Tender untuk pengadaan pesawat pengganti F5 Tiger telah selesai, diantara 4 kandidat yang bersaing telah dipilih salah satunya. Pesawat tempur SAAB Gripen NG dari Swedia telah dipilih menyisihkan 3 pesaing utamanya, yaitu Eurofighter Thypoon, Rafale dan F16 Blok 60. Dipilihnya Gripen NG ini bukan hanya karena paling murah biaya pengopersiannya saja tetapi juga dikarenakan sudah disertai TOT penuh, yang dimasa mendatang akan mampu memproduksi pesawat ini sendiri dan mengembangkan proyek IFX hasil kerjasama dengan Korea Selatan. Selain itu masih mendapat paket tambahan berupa pelatihan, simulator, 8 AEW, suku cadang dan sistem pengintegrasiannya.
Pembelian Gripen NG ini dikhususkan untuk mengatasi ancaman dari selatan yaitu Australia, mengingat semakin bertambahnya pasukan AS yang ditempatkan di Pulau Cocos dan Pulau Christmas yang merupakan pangkalan bersama Australia dan Amerika Serikat.
Jumlah yang telah disepakati adalah 44 buah, yang akan dibagi menjadi 2 skuadron besar (22 pesawat), dimana pengiriman batch pertama adalah tahun 2015. Lamanya waktu pengirimannya ini dikarenakan adanya pesanan 'khusus' dari Indonesia yang berbeda dari Gripen NG aslinya, baik jeroannya maupun persenjataannya. Namun pada tahun ini juga akan datang 10 Grippen dari AU Swedia dengan status pinjam pakai yang akan dikembalikan ketika Grippen NG telah datang 1 Ska.
Gripen Next Generation
Gripen Next generation yang ditawarkan Swedia sebenarnya termasuk pesawat generasi 4.5 ++. Dimana pesawat sudah dilengkapi radar AESA SELEX Galielo, salah satu kelebihan radar AESA adalah sulit di-jamming dan memiliki pancaran radar yang lebih luas untuk menangkap obyek baik di permukaan maupun di udara.
Gripen Next generation yang ditawarkan Swedia sebenarnya termasuk pesawat generasi 4.5 ++. Dimana pesawat sudah dilengkapi radar AESA SELEX Galielo, salah satu kelebihan radar AESA adalah sulit di-jamming dan memiliki pancaran radar yang lebih luas untuk menangkap obyek baik di permukaan maupun di udara.
Salah satu kelebihan lain Gripen adalah bisa membagi deteksi radar mereka . Jadi 4 pesawat bisa saling membagi data, melalui datalink mereka dalam patroli sehingga menjadi seperti mini AWACS dalam suatu patroli rutin. Tentu saja ini suatu keuntungan besar bagi Negara yang luas seperti Indonesia.
Selain memiliki kemampuan di atas , adalah daya angkut senjata Gripen NG yang mampu menggotong sebesar 6 ton seperti list di foto bawah ini
Keunggulan dalam membawa senjata selain mampu membawa rudal AAM jarak pendek dan jarak jauh pesawat ini mampu berperan sebagai pesawat serang maritim dengan membawa 2 RBS-15 yang berjarak jangkau 250 km. Seperti yang kita ketahui sekalipun kita adalah negara maritim namun selama 45 tahun sejak Orde Baru TNI AU tidak memiliki pesawat berkemampuan serang maritim seperti Tu-16KS dan Il-28T yang pernah dimiliki TNI di tahun 60-an. Saat ini baru Su-30MK saja yang dilengkapi dengan kemampuan secara terbatas.
Dan yang paling menarik dari Gripen NG adalah biaya perawatannya yang diklaim paling murah dibanding pesawat sekelasnya, setelah 4 tahun mengoperasikan Gripen C/D , Thailand mengaku sangat puas akan kinerja pesawat ini, karena biaya operasional yang sangat murah diklaim separuh dari F-16A/B milik Thailand.
Cost per Flying Hour atau biaya terbang per jam adalah patokan untuk urusan perawatan pesawat , komponen yang dihitung biasanya adalah suku cadang, BBM dan gaji operator yang meliputi pilot dan kru darat. Biaya perawatan yang murah ini mendorong India dan Brazil untuk mempertimbangkan Gripen kembali, sekalipun di awalnya keduanya tertartik kepada Rafale dan Super Hornet , apalagi saat ini semakin banyak komponennya yang bisa diproduksi sendiri seperti yang diinginkan Brazil dan India.
Selain keunggulan di atas, Gripen NG juga memiliki jarak tempuh sejauh1.300 km dan bisa didukung dengan KC-130B Hercules TNI-AU karena memiliki system IFR probe seperti yang dimilki Sukhoi Su-30 Flanker dan Hawk 200. Dan paling terakhir adalah kemampuan STOL (short take off landing)-nya, yakni dapat mendarat di landasan pendek, sehingga ia bisa dioperasikan dari seluruh landasan udara di Indonesia.
Keunggulan Gripen NG dan Transfer Teknologinya Bagi Indonesia
Melihat keunggulan yang ditawarkan ke Swiss, Thailand dan Brazil, maka tak ragu mengenai keunggulan offset dan kerjasama yang ditawarkan Gripen NG nantinya akan memiliki dampak signifikan bagi BUMNIS Indonesia, terutama bagi PT DI dan PT LEN yang tentunya akan memperoleh teknologi yang akan dikembangkan tidak sedikit, melainkan akan menjadi suatu loncatan besar ke depan bagi industri kita. Bisa menyediakan perawatan dan memiliki kemampuan ekspor komponen pesawat tempur tentulah banyak dicita-citakan oleh teknokrat kita. Selain itu jika kita membeli system Erieye seperti yang dimiliki Thailand, maka system ini bias dipasang di CN-235 yang diproduksi PT DI.
Melihat keunggulan yang ditawarkan ke Swiss, Thailand dan Brazil, maka tak ragu mengenai keunggulan offset dan kerjasama yang ditawarkan Gripen NG nantinya akan memiliki dampak signifikan bagi BUMNIS Indonesia, terutama bagi PT DI dan PT LEN yang tentunya akan memperoleh teknologi yang akan dikembangkan tidak sedikit, melainkan akan menjadi suatu loncatan besar ke depan bagi industri kita. Bisa menyediakan perawatan dan memiliki kemampuan ekspor komponen pesawat tempur tentulah banyak dicita-citakan oleh teknokrat kita. Selain itu jika kita membeli system Erieye seperti yang dimiliki Thailand, maka system ini bias dipasang di CN-235 yang diproduksi PT DI.
Dan yang kedua tentunyalah kita tidak rugi mengoperasikan alutsista yang serba bisa ini untuk saling mengisi dengan armada Flanker kita karena kemampuanya yang besar seperti yang disebutkan di atas mampu berperan sebagai mini AWACS, misi serang maritim, serang darat dan patroli udara. Tentunya ini suatu kemajuanbesar bagi pertahana negeri ini. Ibaratnya sekali dayung dua tiga pulau terlampaui karena kita memiliki alutsista canggih, memiliki kemampuan bekerjasa di bidang AEW yang dipasang di CN-235 dan bisa ditawarkan di pasaran ekspor dengan menggandeng SAAB, kemampuan merawat Gripen dan menjadi partner SAAB, serta menjadi produsesn komponen Gripen NG untuk diekspor bagi negara calon pemakainya.
Pengganti F-5 E/F Tiger II TNI AU
Seiring menuanya usia pakai jet tempur TNI AU, modernisasi menjadi program yang wajib dilakukan. Bila A-4E Skyhawk telah digantikan oleh Hawk 200, kemudian jet latih lanjut Hawk MK53 digantikan oleh T-50i Golden Eagle, lantas bagaimana dengan nasib F-5E/F Tiger II yang ada di skadron 14? Dari segi usia pakai, jet tempur bermesin ganda ini memang masih bisa digunakan hingga tahun 2020. Tapi disisi lain, teknologi dan update sistem senjatanya sudah ketinggalan. Shelter F-5 pun tengah disiapkan di museum Dirgantara – Yogyakarta, menyiratkan bahwa sang Macam tak lama lagi memang akan masuk masa pensiun.
Seiring menuanya usia pakai jet tempur TNI AU, modernisasi menjadi program yang wajib dilakukan. Bila A-4E Skyhawk telah digantikan oleh Hawk 200, kemudian jet latih lanjut Hawk MK53 digantikan oleh T-50i Golden Eagle, lantas bagaimana dengan nasib F-5E/F Tiger II yang ada di skadron 14? Dari segi usia pakai, jet tempur bermesin ganda ini memang masih bisa digunakan hingga tahun 2020. Tapi disisi lain, teknologi dan update sistem senjatanya sudah ketinggalan. Shelter F-5 pun tengah disiapkan di museum Dirgantara – Yogyakarta, menyiratkan bahwa sang Macam tak lama lagi memang akan masuk masa pensiun.
Melihat kehandalan yang ditawarkan Gripen, terutama pada contoh kasus di Thailand, maka akan sangat ideal bila jet asal Swedia ini dapat dicanangkan sebagai pengganti F-5E/F Tiger II. Dengan segala keunggulannya yang telah diulas, rasanya Gripen layak menjadi jet tempur garis depan untuk TNI AU.
November 13, 2014 at 9:56 AM
daya jangkau terbangnya berapa lama/jam dan KM?..bermesin tunggal sementar aIFX bermesin ganda..bgm merubah mesin tunggal ke ganda dalam rancang bangunnya?
March 18, 2015 at 12:55 PM
Pesawat Grippen bagus
March 18, 2015 at 12:55 PM
Pesawat Gripen memang cocok untuk Indonesia, komentar balasan ya ke blog saya www.goocap.com
July 14, 2016 at 6:39 PM
serius kah Gripen dah di beli TNI ?