Teknologi Alutsista Militer Indonesia
  • HOME
  • Berita Terbaru
  • Technology
  • Komputer
  • Artileri
  • Ranpur
  • Pesawat
  • Kapal
  • Science
  • Image
  • Info Militer
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Singapore Armed Forces (SAF) mengadakan kerjasama dalam wadah The Indonesia-Singapura (Indosin) HLC. Naskah kerangka Pengaturan Kerjasama antara TNI-SAF tentang The Indosin HLC tersebut telah ditandatangani oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan Panglima SAF Mayor Jenderal NG Chee Meng di Jakarta dua hari yang lalu.

Penandatangan ini disaksikan oleh Kasad Letjen TNI Moeldoko, Wakasal Laksdya TNI Hari Bowo, Wakasau Marsdya TNI Sunaryo, Kasum TNI Marsdya TNI Boy Syahril Qamar dan sejumlah pejabat lainnya.

Kedua pihak sepakat untuk memayungi semua kegiatan yang dilakukan oleh kedua Angkatan Bersenjata melalui suatu Kerangka Pengaturan Kerjasama antara TNI dan SAF tentang Komite Tingkat Tinggi Indonesia-Singapura (Indosin HLC), yang bertujuan untuk memfasilitasi kerjasama militer kedua negara guna memperkokoh jalinan persahabatan serta interaksi kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua Angkatan Bersenjata berdasarkan kesepakatan bersama.

Dengan ditandatanganinya naskah Indosin HLC ini, diharapkan kedepan, kedua Angkatan Bersenjata akan terus berkerjasama secara bergandengan tangan guna mampu berperan lebih komprehensif pada upaya perwujudan kawasan Asean yang aman, stabil, damai, dan sejahtera. Sedangkan pada lingkup yang lebih luas akan mampu memberi kontribusi besar pada perwujudan perdamaian dunia serta meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Langkah strategis ini akan merintis pada pelaksanaan kerjasama yang lebih besar, sehingga akan mampu menjawab tantangan yang semakin berkembang di kawasan Asean, Asia Pasifik serta kawasan lain di sekitarnya, tegas Panglima TNI.

Selain menandatangani naskah kerangka pengaturan kerjasama, Mayor Jenderal NG Chee Meng berkunjung ke Indonesia juga dalam rangka memimpin bersama pertemuan Tahunan Indosin HLC tahun 2013, di Jakarta, yang biasa disebut sebagai The Combined Annual Report Meeting (CARM), serta sekaligus sebagai kunjungan perkenalan, sehubungan jabatan baru sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Singapura. (TGR/Puspen TNI)


Robot humanoid milik NASA, yang menandai perjalanan luar angkasa pertamanya bersama misi terakhir pesawat ulang alik Discovery Sabtu silam, dilaporkan telah gagal menjalani misinya berjalan di stasiun ruang angkasa atau international space station (ISS).

Dua astronot NASA, Steve Bowen dan Alvin Drew, baru saja menyudahkan misi ruang angkasanya pada hari Senin ketika robot humanoid itu berhenti bekerja sesampainya di pesawat kubah 7 jendela.

Padahal, astronom membawanya untuk membantu mereka menginstal ekstensi ke pusat listrik (power cable). Para astronot juga memerlukan bantuannya ketika memindahkan modul pompa seberat 800 pound (setara 362 kilogram) untuk sebuah platform eksternal di mana ia akan "menumpang" untuk kembali ke Bumi pada misi selanjutnya. Namun, kedua misi itu gagal dilakukan.

Bowen dan Drew, yang telah menjalani misi ke-200 sebagai astronot, juga dijadwalkan untuk menginstal kamera di rangka eksternal dan membubuhkan dua ekstensi ke trek sepanjang rangka. Namun, misi ini belum diselesaikan.

Pesawat ulang alik milik NASA, Discovery, telah tiba di ISS atau stasiun ruang angkasa, Sabtu 26 Februari 2011. Ini merupakan kali terakhir pesawat berawak itu mengangkut manusia ke luar angkasa sejak Agustus tahun 1984.

Discovery membawa enam awak astronot dalam misi terakhirnya. Dipimpin oleh Steve Lindsay, pesawat yang telah menjalankan 38 misi itu mengangkut pilot Eric Boe, Alvin Drew, Michael Barratt, Nicole Stott, dan Steve Bowen.

Mereka membawa robot yang menyerupai fisik manusia. Bernama Robonaut R2, ia dibuat oleh NASA dan General Motor dalam waktu 15 tahun. Nantinya, ia akan melakukan pekerjaan-pekerajaan yang berisiko tinggi bagi manusia, terutama berjalan di luar angkasa.


Teknologi Nuklir
Jika kita mengucapkan kata "Nuklir" pada orang awam, mungkin dibenaknya kita sedang membicarakan kata yang sepada maknanya yaitu “Kematian”. Tragedi Hiroshima dan Nagasaki 60 tahun silam telah cukup meninggalkan “cacat bawaan” terhadap nuklir sebagai teknologi yang harus ditolak dan menutup mata bahwa sekarang ini, teknologi nuklir telah banyak didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Indonesia sendiri telah lama mengembangkan teknologi nuklir dan memiliki tiga reaktor nuklir yaitu Reaktor G. A Siwabessy di Serpong, Reaktor Triga 2000 di Bandung dan Reaktor Kartini di Yogyakarta. Ketiga reaktor ini termasuk dalam jenis reaktor riset yang tujuannya pun untuk berbagai penelitian dibidang nuklir dan menghasilkan berbagai macam teknologi yang penggunaanya non energi, misalnya untuk bidang pertanian, biologi, peternakan, industri, kedokteran, dan bidang-bidang non energi lainnya.


Nuklir, Inti Atom Tanpa Kulit
Untuk mengenal lebih jauh tentang nuklir, kita harus mengetahui lebih dahulu apa itu atom. Atom merupakan bagian terkecil dari suatu molekul, sedangkan molekul adalah bagian terkecil dari benda yang masih memiliki sifat-sifat fisik dan kimia. Atom dan molekul sendiri memiliki sifat yang berbeda. Dalam modelnya, atom digambarkan sebagai sebuah bola kecil yang terdiri dari inti atom bermuatan positif dan kulit atom bermuatan negatif. Elektron dikulit terluar atom tidak memiliki massa (massa=0) sedangkan proton dan neutron masing-masing memiliki massa 1 sma (1,7x 10-27 Kg). Sehingga dapat dikatakan bahwa massa atom terpusat didalam inti yang meliputi 99,975% total massa atom.

Didalam ilmu fisika, inti inilah yang disebut nuklir. Jadi nuklir merupakan bagian terkecil dari atom dimana massa atom terkumpul. Nuklir tidak mempunyai struktur yang khas dan hanya merupakan inti yang terkandung dalam atom sebagaimana nukleus yang terdapat dalam inti sel dalam ilmu biologi. Sehingga bila berbicara tentang nuklir, sebenarnya kita sedang berbicara tentang inti atom yang “telanjang” tanpa kulit yang mengelilinginya.

Reaksi Nuklir
Bahan bakar yang digunakan untuk melakukan reaksi nuklir adalah Uranium dan tidak dapat menggunakan sembarang unsur. Umumnya Uranium yang digunakan adalah Uranium-235 (92U235) yang merupakan isotop dari Uranium-238 (92U238). Ada dua macam reaksi pada nuklir yaitu reaksi fisi (pembelahan inti) dan reaksi fusi (penggabungan inti). Pada reaksi fisi, inti atom akan pecah menjadi inti-inti yang lebih kecil. Secara eksperimen hal ini dapat dijelaskan melalui penembakan unsur U235 dengan partikel neutron termik (partikel neutron yang bergerak sangat lambat). Saat partikel neutron ini menembus inti Uranium maka inti tersebut akan tereksistasi dan menjadi tidak stabil dan akan kehilangan bentuk asalnya. Inti akan membelah menjadi unsur-unsur yang lebih kecil dengan melepaskan energi dalam bentuk panas, sekaligus melepas 2-3 neutron. Saat inti mengalami perubahan bentuk, inti memancarkan radiasi-radiasi alfa, beta, dan gamma.
reaksi fisi nuklir
 
Reaksi lain yang terjadi pada nuklir adalah reaksi fusi. Pada reaksi jenis ini inti-inti atom bergabung membentuk inti atom yang lebih besar. Reaksi ini biasanya terjadi pada matahari atau bintang-bintang dan ledakan bom hidrogen. Reaksi fusi ini digolongkan dalam reaksi endotermik (bereaksi dengan memerlukan energi), sedangkan reaksi fisi termasuk reaksi eksotermik yaitu bereaksi dengan melepas energi. Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi sangatlah luar biasa besar. Sebagai ilustrasi: dalam 1 gram U235 terdapat 25,6×1020 atom U235. Atom ini bereaksi dengan melepaskan energi sebesar 200 MeV, sehingga 1 gram U235 dapat melepas energi sebesar 51,2x 1022 MeV atau sebesar 81,92×109 Jolue. Energi ini biasanya dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik (PLTN), pengerak kapal selam atau kapal induk sehingga bisa bertahan di lautan bertahun-tahun tanpa perlu suplai energi dari luar. 

Proteksi Radiasi Nuklir
Karena reaksi nuklir merupakan reaksi yang sangat berbahaya, maka reaksi nuklir harus dilakukan didalam suatu reaktor nuklir. Hal ini dilakukan untuk memproteksi masyarakat, peneliti nuklir, dan lingkungan dari radiasi nuklir yang berbahaya. Untuk itu, reaktor nuklir dilengkapi dengan sistem keselamatan terpasang dan ditambah dengan lapisan-lapisan pelindung/proteksi lainnya. 

Sistem keselamatan terpasang berupa air pendingin yang bekerja untuk mendinginkan reaktor. Bila suhu dalam teras reaktor naik melebihi suhu operasi normal, maka suhu air akan naik pula dan air akan menjadi uap sehingga air tersebut tidak dapat lagi memperlambat gerakan neutron cepat hasil fisi. Karena neutron dalam keadaan cepat maka neutron ini tidak dapat lagi digunakan untuk reaksi nuklir selanjutnya. Selain itu, reaktor juga dilengkapi dengan tujuh lapisan pengaman yaitu penghalang pertama adalah matrik bahan bakar yang berbentuk padat. Ini dimaksudkan agar semua limbah radioaktif tetap terikat pada bahan bakar. Penghalang kedua adalah kelongsong bahan bakar yang dirancang tahan terhadap korosi pada temperatur tinggi dan dibuat dari campuran khusus (zircaloy).

Penghalang ketiga adalah sistem pendingin yang akan melarutkan bahan radioaktif apabila terlepas dari kelongsong. Penghalang keempat adalah perisai beton yang berbentuk kolam sebagai wadah atau penampung air. Penghalang kelima dan keenam adalah sistem pengukung reaktor secara keseluruhan yang terbuat dari pelat baja dan beton setebal dua meter dan kedap udara dan penghalang terakhir adalah jarak, karena umumnya reaktor nuklir dibangun didaerah yang cukup jauh dari pemukiman penduduk. 

Pengolahan Limbah Radioaktif 
Sebagaimana proses industri, pengolahan nuklir untuk tujuan penelitian juga menghasilkan limbah yang dinamakan limbah radioaktif. Limbah ini hampir 99% berasal dari bahan bakar bekas yang radioaktifitasnya masih tinggi, sedangkan 1% berasal dari baju pelindung, kain pembersih, peralatan laboratorium, dan sarung tangan yang digunakan oleh para pekerja reaktor. Untuk proses pengolahan limbah nuklir di Indonesia, dilakukan di Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif (IPLR) di PPTN Serpong. 

Tahapan pengolahan limbah radioaktif ini dimulai dari pengangkutan limbah dari instalasi penimbun limbah ke IPLR dengan mobil pengangkut khusus. Untuk limbah padat dimasukkan kedalam drum yang dilengkapi dengan label informasi limbah, sedangkan limbah cair dimasukkan dalam tangki penampung. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan cara evaporasi untuk mereduksi volume limbah. Konsentrat hasil evaporasi selanjutnya dikungkung dalam shell beton 950 dengan campuran semen. Sedangkan untuk limbah radioaktif cair korosif yang mengandung flour, dilakukan secara kimia pada fasilitas chemical treatmen. 

Untuk limbah cair organik dan limbah padat terbakar, direduksi volumenya dengan cara insenerasi dengan kapasitas pembakaran 50 kg/jam beserta peralatan sementasi abu dalam drum 100L. Untuk limbah padat termampatkan proses reduksi volume dilakukan dengan cara kompaksi dengan kekuatan 600 kN. Sedangkan untuk limbah padat tak terbakar dan tak termampatkan, pengolahannya dilakukan secara langsung dengan cara sementasi dalam shell beton 350L/200L. Selanjutnya limbah dengan berbagai aktivitas (aktivitas tinggi, menengah, dan rendah) disimpan di fasilitas penyimpanan limbah sementara, yang kedap air berdasarkan kelompok aktivitasnya masing-masing. Waktu penyimpanan sementara berkisar antara 10-50 tahun dan selama itu, aktivitas zat radioaktif selalu dipantau, hingga waktu paruhnya benar-benar telah habis dan aman bagi lingkungan. 

Pemanfaatan Nuklir
Seperti telah disinggung di awal, bahwa teknologi nuklir dewasa ini telah didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Terlepas dari pemanfaatannya sebagai senjata perang, tenaga nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang. Bidang-bidang itu antara lain bidang energi, kedokteran, pertanian, industri, peternakan, dan lain sebagainya.

Dibidang energi, tenaga nuklir telah dimanfaatkan secara besar-besaran untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Bidang kedokteran telah mengambil manfaat dari tehnik nuklir seperti pemeriksaan medik dengan menggunakan pesawat gamma kamera, renograf-prototipe yang berguna untuk diagnosis fungsi ginjal, pesawat sinar X-prototipe yang berguna sebagai diagnosis anatomi organ tubuh, Thyroid uptake-prototipe untuk uji tangkap gondok, dan brachterapi yang digunakan sebagai terapi kanker rahim, pemeriksaan jantung koroner, dan mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan. Dibidang pertanian, tehnik nuklir dimanfaatkan untuk mendapatkan varitas tanaman yang unggul seperti varitas padi dan kedelai melalui tehnik irradiasi. 

Dibidang industri, Distributed Control System (DCS) dan Nucleonic Control System (NCS) telah dipergunakan untuk mendeteksi berbagai kesalahan atau kelainan pada sistem kerja alat industri. DSC dan NSC akan secara otomatis melakukan pengendalian jika terdapat ada kelainan dalam operasi terutama dalam sistem produksi. Dibidang peternakan, tehnik nuklir telah dimanfaatkan untuk memproduksi vaksin untuk anak ayam, penggemukan hewan ternak, peningkatan daya tahan ternak terhadap penyakit, dan lain sebagainya. 

Penutup
Merujuk pada kenyataan bahwa nuklir telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka sudah saatnya phobia akan tragedi Hiroshima dan Nagasaki 60 tahun silam menjadi berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Tidaklah bijak jika masyarakat kita mengadili (menilai buruk) sesuatu, sementara dia sendiri tidak mengerti tentang substansi apa yang disalahkan. Untuk itu sudah saatnya masyarakat kita, mesti berpikir positif akan setiap perkembangan teknologi nuklir. Demikian juga dengan peneliti dan ahli nuklir, dengan adanya kepercayaan dari masyarakat, diharapkan mereka dapat profesional melakukan kerjanya berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang telah ada dan meminimalisasi kegagalan yang mungkin terjadi. Tentunya masyarakat kita tidak ingin Tragedi Chernobyl di Ukrania akan terulang dan bahkan terjadi di Indonesia. 




ShinMaywa US-2 STOL Amphibious Aircraft. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
ShinMaywa US-2 STOL Amphibious Aircraft (ilustrasi)
Jepang dan India Teken MOU Penjualan Pesawat Amphibi

Jepang segera menandatangani kesepakatan ekspor pesawat amphibi dengan India, AFP melaporkan, Senin (27/5/2013). Mengawali kunjungan empat hari Perdana Menteri India Manmohan Singh di Tokyo, Senin (27/5) malam nanti, kedua belah pihak akan bertemu, menindaklanjuti kontrak pembelian US-2, pesawat yang dikembangkan secara domestik dan digunakan oleh angkatan bersenjata Jepang. Penjualan ini, dilaporkan oleh harian bisnis Nikkei, akan menjadi yang pertama bagi produk homegrown industri pertahanan Jepang sejak diberlakukan pembatasan ekspor sistem senjata dan peralatan lainnya. Hal ini juga akan menandai penguatan aliansi antara Jepang dan India, melihat semakin besarnya pengaruh China terhadap stabilitas regional.

Para ahli menilai, pesawat harus digolongkan sebagai unit layanan sipil jika ingin mematuhi larangan ekspor senjata bagi Jepang sejak tahun 1967 lalu, sebagai bagian dari sanksi kekalahan Perang Dunia II. US-2, yang dikembangkan oleh Shinmaywa Industries dan telah dijual kepada angkatan laut Jepang pada tag harga sekitar 10 milyar yen (US $ 99 juta) memiliki jarak tempuh 4.700 kilometer dan bisa mendarat di laut dengan gelombang setinggi tiga meter. "Jika US-2 diekspor ke India untuk penggunaan sipil, maka itu akan menjadi ekspor senjata Jepang pertama yang digunakan oleh kementerian pertahanan untuk penggunaan sipil," kata seorang pejabat kementerian perdagangan yang bertanggung jawab atas penjualan senjata pada AFP.

Shinmaywa membuka kantor penjualan di New Delhi tahun lalu dan telah mempromosikan pesawat di sana, juru bicara perusahaan mengatakan. "Kami mendengar ada beberapa permintaan dari pemerintah India, tetapi menolak untuk berkomentar lebih lanjut karena kami belum mencapai kontrak," tambahnya, menambahkan bahwa India tengah menawar pembelian setidaknya 15 pesawat.

Jepang, sebelumnya, telah memperluas pasar untuk produk industri pertahanan, seperti ekspor teknologi atau perangkat keras militer, meski belum menjual produk jadi. Pesawat US-2 bisa diklaim merupakan unit non-militer, misalnya untuk tujuan evakuasi, sehingga memenuhi syarat untuk ekspor.

www.suaramerdeka.com
 


Seperti sudah diberitakan sebelumnya, Indonesia dan Turki sepakat bekerja bersama membangun medium tank. Penandatanganan MoU kerja sama itu sendiri sudah dilakukan pada ajang IDEF 2013 di Turki, awal mei lalu. Disebutkan pula, masing-masing negara akan berpartisipasi sebanyak 50%-50% dalam hal pembiayaan dan pembuatan prototipe. Skema produksi bersama sendiri nantinya akan meniru proses pembuatan CN-235 antara IPTN (sekarang PT.DI-red) dan CASA.


Namun, bagaimana detail kerjasama tersebut belumlah banyak terungkap. Redaksi ARC kemudian mencoba mencari tahu ke beberapa pihak yang terkait dalam skema kerjasama Medium tank ini. ARC kemudian mendapatkan sedikit jawaban.

Yang pertama, Medium tank yang akan dibikin nanti adalah benar-benar desain baru. Jadi tidak merujuk kepada Ranpur ACV-300 bikinan FNSS, yang telah dipelajari pula dari Pindad. Yang kedua, biaya untuk pengembangan desain hingga membuat prototipe adalah sebesar US$ 24 juta. Dengan demikian, Indonesia Turki akan dibebani masing-masing sebesar 12 juta dollar.
Selanjutnya, pada akhir Juni atau awal Juli, Pindad dan FNSS sudah menyerahkan proposal skema pembuatan Tank Medium kepada Kementrian Pertahanan RI. Proposal itu berisikan mengenai perkiraan besaran biaya, timeline produksi, hingga desain medium tank. ARC juga mendapatkan informasi, nantinya akan dibuat sebanyak 3 prototipe yang rencananya selesai pada 3-4 tahun mendatang. 1 prototipe dibuat di Pindad, dan 2 lainnya di FNSS. Namun, salah satu prototipe yang dibuat di FNSS hanya berupa Tank tanpa kelengkapan isi, alias kosongan. Prototipe kosongan ini nantinya digunakan untuk uji ketahanan berbagai macam tembakan.
Namun demikian, informasi ini barulah tahapan awal. Kedepannya, masih bisa berubah banyak tergantung hasil diskusi antara pihak Pindad dan FNSS serta Kementrian Pertahanan kedua negara. Apapun hasilnya, kita doakan saja semoga rencana ini berjalan lancar.


Iran yang mati-matian mendapatkan rudal anti-udara jarak menengah S-300 Rusia, begitu sulit mendapatkannya. Mereka harus memutar otak dan menggunakan negara ketiga untuk memperoleh S-300 tersebut.  Sementara Indonesia justru sebaliknya.

Dalam Indo Defence 2012 di Jakarta, pihak Rusia menawarkan berbagai jenis rudal anti-udara jarak menengah termasuk S-300. “Apakah militer Indonesia membeli rudal S-300 ini ?, tanya saya ke petugas booth Rusia. “Saya harap begitu”, ujarnya sambil tersenyum.

Itu artinya dari sisi pemerintahan Rusia, tidak ada kendala atas penjualan S-300 untuk Indonesia. Di sisi lain, pihak Arhanud sudah teriak-teriak menginginkan rudal anti-udara jarak menengah untuk memodernisasi strategi pertahanan mereka, seiring berkembangnya kemampuan perang negara-negara kawasan, terutama China.

Rusia telah menawarkan S-300 dan Indonesia juga menyatakan butuh rudal tersebut. Akankah S-300 dibeli militer Indonesia ?.

Pihak TNI AD sudah berkali kali mengunjungi dan menjajaki kemampuan rudal jarak menengah, baik ke China dan Rusia.  Namun hingga kini belum ada kejelasan apakah rudal  itu akan dibeli atau tidak.

Secara finansial mungkin tidak ada kendala untuk membeli rudal jarak menengah itu. Bagaimana dengan aspek stabilitas kawasan ?.

Jika Indonesia membeli rudal anti-udara jarak menengah, pastinya akan mengubah geopolitik di kawasan Asia Tenggara. Sudah pasti Malaysia akan bereaksi. Jika Malaysia bereaksi, pastinya Singapura juga tidak akan tinggal diam. Ujung-ujungnya yang tercipta adalah perlombaan senjata. Logika berpikir seperti ini yang tampaknya sedang tertanam di benak Indonesia.

Akan tetapi paradigma militer seperti itu bisa kita ubah. Selama ini Indonesia lebih menahan diri untuk persenjataan dan hal ini akibat terperosoknya ekonomi Indonesia di beberapa dekade yang lalu. Kini ekonomi Indonesia mulai membaik. Apakah Indonesia akan terus berjalan di belakang negara-negara tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia. Indonesia cenderung terus menahan diri untuk tidak menciptakan perlombaan senjata.

Umumnya negara negara besar  menjadi panglima militer di kawasan mereka dan negara yang lebih kecil mengikuti dari belakang. Misalnya: AS, Rusia, China, India, Jerman, Iran, Mesir.  Kecuali Israel yang kasusnya memang unik.

Kasus Indonesia justru terbalik. Indonesia justru berada di belakang bayang bayang militer: Singapura, Malaysia dan Australia dan bahkan Vietnam. Negara negara itu merasa lebih kuat secara militer dan Indonesia terkesan menikmatinya.

Sudah waktunya psikologi militer itu dibalik dan dikembalikan seperti sedia kala di era tahun 1960-an. Militer Indonesialah yang menjadi pemimpin di kawasan Asia Tenggara. Jika hal ini bisa tercapai, maka kewibawaan bangsa Indonesia bisa ditegakkan kembali agar roda kehidupan berputar lebih kencang.

Akankah hal itu terjadi ?. Mungkin indikatornya bisa kita ukur, apakah Indonesia akan membeli rudal anti-udara jarak menengah atau tidak.  Jika masih berkutat diurusan rudal anti-udara jarak pendek,  tentu anda sudah tahu jawabannya.

Ayo Indonesia, keluarlah dari Comfort Zone




Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan kalau Korea Selatan menyalahi kontrak pengadaan tiga kapal selam Changbogo buatan negri gingseng tersebut. 
Yakni Korea Selatan meminta Indonesia tidak terlibat langsung  pembuatan kapal selam berbobot 1.500-1.600 ton tersebut, melainkan cukup melihat proses pembuatannya di  Galangan Kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korsel.

Padahal skema diawal perjanjian, kapal selam pertama dibangun di Korea Selatan. Kapal selam kedua juga di Korea Selatan namun bersama dengan  PT PAL Indonesia. Adapun kapal selam ketiga  digarap di galangan PT PAL Surabaya.

Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Rachmad Lubis mengatakan, dalam perjanjian ada alih teknologi dalam pembuatan kapal selam tersebut. Indonesia yang diwakili PT PAL ikut serta dalam perakitan kapal selam, namun pihak Korea Selatan menyalahi kontrak tersebut. Mereka mengatakan, Indonesia cukup Learning by seeing atau cukup melihat proses pembuatan saja.

Pihak Korsel beralasan, galangan kapal Daewoo dikejar target pemesanan kapal selam dari sejumlah negara. Mereka khawatir keterlibatan Indonesia dalam perakitan akan mengulur waktu.

Namun Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin mengatakan alasan dari sikap Korea Selatan tersebut karena adanya teguran Jerman terkait kapal selam Changbogo Korea Selatan yang menggunakan teknologi Jerman, di mana Jerman hanya memberikan lisensinya kepada kepada Turki.

“Kita dapat surat dari pemerintah Jerman yang isinya mempertanyakan langkah pemerintah RI membeli kapal selam dari Korsel, yang menggunakan sistem teknologi yang dimiliki Jerman. Di mana, dalam surat tersebut disebutkan bahwa pihak Korsel tidak mendapat lisensi teknologi dari Jerman. Lisensinya hanya diberikan pada Turki saja,” Menurut Mantan Sekretaris Militer Presiden itu.

Mayjen purnawirawan TB Hasanuddin menambahkan, surat dari Jerman itu memperingatkan Indonesia agar hati-hati atas kapal selam yang dibeli dari Korsel . Hal ini mengingat tidak ada jaminan lisensi dari negara pemilik teknologinya. Karena semestinya Korsel harus minta ijin dulu ke Jerman. Tapi sampai saat ini, Korea Selatan belum melakukannya.

Komisi Pertahanan DPR meminta Kementerian Pertahanan meninjau kembali nota kesepahaman kerja sama pembelian tiga kapal selam itu.

“Jangan sampai teledor dan berujung negara merugi karena tidak maksimal mendapatkan transfer teknologi,” ujar anggota Komisi Pertahanan, Yahya Sacawiria.


Angkatan Laut AS sukses melakukan ujicoba terbang pesawat pengintai tanpa awak, Northrop Grumman MQ-4C Triton, Rabu (22/05/2013). Pesawat yang dirancang untuk pengawasan dan pengintaian udara ini dapat beroperasi hingga 24 jam dan dengan ketinggian hingga 16 kilometer.


Pesawat pengintai tanpa awak, Northrop Grumman MQ-4C Triton usai menjalani ujicoba terbang selama 80 menit.


Pesawat Northrop Grumman MQ-4C Triton dirancang untuk pengintaian udara hingga 24 jam dengan ketinggian lebih dari 16 kilometer. 

Pesawat pengintai tanpa awak Northrop Grumman MQ-4C Triton usai menjalani ujicoba terbang selama 80 menit. 








Sumber : Vivanews 


A109M Light Multipurpose Helicopter
The A109M light, twin-engine multipurpose helicopter has been developed by AgustaWestland in Italy. The A109M is a military version of the A109 Power family of civil helicopters, which are available in VIP/corporate, EMS emergency services and law enforcement versions. Around 300 A109 Power helicopters have been ordered since the model's entry into service in 1996.
The A109M features high engine power with FADEC (Full Authority Electronic Control) management, composite rotor head and blades, advanced avionics and cockpit integration. The helicopter is operated by a crew of one or two. The cabin can be fitted with a single or two stretcher installation for casualty evacuation. The maximum number of seats on board is eight.

A109M helicopter mission roles

The A109 was originally developed as an ambulance and rescue helicopter to operate in the mountainous regions of Switzerland. The helicopter can fly from critically situated landing spots in adverse climates and from roof helipads in densely populated areas.
The A109M can carry out various missions and operations in hot temperatures and high altitudes.
Missions include observation and reconnaissance, armed escort, search and rescue, troop / cargo transport, casualty evacuation, liaison and training.

A109M light helicopter orders and deliveries

In 1999, 30 (plus ten options) A109 LUH (light utility helicopter) were ordered for the South African Air Force. Thales Aerospace is supplying the avionics. The first four were delivered in October 2005. 20 A109M, designated Hkp 15, were ordered by Sweden in June 2001. The first two were delivered in February 2006. 12 Hkp 15A will be used by the Army and 8 Hkp 15B by the Swedish Navy.
"The A109M is a military version of the A109 Power family of civil helicopters, which are available in many versions."
Denel is building the airframes as part of a license production agreement with AgustaWestland. Eight A109 Powers have been delivered for the US Coastguard's HITRON (Helicopter Interdiction Tactical Squadron) programme. The helicopters are designated MH-68A.
In October 2003, 11 A109 LOH were ordered by the Malaysian Ministry of Defence for observation, reconnaissance and tactical transport. The first made its maiden flight in June 2005 and was delivered in December 2005. The first three helicopters entered service with the Malaysian Army in February 2006 and deliveries concluded in September 2006.
In March 2006, three A109 Power helicopters entered service with the UK Royal Air Force, where they are being used for VIP transport and communications.
In February 2007, the Royal Australian Navy announced its intention to lease three A109 helicopters for training purposes. The helicopters are being leased from Raytheon Australia. Two are being supplied by AgustaWestland Italy and one from a civil operator in France.
In May 2008, New Zealand placed an order for five A109LUH for its training light utility helicopter requirement. The helicopters are used for training NH90 and SH-2G Seasprite helicopter pilots and operational support for government agencies including police and customs.
The A109 is also in service with the Argentine Army (five), Belgian Air Force (32), Italian Army (25), Nigerian Air Force (seven) and the Venezuelan Army (seven).

A109M multipurpose helicopter design

The helicopter airframe consists of a lightweight aluminium alloy and honeycomb structure with high crashworthiness. Two large sliding doors provide easy access and cargo operation and are in-flight operable. There are two separate pilot's doors. Maintenance steps and hinged inspection panels are provided for quick maintenance. The long tailboom configuration provides high yaw control for operation in strong winds.
"The A109M helicopter airframe consists of a lightweight aluminium alloy and honeycomb structure."
The tricycle-type wheeled landing gear is fitted with air and oil shock absorbers for ground mobility and operation on rough terrain. Energy absorbing struts provide increased crashworthiness. A swivelling forward wheel gives easy ground manoeuvrability.
The four-bladed, fully articulated main rotor has low vibration, low flicker and reduced noise level characteristics. The composite main rotor blades are ballistic tolerant for high survivability and reliability. The rotor is negative-g capable for high manoeuvrability. The tail rotor is a two-bladed stainless steel semi-rigid type.

A109M cockpit design

The cockpit has an ergonomic instrument panel with provision for role and mission dedicated display and control instrumentation. The cockpit can be night vision goggle compatible. The pilot has a suite of vision equipment comprising a roof mounted gyrostabilised sight, forward looking infrared and television sensors and night vision goggles.
An optional Cockpit Management System (CMS) is provided for monitoring and operating different avionics, via one or more centrally located control and display units. The information is organised in logical steps to allow the pilot to concentrate on his main mission. The CMS reduces the weight of the avionics payload and has capacity for additional or alternative avionic systems.
The avionics suite includes an automatic direction finding navigation aid (ADF), istance measuring equipment (DME), a global positioning system (GPS), identification friend or foe (IFF), a radar altimeter, an emergency locator transponder (ELT), a VHF omnidirectional radio ranger (VOR), ground speed meter and inertial location system.
The flight control system includes a collective, cyclic and anti-torque system. The cyclic and collective controls are powered by two hydraulic systems. The anti-torque control system is hydraulically powered. A dual redundant three-axis stability augmentation system is fitted as an option.

A109M weapons and countermeasures

"The transmission system is rated at 900hp for improved high-temperature and high-altitude performance."
The Al09M's low vibration and high stability characteristics provide an platform for target detection and target tracking which maximises the effectiveness of the airborne antitank system. The helicopter can be fitted with the Helitow anti-tank missile system which has two TOW missile launchers with two or four missiles each launcher.
The Systems & Electronics (formerly ESCO) Helitow anti-tank missile system can acquire, track and defeat stationary or moving armoured targets during day and night.
The installation of the Helitow system rapidly converts the utility helicopter to anti-armour mission configuration. The launchers can carry TOW, ITOW, TOW2 and TOW2A missiles.
The helicopter can carry externally: 2.75in or 81mm rocket pods with seven or 12 tubes; a rocket machine gun pod (RMP) with three 70mm rockets and a 12.7mm machine gun with 200 rounds; machine gun pods with a 12.7mm machine gun with 250 rounds of ammunition.
The internal armament of the helicopter comprises a pintle mounted 7.62mm machine gun and a door gunner post for a 12.7mm general purpose machine gun.
The A109M helicopter can be equipped with a radar warning receiver, laser warner, infrared jamming system and chaff and flare dispenser.

FADEC engines

The helicopter is equipped with two side-by-side Pratt & Whitney PW-206C or Turbomeca Arrius 2K1 engines with full authority digital electronic control (FADEC). Each engine is equipped with independent fuel and oil systems and independent engine controls.
The transmission system is rated at 900hp for improved high-temperature and high-altitude performance.
"In March 2006, three A109 Power helicopters entered service with the UK RAF."
For enhanced safety and reliability the helicopter has a 640hp single engine emergency rating and the dry run capability is 30 minutes, allowing the pilot the opportunity to retreat to land in a place of safety in the event of oil loss.
There are three fuel systems configurations: three cells of 160 USgal (605l), four cells of 188 USgal (710l) and five cells of 230 USgal (870l). A crashworthy fuel system with closed circuit refuelling and self-sealing fuel tanks is optional.

Flight control hydraulic systems

The helicopter is fitted with two independent flight control hydraulic systems each capable of operating main actuators in case of failure of the other system. The utility hydraulic system has two accumulators (a normal and an emergency accumulator) to operate the rotor brake, the wheel brakes and the nose wheel centring device.

AC and DC electrical systems

Two fully independent AC and DC electrical systems are each capable of supplying all essential loads in case of failure the other system. The electrical system comprises two 160 amp 28V DC self cooled starter generators and 27 Ah 24V nickel-cadmium batteries. An optional AC system comprises two 250VA, 115/26V AC, 400Hz static inverters.

Armament and equipment options

A wide range of armament and utility equipment is available for multiple armed and utility missions including: a bleed air heater and environmental control unit, an external 1,000kg cargo hook, a 200kg or 270kg rescue hoist, snow skis, slump protection pads, emergency floats, an oxygen system, engine air particle separator and an engine fire extinguisher.

A109M survivability systems

For increased survivability the helicopter has armoured seats and all critical systems are duplicated and separated. Infrared absorbing paint is used to minimise the helicopter's vulnerability to detection by thermal sensors. The helicopter has a small silhouette, which gives a low visual and radar signature. A wire cutter is installed on the roof of the cockpit just above the windshield and in front of the vision pod.

Dua kapal perang yakni KRI Sultan Iskandar Muda-367 dan kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat USS Charles Momsen DDG-932 saat bermanuver di Samudera Hindia. (Foto:Dispenal)

Latihan bersama antara TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika Serikat dengan nama sandi Carat/2013 saat ini memasuki tahap Sea Phase di Samudera Hindia, Minggu-Selasa, 26-28 Mei 2013. TNI AL mengerahkan KRI Oswald Siahaan-354 dan KRI Sultan Iskandar Muda-367, Sedangkan U.S. Navy mengerahkan USS Tortuga LSD-46, USNS Safeguard T-ARS 50, dan USS Charles Momsen DDG-932.


Secara garis besar tahap latihan di laut berupa latihan manuvra dan peperangan laut oleh unsur-unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dan kapal perang milik US Navy. Fase ini meliputi beberapa materi latihan, di antaranya Visit Boarding Search and Seizure (VBSS), Fast Ropping, dan SAR di laut. Selanjutnya, Replanishment at Sea (RAS), Gunnery Exercise” (GUNEX) dan Anti Submarine Warfare, anti serangan udara, serta Cross Deck.
Latihan bersama ini digelar TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika Serikat (United State Pacific Command/USPACOM) dengan nama sandi Carat  (Cooperation Afloat Readiness and Training) 2013 yang dilaksanakan pada 21 s.d 28 Mei 2013. Latihan yang dibuka oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio pada tanggal 21 Mei lalu ini merupakan kerangka kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Amerika Serikat,  khususnya Angkatan Laut kedua negara. Sebanyak 4.500 personel TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika terlibat dalam latihan ini.
Dalam Carat/2013 terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap pangkalan yang meliputi kegiatan simposium, pelatihan, olah raga persahabatan dan interaksi sosial melalui pertunjukan musik, dan kunjungan ke Sekolah Dasar  di wilayah Jakarta Utara, serta tahap laut yang meliputi kegiatan latihan tempur kapal di perairan Samudera Hindia dan latihan Marinir di daerah latihan Koprs Marinir, Antralina, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Materi latihan yang akan diaplikasikan diantaranya peningkatan kemampuan teknis dan taktis pada pelaksanaan Operasi Militer Perang (OMP), peningkatan kemampuan teknis dan taktis pada pelaksanaan Operasi Militer Selain Perang (OMSP), dan pelaksanaan simposium tentang perkembangan teknologi alutsista masa kini. Sedangkan lokasi latihan yang digunakan adalah wilayah Jakarta dengan pos Komando di Mako Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), perairan Tanjung Priok hingga Kepulauan Seribu,  daerah Tanjung Pasir, Tangerang, Provinsi Banten, serta Samudera Hindia.
Latihan bersama dengan sandi CARAT 2013, yang dilaksanakan setiap tahun oleh TNI Angkatan Laut bersama Angkatan Laut Amerika, bertujuan guna meningkatkan kerja sama internasional khususnya dibidang pertahanan, antara Angkatan Laut kedua negara dalam menambah profesionalisme prajurit, dihadapkan pada perkembangan tuntutan dan dinamika tugas ke depan yang semakin kompleks, khususnya terkait masalah keamanan di wilayah perairan.
Selain melaksanakan latihan dengan nama sandi CARAT, TNI Angkatan Laut bersama Angkatan Laut Amerika juga rutin melaksanakan beberapa latihan lainnya yang telah dilaksanaan, yaitu: FLASH IRON, PASSEX, RIMPAC, USAID,SILENT IRON 12-1, MINEX 2012, MAREX 2012, SALVEX 2012, serta  LANTERN IRON 2012.
Demikian berita Dinas Penerangan Angkatan Laut.

Sumber: TNI AL


Di tengah hingar bingar pengadaan dan pembentukan skadron UAV pertama Indonesia, sejatinya potensi anak bangsa akan pembuatan UAV tak perlu diragukan. Selain lembaga riset negara semacam BPPT atau Balitbang Kemhan, kalangan anak muda swasta pun ikut tergerak mengembangkan UAV.
(all photo by aeroterrascan)


Salah satunya adalah Aeroterascan yang menawarkan berbagai jenis UAV. Setidaknya, perusahaan kecil asal Bandung Jawa barat ini menawarkan 4 jenis UAV yang dibedakan dari ukuran. Paling kecil dan terbaru adalah RBX01. Jika anda pernah meononton film Act of Valour, dimana personel SEAL melepas UAV kecil, seperti itulah RBX01. Cukup dilempar dengan tangan, ia akan terbang dan memasok informasi. karena ukurannya yang kecil, maka daya jelajah dan endurance nya pun tergolong rendah. Yaitu hanya 15 km dan 1 jam saja.

Produk lainnya adalah RBX02. Dilihat sosoknya, dan dibandingkan dengan UAV modern macam Predator, UAV ini masih tergolong kecil. Namun untuk menerbangkannya diperlukan pelontar, dan mendarat dengan bantuan jaring. Radius aksinya mencapai 50 kilometer dengan ketahanan terbang selama 1 jam. Untuk misi-misi taktis semacam pengintaian artileri, UAV ini kelihatannya cocok.
Ada lagi UAV RBX04 dan RBX08. UAV ini mirip dengan buatan BPPT. Spesifikasinya pun tak jauh beda. Jika dilempar ke pasaran, bisa jadi UAV ini akan berhadapan langsung dengan UAV besutan BPPT. Namun demikian, dari ke-4 UAV tadi, semuanya didesain bisa menerima bermacam konfigurasi, tergantung kondisi keuangan pemesan. Nah, anda tertarik? silahkan klik www.aeroterrascan.com


Panglima Angkatan Darat Iran Brigadir Jenderal Ahmad Reza-Pourdastan mengkonfirmasikan pasukan negara ini kini dilengkapi dengan rudal anti-baja produksi dalam negeri.

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran mengukir prestasi besar di sektor pertahanan dan mencapai swasembada dalam memproduksi peralatan militer dan sistem penting.

"Pasukan Angkatan Darat Iran beberapa waktu lalu menerima rudal anti-baja baru berkemampuan tinggi dan secara khusus digunakan untuk [target] tank-tank dengan pelindung baja reaktif yang tahan terhadap serangan rudal biasa," katanya.

Pejabat tinggi militer Iran itu mengatakan bahwa Angkatan Darat Iran juga menerima sejumlah peralatan militer produksi dalam negeri termasuk, sistem radar serta dua jenis kendaraan taktis, yang secara signifikan meningkatkan kemampuan pertahanan negara.

Pourdastan menambahkan bahwa sejumlah peralatan militer terbaru termasuk kendaraan angkut personel, diuji selama manuver Beit-ul-Muqaddas 25 yang digelar di Propinsi Isfahan.(IRIB Indonesia/MZ
)

Oerlikon Skyshield
Oerlikon Skyshield
(Foto Rheinmetall Air Defence)
Kemhan mengaku telah memesan sistem pertahanan udara yang bernama Oerlikon Skyshield dari perusahaan Oerlikon Contraves (sekarang Rheinmetall Air Defence) Swiss. Kepala Badan Sarana Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis mengatakan bahwa Kemenhan baru memesan 6 unit Oerlikon Skyshield dan saat ini sudah dalam proses produksi. Total biaya yang harus dikeluarkan untuk mengakuisisi 6 unit alutsista Swiss tersebut sebesar 202 juta dolar atau per unitnya sekitar 33,6 juta dolar. Sayangnya, pengiriman baru bisa dilakukan pada 2015 (4 unit) dan 2017 (2 unit).

Oerlikon Skyshield adalah sistem pertahanan udara jarak pendek, modular, ringan yang difungsikan untuk cepat menargetkan dan menghancurkan pesawat dan rudal yang mengancam. Terdiri dari duacannon revolver 35 mm dengan laju tembakan 1.000 putaran per menit. Sistem kontrol tembaknya terdiri dari unit sensor dan pos komando terpisah. Skyshield ini dibuat juga untuk dilengkapi hingga dua rudal permukaan-ke-udara yang akan meningkatkan kemampuan pertahanan udaranya.

Skyshield mudah dimobilisasi dengan truk atau sistem transportasi lainnya. Sistem kontrol tembaknya menggunakan pencarian x-band dan pelacakan radar, dan unit lain untuk radar/TV dan/atau Laser/FLIRprecision tracking. Pos komando dapat ditempatkan hingga jarak 500 meter dari unit kontrol tembak, menggunakan gelombang radio terenkripsi. Skyshield juga bisa digunakan dalam satu jaringan dengan sistem pertahanan udara lainnya untuk cakupan pertahanan udara yang lebih luas dan efektif.
AHEAD
Amunisi AHEAD yang bisa memuntahkan 152 proyektil tungsten
(Foto Rheinmetall Air Defence)
Kemampuan Oerlikon Skyshield semakin mumpuni jika menggunakan amunisi khusus buatan Rheinmetall bernama Advanced Hit Efficiency and Destruction (AHEAD). Jika ditembakkan, peluru ini mampu menyebar membentuk perisai, sehingga presisi tepat sasaran mencapai lebih dari 90 persen.

Panser PIndad

Anoa APC yang akan dikirim ke Lebanon

Kalau ada ranpur TNI yang paling banyak disorot tahun ini, itu tak lain adalah Anoa. Panser dari jenis APS (angkut personel sedang)-3, atau bisa disebut APC (armoured personnel carrier). 
Alasanya, pertama Anoa adalah panser besutan lokal (PT. Pindad) yang dirancang dengan bodi Monocoque Armoured, desainnya bisa dibilang mencontoh panser TNI AD sebelumnya, yakni VAB buatan Perancis. Bahkan Anoa berpenggerak roda 6×6. Alasan kedua, Anoa adalah panser dengan kualifikasi amfibi pertama yang dibuat di dalam negeri. 

Dan, tak kalah penting, Anoa mendapat pengakuan internasional, ini dibuktikan dengan minat dari Oman, Malaysia, Nepal, dan Bangladesh untuk membeli Anoa. Boleh dibilang, Anoa adalah flagship kavaleri Indonesia, apalagi Anoa telah dilbatkan dalam satuan batalion mekanis Kontingen Garuda di Lebanon. Informasi terakhir, 13 unit Anoa telah dikirim ke Lebanon untuk memperkuat Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL.



Anoa juga dibuat versi 4x4 untuk Polri

Presiden SBY saat mencoba Anoa, tampak dibelakang SBY berupa anjungan juru tembak. Hal yang membedakan dengan panser VAB

Selain alasan-alasan diatas, Anoa kerap menarik perhatian warga, khususnya di Jakarta, sebab beberapa unit Anoa digadang sebagai ranpur Paspampres. Tak jarang Anoa terlihat “nongkrong” ibarat hiasan tanpa persenjataan di area kediaman Presiden dan Wakil Presiden. 
Dari segi desain, panser ini rasanya memang “menyadur ” desain panser VAB besutan GIAT Perancis. Tapi Anoa dihadirkan dengan penyempurnaan, selain suspensi yang lebih baik, Anoa mempunyai kubah tempat penembak depan yang terpisah. Bandingkan pada VAB, kubah penembak SMB (senapan mesin berat) tepat berada di samping pengemudi, tentu posisi ini kurang ergonomis bagi penembak. Untuk itulah pada Anoa dilakukan penyempurnaan. Alhasil ukuran Anoa lebih panjang sedikit ketimbang VAB.


Tampilan ruang kabin personel di panser Anoa

Masih ada perbedaan lain, bila VAB menggunakan kemudi sebelah kiri (standar Eropa), maka Anoa mengadopsi letak kemudi di kanan (standar Indonesia). Nah, untuk yang lain-lainnya bisa dibilang Anoa dan VAB ibarat pinang dibelah dua. Contohnya Anoa menggunakan tipe mesin yang sama dengan VAB, yakni Renault MIDR 062045 inline 6 cylinder turbo-charged diesel. Tentu untuk urusan dapur pacu masih harus di impor dari Perancis. Begitu pula dengan suspensi yang menggunakan Independent suspension, torsion bar masih di impor. Dengan sistem penggerak enam roda simetris, Anoa mampu bergerak lincah di berbagai medan. Termasuk di kemiringan 31 derajat.

Aksi Anoa dalam mengatasi halang rintang

Anoa dilengkapi dua buah propeler untuk berenang
Pada Agustus 2008, Pindad mendapat order 150 unit Anoa dari Departemen Pertahanan. Hingga produksi ke 30, plat baja Anoa masih impor, selanjutnya plat baja akan dipasok oleh PT. Krakatau Steel. Mengenai performa plat baja, performanya mampu mehanan hantaman peluru kaliber 5,56 dan 7,62 mm. Anoa dilapisi dengan baja khusus yang telah memenuhi standar level III NATO. 
Untuk persenjataan, ada dua pilihan yang ditawarkan, yakni pelontar granat AGL 40 atau SMB 12,7 mm. Untuk menghindar dari sergapan lawan, Anoa juga dibekali pelontar granat asap 2 x3 66 mm. Sejak diperkenalkan pertama kali pada Hari ulang Tahun TNI ke-61 di Cilangkap – Jakarta (5/10/2006). Anoa telah dikembangkan dalam beberapa varian, seperti versi ambulance, komando, logistik, armoured recovery, surveillance, dan versi pelontar mortir.


Anoa 6x6 versi kanon 90 mm

Tampilan belakang Anoa versi kanon 90 mm

Bahkan panser amfibi ini lebih hebat lagi berhasil dikembangkan ke versi kanon. Untuk versi kanon, desainnya lumayan sangar dengan mengadopsi kanon tipe Cockerill 90 mm Mk III, serupa dengan yang digunakan pada tank Scorpion 90. Tapi sayang, belum ada pesanan mengalir untuk Anoa versi kanon. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi Anoa APC
Pabrik : PT. Pindad
Berat Tempur : 14 ton
Panjang : 6 meter
Lebar : 2,5 meter
Tinggi : 2,9 meter
Kru : 3 + 10 personel
Senjata Utama : SMB 12,7 mm atau pelontar granat AGL 40 mm
Mesin : Renault MIDR 062045 inline 6 cylinder turbo-charged diesel
Transmisi : Automatic, ZF S6HP502, 6 forward, 1 reverse
Suspensi : Independent suspension, torsion bar
Kapasitas BBM : 200 liter
Jarak Tempuh : 600 Km
Kecepatan Max : 90 Km/jam ; 2,2 meter / detik di air




Kehadiran pesawat CN-295 milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara di Nay Pyi Taw, Myanmar, telah menarik kehadiran pemerintah setempat.

Sejumlah pejabat militer Myanmar, antusias untuk mengetahui kemampuan dan karakter pesawat produksi bersama PT Dirgantara Indonesia dan Airbus Military tersebut.
 

Dengan antusias, sejumlah pejabat Militer Myanmar, Selasa (28/5/2013), mengikuti joy flight CN-295 yang dimulai dan diakhiri di Bandara Nay Pyi Taw.
 

Kehadiran pesawat CN-295 di Myanmar, sebagai bagian dari road show pesawat tersebut ke enam negara Asean yaitu Filipina, Brunei, Vietnam, Myanmar, Thailand, dan Malaysia.
 

Saat bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin yang memimpin rombongan road show CN-295, Menteri Pertahanan Myanmar Wai Lwin juga menanyakan pesawat tersebut.
 

"CN-295 dipakai untuk kepentingan militer dan operasi bencana. TNI AU pakai untuk mengangkut pasukan dan penerjun. Pesawat ini juga dapat mengangkut dua mobil dan bisa mendarat di landasan rumput sepanjang 650 meter. Dengan daya muat 9 ton, pesawat mampu terbang 9 jam dan harganya lebih dari 30 juta dollar Amerika," papar Sjafrie.
 

"Terima kasih penjelasannya. Pesawatnya sangat bagus. Secara pribadi, saya suka pesawat itu. Tahun lalu kami punya rencana membeli pesawat, tapi dibatalkan. Sekarang ada rencana lagi kami harus melaporkan dahulu ke atasan" jawab Wai Lwin.
 

Sementara itu, Direktur Niaga PT Dirgantara Indonesia Budiman Saleh mengatakan, dibutuhkan waktu dua sampai tiga tahu unntuk melakukan penetrasi pasar ke suatu negara. "Kami ke Myanmar, sebagai bagian dari penetrasi pasar ini," kata Budiman.

  ● Kompas  
Newer Posts Older Posts Home

Blog Archive

Follow On Facebook

Image Galery
Recent Updates
Recomment to Your Friends
Current Views
Popular Posts
  • PT Pindad Produksi Tank Tempur Medium 2014
  • Perancis Menawarkan Kapal Selam Andrasta Ke Indonesia
  • Negara-Negara Dan Pasukan Militer Terkuat Di Dunia
  • J-10BD BANGO, PESAWAT TEMPUR INOVASI ANAK BANGSA
  • Riset Roket Kendali RKN 200 Indonesia
  • Lomba Senjata China Versus Amerika Serikat
  • PEMERINTAH TUGASKAN PT DI DAN PT PAL BANGUN PESAWAT TEMPUR DAN KAPAL SELAM
  • Hadapi Senjata Radio-Elektronik Rusia, Kapal Perusak AS Kabur
  • Peluang Indonesia Peroleh Kapal Selam Litoral Canggih Perancis
  • Pabrik Propelan sebagai Kado TNI

Visitor

Total Pageviews

Copyright © 2012. Basnetg.com. All rights reserved.
Home