Para ilmuwan akan mempelajari badai besar tersebut dengan mengumpulkan informasi tentang badai di Bumi, yang ditimbulkan dari air laut hangat. Meskipun tidak ada air dekat di lapisan atmosfer Saturnus, tapi badai Saturnus menggunakan uap air. Hal tersebut mengabarkan kepada para ilmuwan tentang bagaimana badai terestrial yang dihasilkan dan berkelanjutan.

Kedua badai baik yang terjadi di darat (Bumi) dan kutub utara Saturnus, kedua-dua pusaran itu memiliki mata sentral dengan tidak ada awan atau awan sangat rendah. Kedua badai tersebut mempunyai karakteristik yang serupa yaitu berputar berlawanan dengan arah jarum jam, terbentuk dari evaporasi air. Dimana bagian tengahnya terlihat seperti mata dengan intensitas awan yang sedikit.

Namun perbedaan utamanya adalah badai Saturnus memiliki putaran yang jauh lebih besar dan sangat cepat daripada badai yang terjadi di Bumi.

Di Saturnus, angin bertiup empat kali lebih cepat dari kekuatan angin badai di Bumi. Tidak seperti badai terestrial, yang cenderung bergerak, badai Saturnus terkunci ke kutub utara planet.

Di Bumi, badai cenderung bergerak ke utara karena gaya yang bekerja pada pusaran cepat angin sebagai planet berputar. Sedangkan di Saturnus tidak melayang dan tidak bergerak ke utara.

"Badai kutub memiliki tempat lain untuk pergi, dan itulah mengapa badai terjebak di kutub," kata anggota tim pencitraan Cassini  dari Universitas Hampton, Kunio Sayanagi.

Pada tahun 2004, Cassini tidak dapat mendapatkan gambar dari kutub utara Planet Saturnus karena saat itu mengalami musim dingin. Cassini pun berhasil mendapatkan gambar tersebut berkat pengubahan jalur yang dilakukan sekali dalam beberapa tahun.(*)