing baru mampu menghasilkan prototipe untuk 'cetakan' atau keperluan modeling produk akhir (dengan material semacam semen lunak/fiberglass/plastik polimer), namun saat ini teknologi cetak tiga dimensi telah mampu mengolah bahan yang bermacam-macam, cair dan padat (bahan cair akan dipadatkan terlebih dahulu), dan bahan tersebut telah mengandung warna, sehingga memungkinkan mereka untuk berinovasi dengan cepat di pasar secara langsung pada produk akhir. Banyak produsen sudah menggunakan pencetakan 3D untuk membuat prototipe komponen, karena lebih murah dan lebih fleksibel daripada membeli atau menyewa mesin yang hanya untuk memproduksi hanya satu atau dua item contoh. Tapi teknologi sekarang cukup baik untuk digunakan dalam membuat barang-barang produksi juga. Pada tanggal 20 November 2012 kemarin, anak perusahaan General Electric USA yakni GE Aviation menjadi berita hangat karena mengakusisi sebuah perusahaan kecil dengan 130 orang karyawan bernama Morris Technologies berbasis di Cincinnati Ohio. Morris Technologies menggunakan sejumlah mesin cetak 3D, yang semuanya bekerja dengan menggunakan deskripsi digital dari suatu obyek untuk dapat membangun dalam bentuk fisiknya, selapis demi selapis. Di antara teknologi cetak 3D yang digunakan oleh Morris Technologies adalah laser sintering. Tekniknya dengan cara menyebarkan lapisan tipis serbuk logam ke platform pembangun dan kemudian mengeringkan bahan dengan sinar laser. Proses ini diulang sampai obyek muncul. Sintering Laser mampu memproduksi segala macam bagian logam, termasuk komponen yang terbuat dari aerospace-grade titanium. Teknologi yang telah cukup matang ini lebih menghemat bahan (karena pendekatannya terbalik dengan produksi komponen konvensional) sekaligus, karena itu, bisa menghemat energi. Komponen hasil produksi mesin ini benar-benar dipakai sebagai komponen pesawat produksi General Electrik. Lebih dari 4000 pesawat jet pesanan akan diproduksi beberapa tahun ke depan. Produk Konsumer hasil Cetak 3D Salah satu sisi menarik dari 3D printing ini adalah kemampuan seseorang dalam membuat suatu produk dengan meniru atau reverse enginering produk lain. "Kopi Paste" produk bisa menjadi masalah baru bagi penegak hukum. Diawali dengan proses scanning model, menyimpannya sebagai file digital, dan kemudian mereproduksinya bisa dilakukan dengan cepat. Ingin lebih cepat? Di internet terdapat file digital siap pakai untuk memproduksi senjata! Ketika siapa saja bisa membuat senjata tiruan siap pakai seperti ini, ketika itulah aturan hukum mengenai kendali senjata oleh penegak hukum menjadi tidak berguna. Namun sisi gelap teknologi memang akan selalu ada. Anda tentu masih segar untuk mengingat printer kelas foto yang dipergunakan untuk mencetak uang palsu. Tetapi sisi terangnya tidak akan kalah menarik. Gambar Ilustrasi di sebelah kiri ini membuka mata kita mengenai kemungkinan terjadinya pola baru produksi barang-barang konsumer. Tidak perlu dibuat di pabrik, produsen cukup menjual desain, orang bisa mencetak sendiri :). Akibatnya? Karena produk tidak perlu dikirim secara fisik, maka biaya kirim tidak ada, Karena itu akan terjadi penghematan. Orang bisa berbagi file digital produk mereka yang mengakibatkan bab baru hukum hak cipta harus dibuat beberapa tahun lagi. Namun saat ini printer 3D ini masih menjadi rahasia dagang pabrikan besar. Belum akan menjadi fenomena konsumer secara umum. (Namun jika anda aktif mengikuti kickstarter, sudah mulai ada perintisnya) Courtesy Foto: http://www.gpiprototype.com/ |
0 komentar
Write Down Your Responses