Sekretaris Utama Lapan menjelaskan bahwa N219 merupakan pesawat berpenumpang 19 orang. Pesawat yang tidak berukuran besar ini memiliki potensi yang besar untuk digunakan di wilayah kepulauan Indonesia.
Hal ini disebabkan, pesawat ini dapat menggunakan landasan udara yang kecil dengan demikian dapat menjadi alat transportasi yang sesuai bagi daerah-daerah yang tidak memiliki bandar udara.
Pengembangan N219 dilatarbelakangi oleh tugas Lapan dalam bidang penelitian, pengembangan, dan perekayasaan penerbangan serta pemanfaatannya. Sri Kaloka mengatakan, selain itu pesawat ini dibangun terkait dengan Lampiran Perpres 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional dalam kelompok industri kedirgantaraan. Dalam naskah tersebut, Lapan bertugas sebagai pusat research and development produk kedirgantaraan.
Kebijakan jangka menengah industri kedirgantaraan dalam lampiran perpres tersebut juga mencakup pengembangan pesawat berpenumpang 30 orang. Pesawat ini berpotensi sebagai alat pemersatu bangsa karena selain menjadi alat transportasi juga akan menghubungkan ribuan pulau-pulau kecil di Indonesia.
Program pengembangan pesawat N219 juga terkait dengan strategi utama Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI). Sri Kaloka mengatakan, program tersebut akan mengembangkan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi. Selain itu, N219 juga terkait dengan upaya penguatan konektivitas nasional serta penguatan kemampuan SDM dan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional.
"Keberadaan pesawat perintis akan sangat membantu percepatan pembangunan khususnya di bidang ekonomi masyarakat pedalaman yang sama sekali belum terjangkau oleh transportasi darat ataupun laut," ujarnya.
Forum Sekretaris Utama tersebut dihadiri antara lain oleh Sekretaris Menristek dan para Sekretaris Utama dari LPNK Kementerian Riset dan Teknologi.
● LAPAN
0 komentar
Write Down Your Responses