Pesawat terbang produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero) ternyata dibutuhkan dan diincar oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Pasca melakukan ASEAN Roadshow dari tanggal 22-31 Mei 2013 ke 6 negara Asia Tenggara, pesawat terbang tipe CN235,
NC212 dan CN295 versi sipil dan militer yang diproduksi di Bandung Jawa Barat tersebut masuk daftar pesawat yang telah dan akan digunakan oleh beberapa negara.
Direktur Niaga dan Restrukturisasi Dirgantara Indonesia Budiman Saleh menjelaskan, saat kunjungan ke Filipina, terdapat kebutuhan pengadaan program pesawat berbadan kecil dan sedang seperti Light Lift Aircraft NC212/NC212i military transport dan rencana pengadaan program Long Range Patrol Aircraft CN235 Anti Submarine Warfare (ASW). Filipina juga melirik pesawat versi terbaru Dirgantara Indonesia yakni CN 295.
"Sebagai catatan, PTDI sudah memiliki pengalaman memproduksi 20 unit Maritime Surveillance Aircraft (MSA), Maritime Patrol Aircraft (MPA) dan Anti Submarine Warfae (ASW) dengan menggunakan platform CN235. Pengadaan kedua jenis pesawat di atas sudah dipilih oleh user untuk menggunakan skema G2G antar pemerintah Pilipina dan Indonesia. Rencana pengadaan program Medium Lift Aircraft CN295. Diharapkan ketiga program tersebut dapat dilaksanakan secepatnya," ucap Budiman kepada detikFinance, Selasa (4/6/2013).
Untuk Brunei Darusalam yang masuk daftar ASEAN Roadshow 2013, Dirgantara Indonesia melihat adanya potensi kebutuhan pesawat militer berukuran sedang.
"Brunei sudah mengoperasikan 1 unit Military Transport CN235 dari PTDI ke RBAF. Product support berjalan dengan baik dengan diimplementasikannya Basic Order Agreement. Terdapat kebutuhan akan Medium Transport Aircraft CN235/CN295 dan CN235/CN295 Maritime Patrol Aircraft," ujarnya
Di Vietnam, ternyata telah menggunakan pesawat produksi aviliasi perusahaan Dirgantara Indonesia yakni Airbus Military (AM). Pesawat yang yang telah digunakan yakni tipe C212 dan CN 295. Namun Budiman mengakui masih ada kebutuhan pesawat tipe C212.
"Sudah terjual 3 unit Military Transport C212 dari AM (Airbus Military) di tahun 2008, 2 unit sudah didelivery dari AM. Sudah terjual 5 unit Medium Transport Aircraft CN295 di tahun 2009 antara AM dan pemerintah Vietnam.
Namun hingga kini kontrak belum efektif dan jumlah berkurang menjadi 3 unit. Terdapat kebutuhan akan Maritime Surveillance C212 untuk Vietnam Marine Police," tambahnya.
Di Myanmar, Budiman mengatakan pihak Angkatan Udara di sana sedang merancang program pengadaan satu skuadron pesawat C212-400 Short Range Aircraft. Angkatan Udara Myanmar juga berminat membeli pesawat CN235-220 Medium Range Aircraft konfigurasi Maritime Patrol Aircraft. Namun ada kendala mengenai embargo terhadap militer Myanmar.
"Permasalahan utama saat ini adalah Myanmar masih dalam status embargo oleh negara-negara Amerika dan Eropa. Beberapa supplier sudah menyatakan tidak dapat mensupply komponen pesawat (engine, propeler, avionics, dll) apa bila pesawatnya digunakan oleh Myanmar Air Force (Angkatan Udara Myanmar)," sebutnya.
Untuk Thailand, Budiman menyebutkan negari gajah putih ini telah menggunakan pesawat C212 dan CN235 produksi Dirgantara Indonesia dan AM. Namun otoritas Thailand berencana mendatangkan pesawat tipe CN235 dan CN295.
"PTDI sedang menggarap kebutuhan 1 unit CN235 untuk Royal Thai Police (RTP) Law Enforcement dan VIP transport. Terdapat kebutuhan pengganti G222 (pendahulu pesawat C27J) Medium Transport Aircraft dengan CN295 untuk Air Force dan kebutuhan Anti Submarine Warfare CN295 ASW untuk Navy," katanya.
Terakhir, saat Roadshow ke Malaysia, terdapat kebutuhan pengadaan pesawat CN295 dan peningkatan sistem pesawat CN235. Budiman juga menjelaskan saat ini Malaysia telah mengoperasikan 8 unit CN235 versi militer dan VVIP buatan Dirgantara Indonesia.
"Pemesanan Up-grade Avionics Systems pada 6 unit CN235 sedang diproses di TUDM untuk tahun anggaran 2013. Ada rencana untuk mengkonversi 2 unit Military Transport tersebut menjadi Maritime Patrol.
Ada rencana pengadaan 2 unit CN295 dengan konfigurasi Anti Submarine Warfare (ASW) atau Military Transport untuk TUDM. Rencana pengadaan 1 unit CN295 dengan konfigurasi Transport untuk Police PDM," pungkasnya.
Mengintip Harga Pesawat Kebanggaan RI Made In Bandung
Pasca melakukan ASEAN Roadshow dari tanggal 22-31 Mei 2013 ke 6 negara Asia Tenggara, pesawat terbang tipe CN235,
NC212 dan CN295 versi sipil dan militer yang diproduksi di Bandung Jawa Barat tersebut masuk daftar pesawat yang telah dan akan digunakan oleh beberapa negara.
Direktur Niaga dan Restrukturisasi Dirgantara Indonesia Budiman Saleh menjelaskan, saat kunjungan ke Filipina, terdapat kebutuhan pengadaan program pesawat berbadan kecil dan sedang seperti Light Lift Aircraft NC212/NC212i military transport dan rencana pengadaan program Long Range Patrol Aircraft CN235 Anti Submarine Warfare (ASW). Filipina juga melirik pesawat versi terbaru Dirgantara Indonesia yakni CN 295.
"Sebagai catatan, PTDI sudah memiliki pengalaman memproduksi 20 unit Maritime Surveillance Aircraft (MSA), Maritime Patrol Aircraft (MPA) dan Anti Submarine Warfae (ASW) dengan menggunakan platform CN235. Pengadaan kedua jenis pesawat di atas sudah dipilih oleh user untuk menggunakan skema G2G antar pemerintah Pilipina dan Indonesia. Rencana pengadaan program Medium Lift Aircraft CN295. Diharapkan ketiga program tersebut dapat dilaksanakan secepatnya," ucap Budiman kepada detikFinance, Selasa (4/6/2013).
Untuk Brunei Darusalam yang masuk daftar ASEAN Roadshow 2013, Dirgantara Indonesia melihat adanya potensi kebutuhan pesawat militer berukuran sedang.
"Brunei sudah mengoperasikan 1 unit Military Transport CN235 dari PTDI ke RBAF. Product support berjalan dengan baik dengan diimplementasikannya Basic Order Agreement. Terdapat kebutuhan akan Medium Transport Aircraft CN235/CN295 dan CN235/CN295 Maritime Patrol Aircraft," ujarnya
Di Vietnam, ternyata telah menggunakan pesawat produksi aviliasi perusahaan Dirgantara Indonesia yakni Airbus Military (AM). Pesawat yang yang telah digunakan yakni tipe C212 dan CN 295. Namun Budiman mengakui masih ada kebutuhan pesawat tipe C212.
"Sudah terjual 3 unit Military Transport C212 dari AM (Airbus Military) di tahun 2008, 2 unit sudah didelivery dari AM. Sudah terjual 5 unit Medium Transport Aircraft CN295 di tahun 2009 antara AM dan pemerintah Vietnam.
Namun hingga kini kontrak belum efektif dan jumlah berkurang menjadi 3 unit. Terdapat kebutuhan akan Maritime Surveillance C212 untuk Vietnam Marine Police," tambahnya.
Di Myanmar, Budiman mengatakan pihak Angkatan Udara di sana sedang merancang program pengadaan satu skuadron pesawat C212-400 Short Range Aircraft. Angkatan Udara Myanmar juga berminat membeli pesawat CN235-220 Medium Range Aircraft konfigurasi Maritime Patrol Aircraft. Namun ada kendala mengenai embargo terhadap militer Myanmar.
"Permasalahan utama saat ini adalah Myanmar masih dalam status embargo oleh negara-negara Amerika dan Eropa. Beberapa supplier sudah menyatakan tidak dapat mensupply komponen pesawat (engine, propeler, avionics, dll) apa bila pesawatnya digunakan oleh Myanmar Air Force (Angkatan Udara Myanmar)," sebutnya.
Untuk Thailand, Budiman menyebutkan negari gajah putih ini telah menggunakan pesawat C212 dan CN235 produksi Dirgantara Indonesia dan AM. Namun otoritas Thailand berencana mendatangkan pesawat tipe CN235 dan CN295.
"PTDI sedang menggarap kebutuhan 1 unit CN235 untuk Royal Thai Police (RTP) Law Enforcement dan VIP transport. Terdapat kebutuhan pengganti G222 (pendahulu pesawat C27J) Medium Transport Aircraft dengan CN295 untuk Air Force dan kebutuhan Anti Submarine Warfare CN295 ASW untuk Navy," katanya.
Terakhir, saat Roadshow ke Malaysia, terdapat kebutuhan pengadaan pesawat CN295 dan peningkatan sistem pesawat CN235. Budiman juga menjelaskan saat ini Malaysia telah mengoperasikan 8 unit CN235 versi militer dan VVIP buatan Dirgantara Indonesia.
"Pemesanan Up-grade Avionics Systems pada 6 unit CN235 sedang diproses di TUDM untuk tahun anggaran 2013. Ada rencana untuk mengkonversi 2 unit Military Transport tersebut menjadi Maritime Patrol.
Ada rencana pengadaan 2 unit CN295 dengan konfigurasi Anti Submarine Warfare (ASW) atau Military Transport untuk TUDM. Rencana pengadaan 1 unit CN295 dengan konfigurasi Transport untuk Police PDM," pungkasnya.
Mengintip Harga Pesawat Kebanggaan RI Made In Bandung
Menggandeng Airbus Military (AM) di Spanyol, PT Dirgantara Indonesia (Persero) telah memproduksi dan merakit pesawat terbang versi sipil dan militer.
Pesawat yang dibuat di Bandung Jawa Barat ini, telah digunakan di dalam dan luar negeri.
Pesawat yang dihasilkan Dirgantara Indonesia antara lain CN235-220 MPA, CN235-200M, NC212-200, C212-400, NC212i dan versi terbaru CN295. Ingin tahu harga pesawat andalan Indonesia itu?
Manajer Komunikasi Dirgantara Indonesia, Sonny S Ibrahim menjelaskan untuk pesawat baling-baling tipe NC212-200 versi sipil standar atau basic configuration dijual ke konsumen sebesar US$ 5,8 juta per unit atau Rp 55,1 miliar. Pesawat ini mampu membawa hingga 18 penumpang.
"Kalau NC212-200, kita produksi tinggal beberapa unit kemudian di-stop. Produksi selesai dan nggak diproduksi," ucap Soni kepada detikFinanceSelasa (4/6/2013).
Sementara untuk pesawat C212-400 versi sipil katagori standar dibanderol US$ 7,3 juta per unit atau Rp 69 miliar dan versi militer dilepas US$7,8 juta per unit atau Rp 74 miliar. Soni menjeleskan, Dirgantara Indonesia sedang mengembangkan versi terbaru NC212 menjadi NC212i.
"Kalau di-upgrade bisa lebih murah dari 212-400. Namanya NC 212i. Itu lagi proses desain. Ini pesawat modifikasi. Kemampuan penumpangnya dari orang 24 jadi 28 orang kemudian avionic di-upgrade," tambahnya.
Jenis pesawat yang dihasilkan Dirgantara Indonesia lainnya adalah CN235. Untuk pesawat CN235 versi standar dilepas ke pasar seharga US$ 21,5 juta per unit atau senilai Rp 204,25 miliar.
Soni menambahkan, untuk pesawat CN235 versi militer seperti CN235-200MPA, bisa dilepas lebih mahal daripada versi sipil. Hal ini terjadi karena adanya peralatan canggih di dalamnya.
"MPA dan sebagai harganya nggak tetap karena di dalamnya kekuatan radarnya. Setiap customer mintanya berbeda seperti Korea Coastal Guard. Indonesia juga punya yang paling canggih. Untuk menambah peralatan bisa mencapai US$ 10 juta-US$ 12 juta," ujarnya.
Pesawat CN235 versi sipil sendiri bisa menampung hingga 40 penumpang dan keperluan militer bisa mengangkut hingga 49 personil. Pesawat lainnya yang diproduksi adalah CN295. Untuk katagori standar, CN295 bisa dilepas ke pasar dengan harga US$ 39 juta atau senilai Rp 370 miliar.
Pesawat yang merupakan pengembangan CN235 ini, mampu mengangkut hingga 72 penumpang. Saat ini, pesawat CN295 masih diproduksi di AM Spanyol. Namun setelah produksi ke tujuh akan dirakit dan diproduksi pada markas Dirgantara Indonesia di Bandung Jawa Barat.
"Kalau CN295 sekitar US$ 39 juta. Ini basic configuration," tegasnya.
Pesawat yang dibuat di Bandung Jawa Barat ini, telah digunakan di dalam dan luar negeri.
Pesawat yang dihasilkan Dirgantara Indonesia antara lain CN235-220 MPA, CN235-200M, NC212-200, C212-400, NC212i dan versi terbaru CN295. Ingin tahu harga pesawat andalan Indonesia itu?
Manajer Komunikasi Dirgantara Indonesia, Sonny S Ibrahim menjelaskan untuk pesawat baling-baling tipe NC212-200 versi sipil standar atau basic configuration dijual ke konsumen sebesar US$ 5,8 juta per unit atau Rp 55,1 miliar. Pesawat ini mampu membawa hingga 18 penumpang.
"Kalau NC212-200, kita produksi tinggal beberapa unit kemudian di-stop. Produksi selesai dan nggak diproduksi," ucap Soni kepada detikFinanceSelasa (4/6/2013).
Sementara untuk pesawat C212-400 versi sipil katagori standar dibanderol US$ 7,3 juta per unit atau Rp 69 miliar dan versi militer dilepas US$7,8 juta per unit atau Rp 74 miliar. Soni menjeleskan, Dirgantara Indonesia sedang mengembangkan versi terbaru NC212 menjadi NC212i.
"Kalau di-upgrade bisa lebih murah dari 212-400. Namanya NC 212i. Itu lagi proses desain. Ini pesawat modifikasi. Kemampuan penumpangnya dari orang 24 jadi 28 orang kemudian avionic di-upgrade," tambahnya.
Jenis pesawat yang dihasilkan Dirgantara Indonesia lainnya adalah CN235. Untuk pesawat CN235 versi standar dilepas ke pasar seharga US$ 21,5 juta per unit atau senilai Rp 204,25 miliar.
Soni menambahkan, untuk pesawat CN235 versi militer seperti CN235-200MPA, bisa dilepas lebih mahal daripada versi sipil. Hal ini terjadi karena adanya peralatan canggih di dalamnya.
"MPA dan sebagai harganya nggak tetap karena di dalamnya kekuatan radarnya. Setiap customer mintanya berbeda seperti Korea Coastal Guard. Indonesia juga punya yang paling canggih. Untuk menambah peralatan bisa mencapai US$ 10 juta-US$ 12 juta," ujarnya.
Pesawat CN235 versi sipil sendiri bisa menampung hingga 40 penumpang dan keperluan militer bisa mengangkut hingga 49 personil. Pesawat lainnya yang diproduksi adalah CN295. Untuk katagori standar, CN295 bisa dilepas ke pasar dengan harga US$ 39 juta atau senilai Rp 370 miliar.
Pesawat yang merupakan pengembangan CN235 ini, mampu mengangkut hingga 72 penumpang. Saat ini, pesawat CN295 masih diproduksi di AM Spanyol. Namun setelah produksi ke tujuh akan dirakit dan diproduksi pada markas Dirgantara Indonesia di Bandung Jawa Barat.
"Kalau CN295 sekitar US$ 39 juta. Ini basic configuration," tegasnya.
● detik
0 komentar
Write Down Your Responses