PENELITI PUSTEKSAT MEMPELAJARI MUATAN SATELIT MICROBOLOMETER DI UNIVERSITAS HOKKAIDO JEPANG
Sebagai bagian dari upaya penanggulangan kebakaran hutan, salah satu bentuk teknologi yang dapat diaplikasikan adalah teknologi satelit dengan muatan kamera Infra Merah. Sensor tersebut diantaranya ada di NOAA-AVHRR, ERS-ATSR, dan TERRA-MODIS. Perekaman moda thermal infrared ini dapat dilakukan pada siang maupun malam hari dan menembus awan dan asap. Bahkan untuk beberapa obyek perekaman lebih baik dilakukan pada malam hari, yaitu pada saat perbedaan temperatur yang besar.
Microbolometer merupakan salah satu sensor thermal infrared yang bekerja pada wilayah spektrum 8-14 mikrometer. Kelebihan sensor tersebut dibandingkan dengan sensor thermal infrared lainnya adalah ukurannya yang kecil, ringan, dan mempunyai konsumsi daya yang rendah. Jika dipasang pada satelit, sensor ini akan dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebakaran lahan, suhu permukaan air laut, dan pemantauan aktivitas vulkanik. Jurusan Cosmoscience dan Space Mission Center (SMC) di Hokkaido University telah mengembangkan microbolometer sebagai muatan satelit dalam beberapa tahun terakhir dan saat ini microbolometer mereka telah terpasang di satelit Rising-2 dan satelit UNIFORM yang akan diluncurkan pada akhir tahun 2013.
Gambar Struktur Satelit Rising-2 (Kurihara, 2013)
Sesuai dengan program pengembangan satelit mikro di Pusat Teknologi Satelit (Pusteksat), satelit mikro LAPAN yang ke 4 (A4) direncanakan untuk mempunyai misi yang memerlukan sensor pans (infrared). Dakam rangka mengembangkan sumber daya manusia pada bidang tersebut, Pusteksat berkerjasama dengan Universitas Hokkaido. Kegiatan pelatihan teknologi muatan satelit microbolometer dilaksanakan di Universitas Hokkaido Jepang pada tanggal 25-29 Maret 2013. Pelatihan ini merupakan imbal balik dari penggunaan satelit LAPAN-TUBSAT untuk pemantauan petir. Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk mempelajari implementasi microbolometer sebagai sensor thermal infrared di satelit mikro, termasuk pengembangan aplikasinya untuk mendeteksi kebakaran lahan.
Di Laboratorium Space Mission Center bersama peneliti dan profesor dari Universitas Hokkaido
Kegiatan pelatihan tersebut dilakukan dalam bentuk presentasi dan diskusi bersama Professor Yukihiro Takahashi sebagai Kepala Space Mission Center (SMC) di Universitas Hokkaido beserta beberapa asistennya. Prof. Yukihiro Takahashi menyampaikan mengenai perkembangan teknologi satelit secara umum di Universitas Hokkaido dan juga fasilitas pendukung yang dimiliki Universitas Hokkaido. Selanjutnya beberapa asisten professor yaitu Dr. Tetsuya Fukuhara (spesialis microbolometer), Dr. Koji Nakau (spesialis wildfire) dan Dr. Yunichi Kurihara (spesialis LCTF) menyampaikan hasil penelitian yang mereka lakukan pada bidang keahliannya masing-masing. Terkait dengan citra yang dihasilkan microbolometer, ilustrasi hasil pengamatan kamera thermal dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar Ilustrasi Pengamatan Kamera Thermal
Untuk mendukung kegiatan riset di bidang space, Universitas Hokkaido menyediakan beberapa fasilitas pendukung seperti vacuum chamber untuk kelas satelit mikro, thermal chamber untuk skala komponen dan sebuah clean room. Vacuum chamber dan thermal chamber digunakan untuk menguji kinerja komponen satelit pada keadaan lingkungan yang menyerupai keadaan di orbit. Sedangkan clean room digunakan sebagai tempat integrasi komponen agar proses integrasi dapat terbebas dari debu atau partikel pengganggu lainnya.
Dari pelatihan yang dilaksanakan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan implementasi microbolometer sebagai muatan satelit mikro : • Karena tidak menggunakan pendingin aktif (umunnya dengan sirkulasi nitrogen cair) maka microbolometer dapat diaplikasikan pada satelit mikro untuk berbagai aplikasi yang berhubungan dengan pemetaan temperatur seperti deteksi kebakaran lahan dan aktivitas vulkanik, pemantauan suhu permukaan laut, observasi obyek ruang angkasa dan lainnya. • Microbolometer sangat cocok digunakan untuk satelit mikro dengan misi deteksi kebakaran lahan untuk membangun sistem deteksi dini terhadap kebakaran hutan tersebut. Pada sensor ini algoritma khusus akan dikembangkan untuk dapat mengatasi permasalahan akurasi dan sensitifitas deteksi. .
|
1 komentar
Write Down Your Responses
July 15, 2013 at 8:43 PM
Lanjutkan anak2 bangsa utk menguasai teknologi pencitraan di jepang, hasilnya sangat banyak utk memantau gunung api kita yg sering bergolak dan akan memberikan manfat utk masyarakat banyak bila terjadi letusan gunung api.