Setelah Rusia mempertontonkan jet tempur tercanggih mereka di Perancis, media-media barat setuju bahwa jet terbaru Rusia Su-35s buatan Sukhoi masuk ke kelas fighter terbaik dunia.
Media barat menyebut demonstrasi Su-35s di Paris Air Show merupakan puncak dari ajang pameran dirgantara dunia itu. Perdebatan-perdebatan yang muncul di media menyimpulkan mesin perang Rusia yang baru dengan berbagai manuver akrobatiknya, menunjukkan tidak ada pesawat lain yang mampu menyamai performa Su-35s.
Kepala Air Combat Commad Amerika Serikat, Jenderal Hal Hornburg mengatakan pesawat Rusia itu telah membuktikan lebih baik dalam manuver dan pendeteksian, sehingga memiliki kemampuan untuk menghantam sasaran lebih dulu. Kondisi ini menjadi “a wake-up call” bagi U.S. Air Force.
“Kita mungkin tidak bisa lagi terdepan dalam teknologi penerbangan militer seperti yang kita bayangkan. SU-30MKI lebih baik dari F-15C yang merupakan tulang punggung Angkatan Udara AS. Di masa yang akan datang pesawat Rusia akan menghadirkan ancaman bagi air superiority AS”, ujar Hornburg, seperti yang dikutip USA Today.
Su-35 memperlihatkan manuver pada badan pesawat maupun mesin. Menurut Direktur NPO Saturn, Yevgeny Marchukov, mesin Su-35 dibangun berdasarkan mesin AL-31F yang digunakan Su-27, namun memikili daya dorong lebih besar menjadi 14,5 ton, dibandingkan 12,5 ton mesin SU-27,ditambah lagi lebih irit konsumsi bbm.
Hal ini membuat mesin bukan hanya lebih cepat tapi juga lebih maneuverable dan membuat pesawat dapat membawa senjata yang lebih banyak. Mesin yang disebut “first stage” ini akan dipasang diproduksi model pertama jet tempur T-50. Mesin “second stage” akan membawa T-50 semakin mendekati kemampuan mesin F-22 Raptor AS dan sedang dikembangkan Rusia. Saat berada di Paris Air Show Marchukov mengatakan mesin baru untuk T-50 itu, hampir rampung.
Untuk menunjukkan kehebatan Su-35 pihak Rusia sengaja menerbangkan Su-30MK mendampingi jet baru Su-35 dengan tujuan membandingkan karakteristik daya dorong dari kedua jet tempur itu. Demonstrasi ini menunjukkan Su-35 secara meyakinkan mengalahkan kemampuan pendahulunya. Menurut sang pilot, Su-35 memberikan keunggulan terhadap fighter lainnya selama pertempuran udara.
Su-35 memiliki cockpit generasi 5G yang telah menghilangkan peralatan analog. Tidak seperti Su-27, jet tempur baru ini memiliki dua layar LCD besar yang menampilkan data yang dibutuhkan yang ditampilkan dalam mode picture in picture (multi layer). Mirip dengan game flight simulator, sang pilot dapat memilih tampilan mode 3-D untuk melihat relief bumi maupun lokasi dari sasaran. Sebagian informasi juga bisa dikirimkan ke helm pilot.
Drive kontrol hidrodinamik telah diganti dengan yang listrik dan hal ini meringankan tugas pilot. Dengan kata lain, komputer akan menentukan kecepatan dan mode terbaik untuk menghadapi sasaran, termasuk memberikan waktu yang paling tepat bagi pilot untuk menggunakan senjatanya.
Pilot tidak diperkenankan membuat satu kesalahan pun. Komputer akan menon-aktifkan manual control serta menunjukkan kepada pilot kesalahan apa yang telah diperbuat. Su-35 memiliki kemampuan beberapa mode terbang independen tanpa pilot dan secara terus menerus memeriksa status kelayakan pesawat. Jika sang pilot tidak bisa mengontrol pesawat dalam beberapa alasan, pesawat Su-35 secara otomatis akan mengeluarkan/ melontarkan pilot.
Su-35 merupakan jet tempur pertama yang menggunakan sistem navigasi SINS yang tidak dimiliki jet tempur lainnya. Sistem tersebut mengumpulkan dan menganalisa informasi penerbangan dan membantu pilot untuk membawa kembali pesawat tersebut ke pangkalannya. System SINS ini menggabungkan receiver GPS dan GlONASS namun bisa juga bekerja sendiri-sendiri.
Su-35 juga dilengkapi tampilan radar advance yang didisain untuk T-50 PAK FA. Hanya jet tempur F-22 Raptor AS yang dilengkapi sistem radar sejenis. Radar Su-35 mendeteksi berbagai target dari jarak ratusan kilometer, mampu menjejak 30 target dan menembakkan rudal ke 10 sasaran tersebut dengan hanya memencet satu (kali) tombol.
Rusia tertinggal dari AS dalam pengembangan jet tempur 5G, sejak AS membangun F-22 tahun-tahun lalu. Su-35 memang generasi di bawahnya karena masih 4G++. Namun dengan penampilannya di Paris, orang akan memiliki gambaran seperti apa jet tempur T-50 PAK FA yang memasuki skala produksi penuh tahun 2015 nanti. Alasan inilah yang diduga sebagai motif Rusia menunjukkan kemampuan Su-35 di Paris Air Show.
Ajang pameran dirgantara Le Bourget memberikan kesuksesan politik, ekonomi maupun militer bagi Rusia untuk menghadapi pesaingnya AS. Sama halnya dengan F-22 Raptor, T-50 PAK FA tidak akan diekspor oleh Rusia. Satu pesawat Raptor seharga 133 juta USD, sementara T-50 PAK FA jauh lebih murah dan biaya operasinyapun sangat murah (pretty penny). Harga sebuah SU-35 dibandrol 30-38 juta USD dan akan menjadi versi eksport yang menggiurkan dengan label Jet tempur 5G minus.
Sukhoi Su-35 merupakan jet tempur kategori 4G++, yang mana the real 5G fighter (PAK FA) T-50 (Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation) sedang dibangun Rusia untuk merespon F-22 Raptor AS yang masih bergelut dengan ujicoba. T-50 terbang perdana tahun 2009 dan memasuki skala produksi penuh tahun 2015. Sebelum PAK FA muncul, Su-35 akan akan dijadikan oleh pilot Rusia sebagai media pelajaran sebelum transisi ke PAK-FA.
0 komentar
Write Down Your Responses