RANCANG BANGUN PENDETEKSI POSISI BUS TRANSJAKARTA MENGGUNAKAN GELOMBANG RADIO
Sarana
transportasi TransJakarta Busway merupakan pelayanan umum masyarakat yang
sangat diutamakan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk mengatasi masalah
kemacetan. Akan tetapi pelayanan yang diberikan ternyata belumlah maksimal dari
segi jumlah angkutan maupun fasilitas – fasilitasnya.
Salah satu fasilitas yang
telah diterapkan di beberapa halte busway adalah Passanger Information System
untuk mengetahui posisi dan waktu kedatangan bus TransJakarta namun tidak
sesuai dengan yang diharapkan dan sistemnya terlalu kompleks. Berdasarkan latar
belakang tersebut, sebuah konsep yang lebih sederhana dapat dibuat untuk
meningkatkan kenyamanan dan kepuasan masyarakat dalam menggunakan fasilitas
busway.
Gagasan tersebut ialah rancang bangun dari pendeteksi posisi bus
TransJakarta dengan menggunakan gelombang radio yang akan memberitahukan posisi
bus dari setiap halte busway. Posisi bus dapat diketahui melalui LED yang
ditempatkan pada halte.
Bus Transjakarta / Busway telah
menjadi sarana transportasi yang sangat vital untuk para pengguna transportasi
umum di Kota Jakarta. Terdapat 10 koridor utama dengan ratusan shelter yang
mengangkut jutaan penumpang setiap harinya. Berbagai fasilitas disediakan oleh
pihak Transjakarta untuk meningkatkan layanan yang dapat memuaskan para
penumpang, baik yang berada di shelter bus ataupun di dalam bus Transjakarta.
Akan tetapi, penumpang bus masih merasa belum puas dikarenakan kedatangan bus
yang tidak teratur. Terkadang mereka harus menunggu berdiri berdesak-desakan,
padahal posisi bus masih jauh dari halte tempat mereka menunggu. Hal ini
selanjutnya dapat memicu kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
Sebuah layanan baru dapat
diterapkan untuk mengatasi masalah ini, dimana terdapat sistem yang akan
memberitahukan para penumpang bus tentang keberadaan / posisi busway dari halte
tempat mereka menunggu. Sistem ini dapat membuat penumpang yang menunggu tidak
perlu terburu-buru dan berdesak-desakkan apabila posisi bus masih jauh.
Penumpang TransJakarta dapat
menjelajahi antara satu koridor ke koridor lain. Hal ini dikarenakan terdapat
halte busway yang dijadikan halte transfer antar koridor tanpa perlu membeli
tiket lagi. Peningkatan fasilitas untuk para penumpang busway tentunya
dilakukan secara terus menerus oleh pihak TransJakarta. Salah satunya yang
terbaru adalah dengan memberikan Global Positioning System (GPS) yang
saat ini baru terpasang pada koridor I (Blok M – Kota) yang diberi nama Passanger
Information System (PIS).
Gambar 2. Passanger Information
System
Fungsi dari PIS ini layaknya GPS pada umumnya, namun dikhususkan untuk
para penumpang di halte busway agar dapat mengetahui posisi bus dari halte
tersebut. Pemasangan PIS ini dimaksudkan untuk memberikan informasi teraktual
mengenai posisi bus, kecepatan bus, jarak antar bus, dan kondisi jalur yang
dilalui. Pembangunan fasilitas PIS dilengkapi dengan perangkat Mobile Data
Terminal (MDT) yang diletakkan pada armada bus dan tampilan layar LCD pada
halte. TransJakarta bekerjasama dengan JICA (Japan International Cooperation
Agency) dalam pembuatannya.
Transmitter – Receiver TX/RX 2B
Pengiriman data pada rancang
bangun ini menggunakan set Transmitter-Receiver (Transceiver set) yang biasa
digunakan pada mainan remote control yaitu rangkaian transmitter menggunakan IC
TX-2B dan rangkaian receiver RX-2B. Fitur yang dimiliki oleh Transceiver set
ini adalah :
Tegangan aktif / Vcc 1.5~5.0 Volt
Arus stand-by yang rendah
TX-2B memiliki fitur auto power-off
Dapat dipasangkan dengan
berbagai komponen pendukung lain.
Transceiver set ini memiliki 5
kontrol yang dapat dikirimkan untuk menggerakkan mainan remote control, dimana
kontrol yang dimaksud adalah FORWARD, BACKWARD, RIGHT, LEFT, dan TURBO. Kelima
kontrol tersebut dikirimkan melalui perantara kabel ataupun gelombang radio
dengan frekuensi yang ditetapkan dalam bentuk Encoded Data. Encoded Data
berbentuk sebuah word yang tersusun dari 8 nilai bit, dimana word pada setiap
kontrol berbeda dan ada kontrol yang dapat digabungkan sehingga memiliki nilai
Encoded Data yang baru.
Gambar 3. IC TX-2B dan RX-2B
Transmitter TX-2B merupakan
rangkaian yang memiliki fungsi mengirimkan data berupa kontrol yang dipilih
pada pin kontrol IC TX-2B. Receiver RX-2B merupakan rangkaian yang memiliki
fungsi menerima data berupa kontrol yang dikirimkan oleh Transmitter TX-2B.
Pada receiver ini,
untuk setiap kontrol yang diterima, pin yang sesuai dengan
kontrol tersebut akan berubah nilai logikanya. IC ini dilengkapi 2 inverter
sehingga dapat disesuaikan dengan rangkaian output.
Mikrokontroler ATMega
8535
Mikrokontroler ATMEGA8535 termasuk dalam mikrokontroler keluarga AVR.
Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc Prosessor) merupakan salah
satu perkembangan produk mikroelektronika dari vendor Atmel. AVR merupakan
teknologi yang memiliki kemampuan baik dengan biaya ekonomis yang cukup
minimal.
Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua
instruksi dikemas dalam kode 16 bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi
dalam 1 (satu) siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12
siklus clock. Mikrokontroler AVR merupakan mikrokontroler dengan arsitektur
Harvard dimana antara kode program dan data disimpan dalam memori secara
terpisah. Umumnya arsitektur Harvard ini menyimpan kode program dalam memori
permanent atau semi permanent (non-volatile) sedangkan data disimpan dalam
memori tidak permanent (volatile).
Sehingga dengan arsitektur seperti ini tidak
memori program mikrokotroler menjadi lebih terlindungi dari spike tegangan dan
factor lingkungan lain yang dapat merusak kode program. Beberapa jenis AVR
memiliki memori flash, EEPROM dan SRAM yang semuanya terintegrasi dalam satu
IC, sehingga untuk aplikasi-aplikasi tertentu tidak akan memerlukan memori
ekternal.
Berikut ini adalah fitur-fitur yang dimiliki oleh ATMega 8535 :
130 macam instruksi, yang hamper semuanya dieksekusi dalam
satu siklus clock.
32 x 8-bit register serba guna.
Kecepatan mencapai 16 MIPS dengan clock 16 MHz.
8 KByte Flash Memori, yang memiliki fasilitas In-system
programming.
512 byte internal EEPROM.
512 byte SRAM.
Programming Lock, fasilitas untuk mengamankan kode program.
2 buah timer/ counter 8-bit dan 1 buah timer/ counter 16-
bit.
4 channel output PWM.
8 channel ADC 10-Bit.
Serial USART.
Master/ Slave SPI serial interface.
Serial TWI atau I2C.
On-Chip
Analog Comparator.
Modulasi
Pengiriman data yang digunakan pada
rancang bangun ini menggunakan gelombang radio yang dikirimkan dari transmitter
(pengirim) ke receiver (penerima). Data-data dikirimkan melalui udara dengan
frekuensi gelombang radio yang telah disesuaikan antara pengirim dan penerima.
Frekuensi yang digunakan termasuk dalam kategori VHF (Very High Frequency)
yaitu 27 MHz dan 40 MHz. Pengiriman data melalui gelombang radio ini
menggunakan teknik modulasi data dari transmitter TX-2B dan akan di demodulasi
pada RX-2B.
Modulasi
adalah proses perubahan (varying) suatu gelombang periodik sehingga menjadikan
suatu sinyal mampu membawa suatu informasi.
Dengan proses modulasi, suatu informasi (biasanya
berfrekuensi rendah) bisa dimasukkan ke dalam suatu gelombang pembawa yang
umumnya berupa gelombang sinus dengan frekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter
kunci pada suatu gelombang sinusiodal yaitu amplitudo, fase, dan frekuensi.
Ketiga parameter tersebut diubah sesuai dengan sinyal informasi untuk membentuk
sinyal termodulasi.
Peralatan untuk proses modulasi disebut modulator,
sedangkan peralatan untuk menerima dan mengembalikan menjadi informasi awal
pada penerima disebut dengan demodulator. Terdapat dua jenis modulasi, yaitu
modulasi analog dan digital. Dalam modulasi analog, proses modulasi merupakan
respon atas informasi sinyal analog.
Teknik umum yang dipakai dalam modulasi
analog :
a.
Modulasi berdasarkan ketinggian
Ø Modulasi Fase (Phase Modulation / PM)
Ø Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation / FM)
b.
Modulasi Amplitudo
Ø Double-sideband modulation with unsuppresed carrier
Ø Double sideband suppresed-carrier transmission
Ø Double sideband reduced carrier transmission
Ø Single sideband modulation
Ø Vestigial-sideband modulation
Ø Quadrature
amplitude modulation
Modulasi digital merupakan
proses penumpangan sinyal digital ke dalam sinyal carrier. Modulasi sebetulnya
adalah proses pengubahan karakteristik dan sifat gelombang pembawa (carrier)
dari penghasil data sehingga dibentuk menjadi gelombang pembawa termodulasi (modulated
carrier) yang memiliki ciri-ciri bit 1 dan 0 didalamnya. Dengan mengamati modulated
carrier-nya, dapat diketahui urutan bit-nya disertai clock. Melalui
proses modulasi digital ini, sinyal-sinyal digital setiap tingkatan dapat
dikirim ke dan diterima oleh penerima dengan baik. Pada dasarnya, terdapat 3
metode modulasi digital, yaitu :
a.
Amplitude Shift Keying (ASK)
b.
Frequency Shift Keying (FSK)
c. Phase Shift Keying (PSK)
PERANCANGAN SISTEM
Cara
Kerja Sistem “Rancang Bangun
Pendeteksi Posisi Bus Transjakarta Menggunakan Geombang Radio” adalah
sebuah konsep yang berbentuk sebuah trek dari busway Transjakarta dalam bentuk
miniatur di mana terdapat Bus dan Halte Busway, serta 2 Pos posisi untuk
memberitahukan posisi bus dari halte. Kedua pos diletakkan pada jarak tertentu
dari halte secara berurut. Setiap objek memiliki perangkat gelombang radio
yaitu :
Bus memiliki Transmitter 27 MHz,
Pos Posisi 1 dan 2 memiliki Receiver 27 MHz dan Transmitter 40 MHz,
Halte memiliki Recceiver 27
MHz dan 40 MHz
Konsep rancang bangun ini
dibuat dengan pos posisi dan halte ditempatkan pada jarak tertentu dan bersifat
statis. Sedangkan bus bergerak
dari
jarak terjauh menuju ke halte. Secara umum urutannya adalah :
1.
Bus menuju ke halte, dimana sepanjang jalur terdapat pos posisi dengan jarak
yang telah disesuaikan.
2.
Bus bergerak menuju area terjauh dari halte yaitu pos posisi 1.
3.
Bus mengirimkan data keberadaan ke pos. selanjutnya pos posisi mengirimkan
konfirmasi keberadaan bus ke halte.
4.
Halte menerima data dari pos 1, kemudian menampilkan output bahwa bus sedang di
area terjauh.
5.
Bus selanjutnya bergerak ke area selanjutnya, yaitu pos posisi 2.
6.
Sama seperti pada pos posisi 1, posisi 2 mengirimkan data, diterima oleh halte
dan dimunculkan outputnya.
7. Bus tiba di halte.
Gambar 3. Cara Kera Rancang
Bangun
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian akan dilakukan terhadap sistem
pengirman dan penerimaan data antara Transmitter dan Receiver yang dimiliki
oleh masing-masing objek dalam rancang bangun.
Pengujian Modulasi
Data yang dikirimkan dari
transmitter menuju receiver pada tiap perangkat mengalami proses modulasi,
yaitu memasukkan data ke dalam sinyal gelombang radio transmitter. Receiver
yang menerima sinyal termodulasi ini kemudian akan menerima serta melakukan
demodulasi sehingga data tersebut dapat menghasilkan output yang sesuai.
Modulasi dilakukan untuk menggabungkan data dengan sinyal carrier yang
dihasilkan dari pembangkit frekuensi yang dimiliki oleh perangkat transmitter.
Bentuk modulasi yang digunakan pada perangkat tersebut dapat diketahui dengan
melihat tampilan gelombang dari oscilloscope saat transmitter mengirim data.
Kondisi pertama yang diuji dan selanjutnya akan dijadikan acuan adalah saat
perangkat transmitter dinyalakan, namun tidak mengirimkan data.
Gambar 4. Tampilan Oscilloscope
saat Tidak Ada Pengiriman Data Selanjutnya oscilloscope akan digunakan untuk
melihat gelombang sinyal carrier yang dimiliki oleh perangkat transmitter.
Gelombang sinyal carrier ini juga dapat memberikan informasi frekuensi
gelombang yang digunakan.
Gambar 5.
Tampilan Oscilloscope dari Sinyal Carrier
Hasil pengujian menunjukkan
gelombang sinus yang kontinu dengan menggunakan skala 2 V/Div (sumbu X) dan 0.1
s/Div (sumbu Y). Untuk mengetahui frekuensi yang digunakan, maka harus
diketahui dahulu perioda dari sinyal ini. Pada gambar dapat diketahui untuk
terjadinya satu gelombang, waktu yang dibutuhkan adalah kurang dari 2 garis
pada sumbu X. Dengan skala 0.1 s/Div maka dapat diperkirakan : Time = (< 2) of 5
bar from 1 Div (dibulatkan = 2 bar) T = 2/5 * 0.1 = 0.04 s f = 1/T = 1 / (0.04
* 10^-6) = 1 * 10^8 / 4 = 25000000 Hz = 25 MHz Frekuensi yang diperkirakan adalah 25 MHz.
Namun nilai ini tidak
mutlak, dikarenakan nilai dari perioda adalah kurang dari 2 bar ( < 0.04
s). Sebagai catatan, perangkat transmitter yang digunakan pada percobaan ini
tercatat memiliki frekuensi 27 MHz. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan
bahwa frekuensi dari sinyal carrier telah diuji mendekati nilai 27
MHz.Selanjutnya adalah menguji output gelombang yang telah disisipkan data / termodulasi.
Gambar 6. Tampilan Oscilloscope
dari Output saat Pengiriman Data
Setelah dilakukan pengubahan skala, barulah
terlihat terjadi perubahan bentuk dari gelombang. Perubahan bentuk yang
dimaksud adalah muncul hilangnya amplitudo. Modulasi yang paling menyerupai
bentuk perubahan gelombang ini adalah modulasi ASK, dimana data digital dalam
bentuk digit 1 dan 0 disimbolkan dengan muncul hilangnya amplitudo.
Pengujian
Berdasarkan Posisi Bus
Pada keadaan awal, bus tidak berada dalam area
jangkauan deteksi dari semua perangkat penerima. Dalam keadaan ini, rangkaian
LED pada halte tidak ada yang menyala.
Gambar 7. Kondisi LED
pada
Halte saat Tidak Ada Bus Bus kemudian datang menuju pos posisi 1, yang
menyebabkan receiver pada pos tersebut dapat menjangkau data yang dikirimkan
dari bus. Aktifnya receiver menyebabkan transmitter pada pos ini ikut aktif dan
mengirimkan data baru ke halte. Data baru ini diterima oleh receiver pada halte
dan mengubah nilai logika pada pin yang terhubung dan menyebabkan LED Area Posisi
1 menyala.
Gambar 8. Bus di Area Jangkauan
Pos Posisi 1 dan Kondisi LED pada Halte
Setelah
melalui pos posisi 1, bus akan menuju ke arah pos posisi 2. Pada jarak
tertentu, kedua pos ini secara bersamaan mendapatkan data dari bus. Hal ini
menyebabkan pergerakkan nyala LED secara bergantian. Ketika bus sudah tidak
lagi masuk dalam jangkauan dari pos posisi 1 dan pada area jangkauan dari pos
posisi 2, maka LED yang menyala hanyalah LED Area Posisi 2.
Gambar 9. Bus di Area Jangkauan
Pos Posisi 2 dan Kondisi LED pada Halte Bus pada akhirnya akan masuk ke area
jangkauan halte. Dalam keadaan ini LED Area Halte akan menyala.
Gambar 10. Bus di Area
Jangkauan Halte dan Kondisi LED pada Halte
KESIMPULAN
Rancang bangun pendeteksi bus
ini dibuat dengan tujuan memberikan gagasan konsep berupa layanan informasi
keberadaan bus transjakarta kepada penumpang yang sedang menunggu bus di halte.
Untuk mengetahui keberadaan bus, transmitter data diletakkan di dalam bus yang
secara terus-menerus mengirimkan data. Sepanjang jalur busway, terdapat
beberapa pos posisi yang memiliki receiver untuk data yang dikirim oleh bus.
Pos posisi ini akan mengirimkan informasi ke halte terdekat apabila bus telah
berada di area pos tersebut untuk kemudian akan ada sebuah tampilan keberadaan
bus di halte.
Hasil pengujian alat ini
menunjukkan bahwa sistem pengiriman data serta pemberi informasi keberadaan
bus dapat bekerja secara baik. Akan tetapi, masih memiliki kelemahan dalam hal
jarak pengiriman data. Untuk menutupi kelemahan ini, dalam pembuatan sistem
selanjutnya sebaiknya menggunakan perangkat transmitter-receiver yang memiliki
jangkauan yang lebih luas dan stabil
sumber = yudha ardian
0 komentar
Write Down Your Responses