Ban Ki moon dan Kekhawatiran atas Nuklir Korea Utara
Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki moon dalam pertemuannya dengan Shinzo Abe, perdana menteri Jepang menilai penggapaian Korea Utara terhadap teknologi nuklir tidak dapat diterima. Ban dalam pertemuannya dengan Abe mengharap Korea Utara bersikap sesuai dengan hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan.
Sementara itu, Abe dalam pertemuan tersebut tidak menyembunyikan kekhawatiran dirinya dan rakyat Jepang terkait senjata nuklir Korea Utara. Namun demikian Abe memanfaatkan pertemuan dengan Ban untuk menyinggung kembali isu penculikan warga Jepang oleh Korut di dekade 70-80 an. Ia mendesak sekjen PBB untuk menangani masalah ini.
Oleh karena itu, Abe menyatakan kesiapan pemerintahannya untuk berunding dan bekerjasama dengan organisasi penting dunia ini guna memperjelas kondisi warganya yang diculik Korea Utara.
Terkait apakah Jepang menganggap isu nuklir Korea Utara lebih penting dari masalah penculikan warganya oleh Pyongyang, masih diperlukan pembahasan dan analisa serius. Namun mayoritas pengamat mengatakan bahwa Tokyo lebih mengedepankan untuk mencegah kemajuan nuklir Pyongyang dan hal ini tidak mungkin terjadi kecuali Jepang mempertahankan dukungan masyarakat internasional demi mensukseskan tujuannya tersebut.
Seluruh perundingan, lobi dan upaya diplomasi di tingkat tinggi terus digelar membahas isu Korea Utara. Padahal Jepang, Korsel, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Singapura, Filipina serta sekutu keamanan Amerika lainnya di Asia menyadari dengan baik bahwa Pyongyang memiliki kemampuan teknologi nuklir yang tinggi. Negara-negara tersebut juga mengetahui bahwa Korea Utara sejak tahun 2006 hingga kini telah melakukan tiga kali uji coba nuklir bawah tanah dan seluruhnya berhasil dengan baik.
Dalam hal ini negara-negara yang selaras dengan Amerika menyadari bahwa Korut tidak sekedar terburu-buru melakukan uji coba nuklir bawah tanah, bahkan rudal-rudal jarak pendek dan jauhnya juga terus diuji coba. Selain itu, satelit riset Kwangmyŏngsŏng juga telah diluncurkan ke orbit. Poin ini juga tak boleh dilupakan bahwa langkah terbaru Korea Utara, bahkan telah melukai Cina sebagai sekutu dekat Pyongyang.
Namun Korea Utara menuding Amerika dan sekutunya terus melanjutkan kebijakan arogan dan permusuhan di Asia. Pyongyang mengklaim bahwa Amerika dan sekutunya di Asia sebagai penyebab utama instabilitas di Semenanjung Korea. Namun Washington dan negara pro kebijakan AS menandaskan, friksi di Semenanjung Korea semakin hebat selepas uji coba ketiga nuklir Korut pada 13 Februari 2013. Oleh karena itu, menurut mereka justru Pyongyang yang harus memberi jawaban atas kondisi ini.
Sejumlah pengamat politik meyakini, terlepas dari kebijakan dan langkah sepihak Korea Utara, Amerika serta sekutunya terkait krisis Semenanjung Korea, realitanya adalah Korut dalam mempertahankan kedaulatan nasional dan perbatasannya terpaksa memilih sistem pertahanan nuklir. Menurut para pengamat, jika Amerika jujur dalam bersikap maka Washington dapat merilis keputusan bagi negara ini dengan lebih adil.
Ini merupakan hal yang harus diwaspadai Ban Ki moon, terlepas dari berbagai isu dan pertimbangan yang meski dia ambil. (IRIB Indonesia/MF/NA)
0 komentar
Write Down Your Responses