Teknologi Alutsista Militer Indonesia
  • HOME
  • Berita Terbaru
  • Technology
  • Komputer
  • Artileri
  • Ranpur
  • Pesawat
  • Kapal
  • Science
  • Image
  • Info Militer


Heli serbu Apache Longbow AH-64D
SEMARANG – Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan Mabes TNI AD telah mengajukan tambahan anggaran khusus senilai Rp6 triliun untuk pembelian sejumlah helikopter serang Apache dari Amerika Serikat beserta persenjataannya.

”Pemerintah Amerika Serikat sudah menyetujui pembelian helikopter Apache. Sekarang sedang proses negosiasi harga,” ungkap di Semarang, Sabtu (29/6/2013).

Sebab harga satu unit helikopter Apache sangat mahal yakni senilai US$40 juta atau sekitar Rp388 miliar. ”Saat ini tim khusus dari Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI AD, sedang melobi pemerintah Amerika Serikat mengenai harga helikopter Apache,” imbuhnya.

Keberadaan skadron Apache itu, kata Menhan, untuk melengkapi kekuatan militer Indonesia dalam menjaga kedaulatan negara.


”Selain TNI AD, TNI Angkatan Laut juga menyiapkan helikopter antikapal selam dan membuat armada perusak kapal rudal,” ujarnya.

Solopos


KRI Oswald Siahaan - 354 yang berada dibawah kendali operasi Gugus Tempur Komando Armada RI Kawasan Barat (Guspurlaarmabar) yang sedang melaksanakan patroli keamanan laut di wilayah barat perairan yuridiksi nasional Indonesia mengunjungi pelabuhan Krueng Geukueh di Lhokseumawe, baru-baru ini. 

Kedatangan KRI Oswald Siahaan - 354 yang dikomandani Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo disambut Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Lhokseumawe Letkol Laut (P) Sumartono, Dandim Lhokseumawe, Kapolres Lhokseumawe, pembina pramuka se-Kabupaten Lhokseumawe dan masyarakat setempat. 


Selama berada di Lhokseumawe, KRI Oswald Siahaan - 354 menyelenggarakan kegiatan bakti sosial donor darah yang diikuti 220 prajurit TNI dan POLRI yang dilaksanakan di atas geladak helly, sebagai wujud dari soliditas TNI dan POLRI untuk bersama-sama memberikan pengabdiannya dalam bentuk sumbangsih secara langsung kepada daerah Kabupaten Lhokseumawe dan Aceh Utara berupa bantuan tambahan darah bagi PMI Lhokseumawe. 


Kegiatan donor darah tersebut diawali oleh Komandan KRI Oswald Siahaan - 354 Letkol Laut (P) Antonius Widyo Utomo kemudian disusul Komandan Lanal Lhokseumawe Letkol Laut (P) Sumartono, Komandan Distrik Militer Lhokseumawe Letkol Inf. Agus Tri Antoni, Dansatrad Letkol Lek Imam Taufik dan Kapolres Lhokseumawe AKBP Joko Surachmanto, SH. MH. serta prajurit TNI dan POLRI lainnya. 


Dalam kegiatan selanjutnya, Komandan KRI melaksanakan kunjungan ke Komando Resort Militer (Korem)  Lhokseumawe dan  disambut oleh Danrem Kolonel Inf. Hifdizah dan pejabat FKBD kota Lhokseumawe dan Aceh Utara. 


Selanjutnya pada kesempatan lainnya, Komandan KRI menerima kunjungan Panglima Laut Lhokseumawe, Ilyas Bunth di long room perwira kapal. Dalam kunjungan tersebut, Panglima Laut Lhokseumawe menyampaikan kondisi organisasi yang dipimpinnya, permasalahan dan harapannya untuk meningkatkan taraf hidup para nelayan di pesisir pantai  Lhokseumawe. 


Usai menerima kunjungan Panglima Laut Lhokseumawe,  Komandan KRI didampingi para perwira staf KRI Oswald Siahaan - 354 melaksanakan kegiatan safari kunjungan ke Pondok Pesantren Nurul Huda Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara yang dipimpin oleh KH.Teuku Abu Mustofa Putih. 






Sumber : Koarmabar


Headline

IWashington - Seorang remaja Turki berhasil ubah pisang menjadi plastik. Seperti apa?

Diwartakan Al-Arabiya, Elif Bilgin menggunakan kulit pisang sebagai pengganti plastik berbahan petroleum.

Pelajar berusia 16 asal Istanbul itu menghabiskan waktu dua tahun untuk menyempurnakan pembuatan bioplastik dari kulit pisang, yang dapat digunakan untuk pelapis kabel listrik.

Atas usahanya tersebut Bilgin memenangkan penghargaan 'Science in Action' dari Scientific American.

Di penelitiannya, Bilgin mendeterminasi bahwa sisa-sisa makanan seperti kulit mangga dan pisang dapat digunakan untuk membuat bioplastik.

"Bagi saya, proyek ini bisa menjadi solusi potensial terhadap meningkatnya polusi dunia yang diakibatkan oleh plastik," ungkap Bilgin.

"Hal ini juga berarti bahwa saya juga dapat mengubah dunia," ujarnya. [ikh]

ilustrasi peluncuran satelit


Sepanjang sejarah, satelit milik Indonesia yang telah diluncurkan mencapai 13 satelit. Selama 36 tahun sejak pertama kali Satelit Indonesia mengorbit pada 1976,  tiga satelit gagal beroperasi secara penuh, yaitu Satelit Palapa B2 gagal mengorbit saat peluncuran, Satelit Palapa C1 yang hanya mampu beroperasi selama dua tahun karena masalah pengisian baterai, serta Satelit Telkom-3 yang hilang sebelum sampai pada orbitnya.
Jejak satelit Indonesia di ruang angkasa dimulai dari peluncuran Satelit Palapa A1 milik Perumtel (sekarang Telkom) pada 8 Juli 1976 dengan menggunakan
roket Amerika Serikat, Hughes (HS-333). Satelit itu diluncurkan dari Kennedy Space center, Tanjung Canaveral, di atas pada slot orbit 83 derajat BT. Nama Palapa ini diambil dari “Sumpah Palapa”, yang pernah dicetuskan oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit pada tahun 1334.

Generasi satelit Palapa diluncurkan 1977, yaitu satelit milik Perumtel, Palapa A2, dengan roket yang sama seperti Palapa A1. Enam tahun kemudian, Perumtel kembali meluncurkan Satelit Palapa B1 pada 18 Juni 1983. Kali ini Perumtel menggunakan jasa roket Challenger F2 (STS-7) dan diluncurkan dengan menggunakan pesawat ulang alik.

Satelit Palapa selanjutnya, Palapa B2 yang diluncurkan 3 Febuari 1984 dari wahana Challenger F4 (STS-41-B) yang gagal beroperasi dan dijemput oleh roket STS-51A pada NOvember 1984. Satelit ini kemudian dibeli dan didaur-ulang oleh Sattel Technologies yang kemudian dibeli kembali oleh Perumtel pada tahun 1990 dengan nama Palapa B2R. Satelit B2R sendiri diluncurkan pada 13 April 1990.

Satelit Palapa selanjutnya, Palapa B2P, yang dimiliki oleh Perumtel dan Satelindo kemudian diluncurkan pada 21 maret 1987 menggunakan roket Delta 6925.

Kemudian Telkom meluncurkan satelit Palapa B4, 14 Mei 1992 dari Kennedy Space Center, Amerika Serikat. Lalu satelit milik Satelindo, Palapa C1 diluncurkan.  Generasi pertama Palapa C ini diproduksi oleh Hughes, Amerika Serikat dan diluncurkan pada 31 Januari 1996 dari Kennedy Space Center, Amerika Serikat dengan menggunakan roket Atlas 2AS.

Satelit ini dimaksudkan sebagai pengganti Palapa B4 pada Orbit Geostasioner 113 derajat BT dengan rentang operasi selama 7 tahun. Namun, satelit ini hanya berusia dua tahun saja, karena mengalami kegagalan pengisian baterai pada 24 November 1998. Satelit Palapa C1 pun dinyatakan tidak layak beroperasi.

Berikutnya, Satelindo dan Indosat meluncurkan satelit Palapa C2 padav15 Mei 1996 dengan roket Ariane-44LH10-3. Satelit buatan Hughes (HS-601) ini diluncurkan dari Kourou, Guyana Prancis.  Satelit ini beroperasi pada Orbit Geo Stasioner slot 113 derajat BT di ketinggian 36.000 km di atas permukaan bumi.
Operasional satelit ini berpindah tangan ke PT. Indosat Tbk, setelah penggabungan Satelindo dengan Indosat. Untuk memberi tempat bagi Satelit Palapa D, orbit satelit ini dipindah ke 105,5 derajat BT.

Menjelang akhir 1997, Indovision meluncurkan satelit Cakrawala I pada 12 November 1997 dengan roket Ariane-44LH10-3. Satelit buatan Orbital Sciences Corporation (OSC) (Star-1) diluncurkan dari Kourou, Guyana Prancis.

Pada 1999, Telkom meluncurkan satelit keduanya. Telkom-1 yang dibuat Lockheed Martin (A2100A) dengan menggunakan roket Ariane IV, satelit ini memiliki masa operasi hingga 2016. Pada 2000, Asia Cellular Satelite (ACeS) meluncurkan satelit Garuda-1 yang memiliki masa operasi sampai 2015. Satelit buatan Lockheed Martin diluncurkan menggunakan roket Proton K Blok-DM3 dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan.

Enam tahun setelah Telkom-1, Satelit Telkom-2 diluncurkan dari Kourou, Guyana Prancis menggunakan roket Ariane V. Sampai saat ini satelit ini masih beroperasi.
Buatan Indonesia
Pada 2006, satelit pertama buatan Indonesia, INASAT-1 diluncurkan. Satelit ini merupakan satelit metodologi penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN. INASAT-1 menggunakan komponen elektronik berukuran kecil, dengan berat sekitar 10-15 Kg. Kehadiran satelit ini dirancang untuk mengumpulkan data yang berhubungan erat dengan data lingkungan maupun rumah tangga yang digunakan untuk mempelajari dinamika gerak serta penampilan sistem satelit.

Satelit ini dirancang bersama oleh PT.Dirgantara Indonesia dan LAPAN. Dari segi dinamika gerak akan diketahui melalui pemasangan sensor gyrorate tiga sumbu. Sehingga dalam perjalanannya akan diketahui bagaimana perilaku geraknya. Penelitian dinamika gerak ini menjadi hal yang menarik untuk satelit-satelit ukuran Nano yang terbang dengan ketinggian antara 600-800 km.

LAPAN tidak berhenti di situ saja. Bekerja sama dengan Universitas Teknik Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin), LAPAN membuat satelit LAPAN-TUBSAT. Ini adalah satelit mikro pertama Indonesia. Wahana yang dirancang berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, dan menyertakan sensor bintang yang baru. 
Satelit LAPAN-TUBSAT yang berbentuk kotak dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27 cm ini akan digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.

LAPAN-TUBSAT membawa sebuah kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5 meter dan lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit 630 kilometer serta sebuah kamera resolusi rendah berdaya pisah 200 meter dan lebar sapuan 81 kilometer.

Pada 2009,  PT Media Citra Indostar (MCI) yang mengelola dan mengoperasionalisasi satelit Indovision meluncurkan Indostar II atau Cakrawarta II.

Satelit ini diluncurkan dengan menggunakan roket peluncur Proton-Briz milik Rusia dan lepas landas melalui Baikonur Cosmodome di Kazahkstan. Peluncuran satelit Indostar II ini terjadi pada tanggal 16 Mei 2009. Kehadiran Satelit Indostar II ini adalah untuk menggantikan Satelit Indostar I (Cakrawarta 1) yang telah sebelas tahun melayani Indovision dan habis masa orbitnya pada tahun 2008.

Melenceng
Pada 2009, Indosat meluncurkan satelit Palapa D dari  Xichang Satellite Launch Center (XSLC) menggunakan roket Long March (Chang Zheng) 3B. Satelit ini dibuat oleh Thales Alenia Space, Perancis, dan dimaksudkan sebagai pengganti satelit Palapa C2 pada Orbit Geostasioner slot 113º BT yang akan selesai masa operasionalnya pada tahun 2011.

Walaupun diluncurkan dari Cina, pusat kendali satelit tetap berada di Stasiun Bumi Jatiluhur, di Purwakarta, Jawa Barat yang dimiliki Indosat.

Roket peluncur satelit ini sempat mengalami kegagalan dalam menempatkan Palapa D pada orbitnya. Namun pihak Thales Alenia mengendalikan satelit tersebut dan mengembalikannya ke jalur orbit aslinya. Meski sukses, operasi satelit Palapa D berkurang menjadi 10 tahun dari usia 15 tahun yang direncanakan.

Awal pekan ini, Satelit Telkom-3 yang diproduksi ISS Reshetnev Rusia gagal mencapai orbit dan menghilang. Satelit yang diluncurkan dari Cosmodrome Baikonur di Kazakhstan dengan menggunakan roket Proton-M.

Sedianya Satelit Telkom-3 ini direncanakan mengorbit bumi selama 15 tahun dengan membawa 42 transponder yang terdiri dari  32 transponder C-Band dan 10 transponder Ku-Band dengan massa 1,6 ton dan berdaya 5,6 Kilo Watt.




Pasca kekalahan dalam perang dunia kedua praktis kekuatan angkatan udara Jepang turun drastis. Ya, memang saat kalah perang yang ditandai dengan penandatangan dokumen tentang penyerahan tanpa syarat tanggal 2 september 1945, kekuatan angkatan bersenjata Jepang termasuk angkatan udara dipreteli sebagai bagian dari penyerahan diri Jepang kepada sekutu. 

Selanjutnya ada sebuah perjanjian yang kurang lebih mempunyai makna Jepang tidak boleh mempunyai angkatan bersenjata, hanya boleh memiliki pasukan bela diri dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pasukan bela diri tersebut diatur oleh sekutu, dalam hal ini Amerika. Mulai saat itu bisa diartikan hidup dan matinya kekuatan tempur Jepang ada ditangan Amerika.
Tapi perjanjian tersebut bukan melulu untuk melemahkan kekuatan Jepang. Diatur memang benar, tetapi bukan untuk dilemahkan sehingga tidak berdaya. 

Kekuatan tempur termasuk kekuatan angkatan udara Jepang – maaf, saya lebih suka menyebut kekuatan angkatan perang atau angkatan udara daripada kekuatan beladiri – sedikit demi sedikit diperbaiki dengan bantuan Amerika.  Pesawat pesawat tempur made in amerika didatangkan secara bertahap ke Jepang. 

Pada awalnya pesawat didatangkan utuh atau built up dari Amerika, kemudian sedikit demi sedikit dipelajari kemudian dibuat sendiri di  dalam negeri tentu saja dengan lisensi Amerika. Menurut saya, soal membuat pesawat bukanlah hal yang susah bagi Jepang. Pengalaman membuat belasan ribu pesawat tempur sendiri pada masa perang dunia kedua membuktikan bahwa Jepang mampu untuk itu. Tetapi karena memang terhambat perjanjian penyerahan tanpa syarat di masa lalu tadi, sekali lagi saya tekankan segala sesuatu yang berhubungan dengan angkatan perang harus melalui izin dari Amerika.
Berbagai macam skadron sebagai bagian dari kekuatan angkatan udara Jepang sedikit demi sedikit dibangun dibawah monitoring Amerika. 

Dari skadron untuk training, transport, perang elektronik, VIP transport, SAR, helikopter transport, sergap, serbu sekaligus tempur dibangun sedikit demi sedikit. Secara garis besar, kekuatan udara Jepang dibagi menjadi 5 komando, yaitu komando pertahanan udara pusatnya di Tokyo, komando bantuan juga di Tokyo, komando latihan berpusat di Hamamatsu, komando pengembangan dan uji berpusat di Saitama serta terakhir komando material pusatnya di Tokyo. 

Sebagai kekuatan pendukung angkatan udara tersebut Jepang mempunyai persenjataan berupa senapan anti pesawat, rudal anti pesawat bahkan rudal anti rudal patriot seri PAC 3 yang merupakan varian paling baru.
Berdasarkan data yang saya peroleh, jumlah total pesawat sebagai wujud nyata kekuatan angkatan udara Jepang mencapai 805 pesawat. 374 pesawat diantaranya merupakan pesawat tempur. Tabel singkat berikut adalah daftar pesawat tempur yang saat ini dimiliki oleh Jepang.

AircraftOriginTypeVersionsIn Service
Mitsubishi F-2 (Turunan F-16)JapanFighter/TrainerF2A+F2B82
F-15US + JapanFighter/TrainerF15J+F15DJ180
F-4 Phantom 
II
US + JapanFighterF4EJ117



Pada tanggal 20 Desember 2011, pemerintah Jepang telah memutuskan untuk membeli pesawat F35 lighting II yang merupakan pesawat generasi terbaru buatan lockheed Martin sebanyak 42 buah setelah melalui proses pertimbangan yang memakan waktu bertahun tahun. 

F-35 buatan Lockheed Martin ini dianggap paling unggul dibanding F-18 buatan Boeing dan Eurofighter Typhoon buatan konsorsium negara negara eropa. Dalam proses produksinya Lockheed Martin akan mengajak beberapa raksasa industri Jepang misalnya mitsubishi yang sudah berpengalaman membuat pesawat dari jaman perang dunia kedua sampai F-2 yang merupakan pesawat turunan F-16 Amerika.
Ada satu hal yang ingin saya garis bawahi tentang kekuatan angkatan perang Jepang, yaitu selama ini kita hanya membaca buku, koran, radio, TV atau mendengar cerita dari guru bahwa Jepang tidak memiliki angkatan perang hanya memiliki pasukan bela diri. Sehingga kesan dibenak kita kekuatan Jepang itu lemah, gampang banget ditaklukkan. Padahal tidak demikian. 

Bela diri itu hanyalah doktrin, artinya mereka tidak akan menyerang negara lain dan apabila ada serangan dari luar dalam proses bertahan diri tersebut kekuatan mereka tidak akan keluar sejengkalpun dari batas wilayahnya. Bela diri itu intinya itu. Bukan kok terus loyo tidak ada kekuatan. 

Kekuatan mereka ada dan tidak bisa dianggap enteng, nyata nyata ada. Jika dilihat dari tabel sederhana diatas, kekuatan angkatan udara paling kuat di asia pasifik adalah kekuatan Jepang. Ini memang sesuai dengan kondisi politik dan keamanan dimana Jepang ada disebelah China dan Korea Utara. Sebagai perbandingan saja, luas wilayah Jepang sekitar 380.000n kilometer persegi dan dijaga oleh 374 tempur. Luas negara kita sekitar 1.910.000 kilometer persegi dan hanya dijaga oleh sekitar 100an pesawat tempur.  Silahkan dibandingkan.
Ini sekedar introduction saja tentang kekuatan militer Jepang….kalau sudah sampai ke yang spesifik spesifik saya sendiri  juga tidak tahu. Harapan saya bisa sedikit menambah pengetahuan umum kita semua.

Stryker vehicle

Raytheon's EXF1915 radio system has demonstrated its ability to securely transmit data between the US Army's Stryker combat vehicles over the past several months at an undisclosed location.
Enabling 4th Brigade 2nd Infantry Division Stryker Brigade Combat Team (4/2 SBCT) soldiers to send and receive email and other messages, as well as access the brigade's intranet-like web portal, the radio confirmed its ability to address the army's requirement for a tactical wireless internet through a vehicle-mounted mobile radio system.
The radio is an advanced variant of the enhanced position location reporting system (EPLRS), which has already been deployed to Afghanistan following tests at Fort Irwin in California, US.
Raytheon Space and Airborne Systems business integrated communication systems vice-president Scott Whatmough said the combat-proven EPLRS can easily be converted to the new EXF1915 to help army quickly and inexpensively network a fleet of combat vehicles.
"We've continually improved our radio technology and matured it to the point where we can offer a lower cost alternative for the thousands of already equipped army vehicles," Whatmough said.
"We've continually improved our radio technology and matured it to the point where we can offer a lower cost alternative for the thousands of already equipped army vehicles."
Commenting on the on the radio's capabilities, 4/2 SBCT commander colonel Michael Getchell added: "Prior to the installation of the EPLRS ES network, this level of upper TI (Tactical Internet) communications were limited to fixed tactical operations centers using the pre-existing infrastructure on FOBs (forward operating bases) and COPs (combat outposts) in the Panjwa'I District of Kandahar, Afghanistan," Getchell added.
EXF1915 facilitates high-speed IP network services for an entire brigade of Stryker and other combat vehicles, when connected with army's middle and upper-tier networks, enabling more choices and purchasing flexibility as the service intends to purchase a lower-tier networking radio system.
The army has acquired more than 28,000 EPLRS radio to date to provide 'on the move' networking capabilities to troops in the battlefield.

Image: The US Army's Stryker infantry fighting vehicle. Photo: courtesy of US Army.


MiG-21 AURI dengan AA-2 Atoll

Jauh-jauh hari sebelum TNI AU mengandalkan AIM-9 P4 Sidewinder sebagai rudal pemburu andalan di F-16 Fighting Falcon, pada dekade tahun 60-an AURI (TNI AU-kini) sebenarnya juga sudah memiliki rudal udara ke udara (air to air missile) jarak dekat yang cukup canggih pada masanya. Rudal ini tak lain adalah K-13 buatan Vympel dari Uni Soviet. Pada awal kehadiran MiG-21 di Tanah Air, K-13 menjadi ikon senjata utama yang tak terpisahkan dari MiG-21 Fishbed. 

K-13, dalam koden NATO disebut AA-2 Atoll, tak lain dalah rudal jarak dekat dengan jangkauan maksimum 8 Km. Yang paling menarik, desain dan konsep rudal ini memang menyadur Sidewinder, rudal legendaris milik AS. Menurut kisah yang beredar luas, pada 28 September 1958, sebuah AIM-9B yang ditembakkan dari sebuah F-86 Sabre Taiwan dengan target sebuah MiG-17 Republik Rakyat Cina tetapi tidak. Rudal tersebut hanya menancap di ekor pesawat MiG dan dibawa kembali ke pangkalan dan menjadi contoh pengembangan rudal Uni Soviet.


AA-2 Atoll (K-13) tampak dari sisi sayap samping

AA-2 Atoll (K-13) di Museum Dirgantara - Jogjakarta

K-13, atau dikenal dengan kode R-3S mulai dikembangkan pada tahun 1958 dan masuk dinas AU Uni Soviet pada tahun 1960. R-3S pertama kali diketahui negara Barat pada 196, lalu diberi kode AA-2A Atoll. Kemudian disusul oleh R-3 jenis pelacak radar semi-aktif (SARH) yang sekelas dengan AIM-9C Sidewinder yang digunakan F-8 Crusader Angkatan Laut Amerika Serikat. R-3 diberi kode NATO AA-2B. Lalu versi yang lebih mutakhir K-13M (R-13M) (IRH) dan K-13R (R-3R) (SARH) dikembangkan pada akhir 1960-an. R-13M secara kasar sekelas dengan AIM-9G Sidewinder yang digunakan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat dengan pemicu jarak yang baru, bahan bakar baru untuk jarak yang lebih jauh, manuver yang lebih baik dan pelacak panas yang lebih sensitif. R-3P adalah versi untuk latihan. (P = prakticheskaya, untuk “latihan”).

Tentu performa AA-2 Atoll untuk ukuran saat ini sudah ketinggalan jaman, rudal ini serupa dengan konsep rudal AIM-9 P2 Sidewinder, dimana untuk menembakkan rudal pilot harus membidik musuh didepannya agar rudal dapat menuju pesawat musuh. Ini tak lain karena rudal hanya akan menuju sumber panas yang dikeluarkan dari exhaust jet tempur. 


AA-2 Atoll (K-13) tampak dari sisi belakang sayap

Dilihat dari desain, K-13 memang serupa dengan Sidewinder

Insiden AA-2 Atoll 

Prestasi AA-2 Atoll bisa dibilang tidak terlalu cemerlang, ada sepenggal kisah menarik yang melibatkan AA2-Atoll pada insiden Teluk Sidra di Libya pada 19 Agustus 1981. Saat itu pukul 07.00 waktu setempat, radar kapal induk USS Nimitz mengunci dua sasaran. Kedua target yang mengarah ke posisi armada ke-6 itu tak lain adalah jet tempur Su-22 Fitter AU Libya. Bukan hanya radar dari kapal induk saja, kedua pesawat yang berpangkalan di sekitar Tripoli itu juga terdeteksi oleh sebuah E-2C Hawkeye yang terbang di ketinggian 21.000 meter.


Pada saat yang sama, ada dua jet penyergap F-14 Tomcat asal Skuadron Black Aces (VF-41) tengah berpatroli udara (CAP). Tomcat pertama dengan callsign “Fast Eagle 102″ diawaki CDR Hank Kleeman /LT Dave Venlet. Sedang pesawat lain bercall-sign “Fast Eagle 107″ dikendalikan oleh LT “music”Muczynski/LT JG “Amos” Anderson. Skuadron ini berpangkalan di kapal induk USS Nimitz. Kedua Tomcat tadi lalu diarahkan untuk mencegat Fitter Libya.


Su-22 milik AU Libya

Secara umum jelas kemampuan Fitter tak bisa disejajarkan dengan Tomcat. Dari konsep perancangannya saja, kedua jenis jet tadi sudah jauh berbeda. Sukhoi melansir Su-22 Fitter untuk keperluan serang permukaan (Ground Attack). Artinya semua piranti elektronik dan persenjataan yang diusung dipakai untuk menghantam sasaran darat. Memang ,rudal anti pesawat juga dibawa Fitter.Namun,harus diingat bahwa rudal tadi hanya sekedar untuk pertahanan diri.

Sebaliknya Grumman mendesain F-14 Tomcat murni bagi keperluan pencegat dan duel di udara. Urusan avionik dan persenjataan juga dibuat untuk menghajar pesawat lawan. Baik jarak jauh maupun jarak dekat. Hanya dalam hitungan menit saja kedua tipe jet tempur beda konsep dan generasi tadi akhirnya masuk dalam radius tempur. Mereka saling berhadapan, head-on, lalu terjadilah aksi duel di udara ,dua rudal antipesawat AA-2 Atoll berpemandu inframerah diluncurkan oleh Fitter ke Arah Tomcat.


Ilustrasi jalannya duel udara antara F-14 Tomcat dan Su-22

Entah karena nekat, panik atau memang tak mengenal karakter teknisnya, kedua rudal tadi malah diarahkan langsung ke bagian muka target. Padahal, Atoll merupakan rudal pencari panas dan belum berkemampuan all-aspect (menghantam dari segala sudut), alhasil kedua rudal tadi gagal mengenai targetnya.
Gagal merontokkan jet AS, kedua Fitter tadi berbelok tajam, melarikan diri. Dengan keunggulan manuver dan kecepatan maka tanpa bersusah payah kedua Tomcat tadi mengunci sasaran dan bisa ditebak, berakhirlah riwayat dua jet Libya itu .Sebuah Fitter rontok oleh AIM-9L Sidewinder, bola api disertai getaran hebat memenuhi Teluk Sidra. Sebuah Fitter yang lain beruntung dapat kembali ke pangkalan meskipun harus rusak berat terkena hantaman AIM-9 L sidewinder. 


AA-2 Atoll dan MiG-21 AURI


Sayang tidak ada informasi yang jelas, berapa unit Atoll yang pernah dimiliki AURI pada tahun 1960-an. Sebagai ilustrasi saja, sebuah MiG-21 umumnya menggotong dua Atoll, nah MiG-21 yang dimiliki AURI kabarnya berjumlaah 10 unit. Jadi bila setiap pesawat dibekali dengan dua Atoll, bisa diperkirakan populasi Atoll setidaknya ada 20 unit di Indonesia. Sebagai informasi, MiG-21 F memperkuat AURI sampai tahun 1967. 


K-13 masih digunakan hingga generasi MiG-23

Semua varian K-13 secara fisik memang menyerupai Sidewinder dengan diameter 127 mm. Walau berjangkauan 8 kilometer, tapi jarak efektifnya adalah sekitar 1 kilometer. Umumnya negara-negara sekutu Uni Soviet menggunakan Atoll sebagai alutsista andalan. Versi lisensi Atoll dibuat di Rumania dengan kode A-91. Versi Republik Rakyat Cina untuk K-13 adalah PL-2, serta PL-3 dan PL-5 untuk versi yang lebih mutakhir. 

Spesifikasi K-13
Produksi : Vympel
Panjang : 2,8 meter
Lebar Sayap : 0,53 meter
Diameter : 0,12 meter
Kecepatan : 2,5 Mach
Jangkauan : 6,5 – 8 Km
Pengarah : passive infra-red homing or semi-active radar homing
Hulu ledak : proximity-fuzed blast fragmentation, 6 kg
Tenaga : solid propellant rocket motor



Taiwan menggelar sistem pertahanan roket multi laras berkemampuan tinggi yang ditempatkan di garis pantainya, sebagai antisipasi menghadapi operasi amfibi China. Sistem pertahanan itu dinamakan Ray Ting 2000 atau Thunder 2000 yang mampu meluncurkan 40 roket secara simultan dalam satu menit pengoperasian.

defensenews.com, Kamis (6/6), melaporkan, penggelaran tahap awal sistem itu diterapkan di Pulau Matsu dan mampu menjangkau pantai Provinsi Fijian di China melongkapi Selat Taiwan. China hingga kini menganggap Taiwan sebagai salah satu provinsinya; dan berang terhadap negara manapun yang mau mengakui kedaulatan Taiwan.

Akan tetapi, Kementerian Pertahanan China tidak berkomentar apapun soal arsenal baru pertahanan diri itu. Thunder 2000 diharapkan bisa meningkatkan kapabilitas anti pendaratan militer Taiwan mengingat sistem itu dikembangkan sejak 30 tahun lalu.

Kementerian Pertahanan Taiwan juga dilaporkan berencana membuat lebih dari 50 sistem serupa yang memerlukan biaya sekitar 483 juta dolar Amerika Serikat.

China dan Taiwan berpisah sejak 1949 setelah perang sipil terjadi, kaum nasionalis yang kalah dari komunis menyeberang ke Pulau Formosa dan membentuk negara baru bernama Taiwan. Taiwan juga menjadi mitra strategis Amerika Serikat di Pasifik, sebagaimana dengan Jepang dan Korea Selatan. 




http://images.detik.com/content/2013/06/24/1036/bbm.jpgJakarta - PT Dahana (Persero) memiliki kemampuan membuat bahan peledak untuk keperluan militer dan sipil. Salah satu produk terbarunya untuk versi militer adalah bom berdaya ledak tinggi untuk pesawat tempur F16 dan Sukhoi yang dimiliki TNI AU.

"Buat bom, untuk pematik. Bomnya P100 untuk Sukhoi dan F16," ucap Public Relations Dahana Juli Jajuli kepadadetikFinance di sela pameran Harteknas di Kantor BPPT Thamrin, Jakarta, Senin (24/6/2013).

Menggandeng perusahaan swasta lokal yakni Sari Bahari, BUMN strategis ini siap memasok kebutuhan bom berdaya ledak rendah hingga tinggi. Produksi bom ini, nantinya dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. "Kalau pesawat Sukhoi kan tergantung Rusia, akhirnya dirancang supaya nggak tergangtung," tambahnya.

Juli menjelaskan, pihaknya juga tengah mengembangkan sebuah peledak untuk kebutuhan roket anti tank. Menurutnya, bahan peledak ini sebelumnya hanya digunakan untuk keperluan pengeboran perusahaan minyak dan gas.

"Sebelumnya diproduksi untuk oil and gas. Nanti akan dikembangkan untuk tank. Ini bisa melubangi tank," tegasnya.(feb/dnl)


  ● detikFinance 


Kapal selam kelas Changbogo

Kementerian Pertahanan sebaiknya menekankan lebih serius mengenai kesepakatan transfer teknologi (ToT) dalam pengadaan kapal selam Changbogo dari Korea Selatan, hal dikatakan oleh Raja Oloan Saut Gurning, Ketua Pusat Kerja Sama dan Promosi IPTEKS Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Rabu, 26 Juni 2013. Indonesia juga sebagai pemilik uang berhak mendapatkan manfaat lebih dari kerja sama ini dan kepentingan nasional harus dibela, lanjutnya.

Saut menilai realisasi pengadaan alutsista Indonesia dalam dua tahun terakhir lebih menguntungkan pihak asing dan berpotensi menjadikan alutsista Indonesia dikendalikan korporat asing. Dalam jangka panjang dampaknya akan sangat berbahaya bila masih bergantung pada negara lain.

Menurut Saut, kerja sama pembelian kapal selam dengan Korea Selatan berpotensi sangat merugikan Indonesia. Itu, kata dia, tampak dari detail teknis yang tidak ada komponen kapal selam yang dibuat di Indonesia.

"PT PAL saya dengar hanya mendapat bagian pekerjaan 2 persen saja. Hanya gambar dan pengawasan. Bahkan memotong pelat baja pun tidak dikasih," ujar Saut.

Awalnya disepakati dari pembelian tiga kapal selam kelas Changbogo dari Korea Selatan, dengan harga sekitar 350 juta dolar per unit. Dalam perjanjian pembelian, Korea Selatan menawarkan alih teknologi kepada Indonesia. Sejumlah tim ahli dan insinyur Indonesia akan dilibatkan dalam pembuatannya. Dua kapal dibuat di Korea dan satu lagi akan dibuat di Indonesia dalam hal ini PT PAL. Namun, kata Saut, dalam kenyataannya, banyak alasan dari Korea Selatan yang aneh-aneh. Misalnya tenaga ahli yang dikirim belajar harus berumur kurang 30 tahun dan hanya diperbolehkan learning by seing (melihat).

Tak adanya kesempatan tenaga ahli Indonesia turut andil dalam proses produksinya karena dianggap sangat merugikan. Saut menilai negosiasi transfer teknologi kapal selam tersebut hanya basa-basi di atas kertas.

"Kita ini banyak dikendalikan asing. Jangan sampai program ToT kapal selam ke Korea justru merugikan Indonesia," ucap Saut.

Melalui APBN 2013, nilai belanja alutsista sebesar Rp 28,2 triliun dan diperkirakan lebih dari 80 persen dibelanjakan dari industri asing dengan dukungan lebih 60 persen kredit ekspor luar negeri.

Dirut PT PAL : Merugikan Kepentingan Nasional 

Sebelumnya, Direktur Utama PT PAL Indonesia, M. Firmansyah Arifin, mengatakan program transfer teknologi kapal selam ke Korea Selatan, cenderung merugikan kepentingan nasional. Setelah mempelajari klausul kontraknya, Firmansyah melihat program ToT itu lebih menekankan pada learning by seeing, bukan learning by doing.

Akibatnya, kata Firmansyah, tenaga ahli Indonesia yang dikirim ke Korea Selatan, hanya sebatas melihat proses pembuatan tanpa terjun langsung membuat dan mempelajari teknologinya. Skema kerja sama seperti ini, lebih menguntung Korea ketimbang Indonesia.

"Memang kami harus mencuri teknologinya. Karena Korea dulu juga mengambil teknologi dari Jerman," kata Firmansyah, beberapa waktu lalu.

Daewoo Shipbuilding Marine Engineering co. Ltd, galangan kapal Korea Selatan, menurut Firmansyah hanya sekedar memberikan gambar kapal selam. Padahal, mempelajari rekayasa teknologi kapal selam tidak cukup dengan melihat gambar. Kini pihaknya hanya berharap bisa menempatkan lebih banyak tenaga ahli dari kampus dalam program ToT untuk melakukan kajian ilmiah. Dirinya yakin, Korea Selatan tidak akan memberikan ilmu secara tulus kepada Indonesia.

Alasan Korsel Tidak Melibatkan Tenaga Ahli Indonesia

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) membantah jika pemerintah Korea Selatan setengah hati melakukan transfer teknologi pembuatan kapal selam kepada Indonesia. Korea Selatan memiliki alasan kuat menolak perwakilan dari PT PAL ikut mengerjakan kapal selam pesanan Indonesia.

"Menurut mereka pembangunan kapal selam punya resiko sangat tinggi," kata Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis, saat ditemui Tempo di kantor Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta Senin lalu. "Rusia yang ahli kapal selam saja pernah gagal, apa lagi orang yang belum punya keahlian, risikonya sangat tinggi, rawan kecelakaan," terang Rachmad.

Kemenhan mengungkapkan beberapa alasan mengapa Korea Selatan tidak melibatkan tenaga ahli Indonesia dalam pembuatan kapal selam :

Pertama, Korea Selatan mengatakan kapal selam adalah produk alutsista dengan standar kualitas tinggi. Berbeda dengan kapal perang biasa, kapal selam harus memiliki kemampuan menyelam hingga 350 meter dari permukaan laut sehingga tak boleh ada sedikit pun kesalahan. Jika tidak, nyawa dan reputasi produsen kapal selam jadi taruhan.

Kedua, faktor keselamatan pekerja Indonesia juga menjadi alasan Korea Selatan. Sebab produksi kapal selam menggunakan peralatan yang beresiko besar pada keselamatan, terlebih untuk tenaga yang belum memiliki kemampuan.

Ketiga, Korea Selatan takut target produksi mereka molor karena harus memberi pelajaran kepada Indonesia. "Sementara kalau produksinya telat, kan mereka kena denda."

Meski begitu, saat ini pemerintah sedang melobi Korea Selatan untuk memaksimalkan proses alih teknologi. Minimal, jika perwakilan PT PAL benar-benar cuma diberi kesempatan belajar dengan learning by seeing, Korea Selatan mau memperlihatkan secara detil. "Jadi diharapkan kapal selam ketiga kita bisa buat sendiri di Indonesia, tentu atas bimbingan langsung Korea Selatan," kata Rachmad.

Sumber : Tempo
Kredit foto : www.naval.com.br



Kalau memang seperti pernyataan pejabat Kemenhan diatas, berarti indikasinya pembelian Changbogo memang tanpa transfer teknologi, lebih cocok tenaga PT PAL yang dikirimkan itu disebut sebagai "wisatawan."

Sebenarnya ini semua tergantung Indonesia, seharusnya Indonesia-lah yang bisa "mengikat" Korea dengan kontrak atau perjanjian pembelian kapal selam ini. Bukan malah berharap setelah kontrak ditandatangani. Apakah sulit untuk memperjelas klausul kontrak dan konsekuensinya bila melanggar? Kecuali bila memang tidak ada/tidak jelasnya klausul ToT dalam kontrak.

Dengan "tipu muslihat" Korsel seperti ini (naasnya Indonesia yang kena), ada baiknya juga untuk tidak lagi berharap banyak pada program KFX/IFX yang saat ini juga memang tidak jelas juntrungannya. Nasi sudah menjadi bubur, dan tetap akan menjadi bubur walaupun sudah ditambah potongan ayam dan sayuran he... Untuk selanjutnya diharapkan tidak lagi terjadi hal semacam ini. Pinter pinter dong...!


Turki berniat mengakuisisi sistem pertahanan udara anti-rudal jarak jauh HQ-9 China, yang dalam versi ekspornya disebut FD-2000, pejabat pengadaan alat pertahanan Turki mengatakan, meskipun menurutnya akan mustahil mengintegrasikan sistem pertahanan udara China itu dengan sistem persenjataan NATO yang dimiliki Turki selama ini.



Sistem pertahanan udara HQ-9
Sistem pertahanan udara HQ-9 China (Foto : Aviation Week)
Seorang pejabat senior Turki yang sudah malang melintang dalam pengadaan program tersebut mengatakan bahwa pemerintah Turki telah mengambil kesimpulan bahwa teknologi sistem pertahanan udara anti-rudal yang ditawarkan China itu sangat memuaskan, lagipula memungkinkan opsi transfer teknologi (ToT) dan harganya jauh lebih murah dari alutsista sejenis dari negara lain.

Walaupun begitu, keputusan akhir untuk memilih alutsista dari China ini masih menunggu persetujuan dari Menteri Pertahanan Ismet Yilmaz dan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan.

Keputusan baru akan final dan diumumkan secara resmi pada pertemuan Komite Eksekutif Industri Pertahanan Turki berikutnya, yang dipimpin oleh Erdogan yang memegang keputusan tertinggi pengadaan alutsista. Namun, belum ada tanggal pasti kapal pertemuan berikutnya diadakan.

HQ-9 atau FD-2000 untuk versi ekspor adalah sistem pertahanan udara anti-rudal jarak jauh generasi baru buatan China yang dilengkapi dengan radar aktif. Formasi dasar dari baterai HQ-9 terdiri dari sebuah radar tipe pencari 305B, sebuah radar pelacak, sebuah generator diesel 200kw, dan delapan peluncur erektor transporter (TELS) masing-masing 8 rudal, total 32 putaran siap tembak. HQ-9 sendiri adalah rudal tipe dua tahap.

Turki telah meluncurkan program T-Loramids untuk membeli sistem pertahanan udara. T-Loramids adalah program senilai 4 miliar dolar untuk membeli rudal jarak jauh dan sistem pertahanan udara. Untuk kontrak itu sendiri berbagai pemain alutsista dunia telah ambil bagian, sebut saja pan-European Eurosam pembuat SAMP/T Aster martin, bersaing dengan kemitraan dari AS yang terdiri dari Raytheon dan Lockheed Martin yang merupakan pembuat sistem pertahanan udara Patriot, Rosoboronexport dari Rusia yang memasarkan S-300, dan dari China sendiri CPMIEC (China Precision Machinery Export-Import Corp.) yang menawarkan HQ-9 nya (FD-2000).

Sebuah sumber di industri pertahanan barat mengatakan bahwa para pejabat AS telah memperingatkan para birokrat Turki berulang kali tentang potensi kesulitan dalam mencapai interopabilitas jika Turki memutuskan untuk mengesahkan kontrak pembelian sistem pertahanan udara dengan China atau juga Rusia.



Tulpar IFV,Otokar

Tulpar,kendaraan tempur infanteri ini dikembangkan oleh perusahaan swasta Otokar.ini merupakan kendaraan tempur lapis baja Turki yang diperkenalkan pada 2013.IFV dengan nama Tulpar merujuk kepada mitologis kuda bersayap.Baru baru ini Otokar memperkenalkan sejumlah kendaraan lapis baja baru.disamping itu juga bertanggung jawab bagi pengembangan MBT baru altay.Tulpar sendiri diperuntukkan bagi pengadaan alutsista Angkata Darat Turki dan juga pelanggan ekspor.Militer Turki mungkin akan membutuhkan sekitar 400 unit dari kendaraan tersebut.Azerbaizan sudah menyatakan niatnya untuk mengorder IFV ini.


IFV baru ini memiliki kemiripan dengan Puma Jerman.Tulpar memiliki baju besi modular,tersedia dengan tiga tingkat perlindungan.Berat bobot IFV ini mencapai 25,35 dan 40 ton.tergantung pada tingkat perlindungan.busur depan pada kendaraan memberikan perlindungan pada proyektil 25 mm amor piercing,kendara ini juga tahan terhadap ledakan ranjau 10 kg TNT pada bagian bawah lambung.Tulpar dengan maksimal Ade-on dapat disebut IFV berat.Dengan modul lapis baja tambahan beratnya akan sama dengan MBT T-72.Tulpar dilengkapi dengan perlindungan NBC dan sistem pencegah kebakaran dan dapat juga dilengkapi dengan sistem proteksi aktif.


IFV ini dilengkapi dengan turet tak berawak Mirzak 30 yang dipersenjatai dengan Canon 30 mm,untuk persenjataan sekundernya yaitu senapan mesin koaksial 7,62 mm.Turet juga dapat dipasang rudal anti tank LUMTAS yang memiliki panduan laser.

Kendaraan ini dilengkapi dengansistem pengintai dan pengindra canggih dan memang memiliki kesamaan dengan MBT Altay.



Kendaraan dapat mengakomodasi Komandan,Penembak,Pengemudi dan 8 personel lengkap.Tulpar tersedia dalam dua mesin yang berbeda.mesin Tulpar di dukung dengan mesin Scania DSI 14 atau mesin Diesel tubocharged DSI 16.Untuk yang DSI 16 memiliki kekuatan 810 hp dengan kompartemen mesin terletak pada bagian depan.Tulpar dapat diangkut dengan pesawat kargo militer A-400M.dan ada kemungkinan variannya akan segera dikembangkan


  
SPESIFIKASI
Masuk layanan
?
Kru
8 orang
Berat
25 – 40 t
Panjang
7.23 m
Lebar
3.44 m
Tinggi
2.68 m
Senjata utama
Canon 30 mm/208 rounds
Senjata sekunder
Senapan mesin koaksial 7.62 mm/500 rounds
Mesin
Scania DSI 14/16 diesel
Tenaga
810 hp
Kecepatan maksimum
70 km/jam
Jarak tempuh
600 km
Gradient
60%
Side slope
30%
Vertikal step
0,7 m
Trench
2 m
Fording
1,2 m

Newer Posts Older Posts Home

Blog Archive

Follow On Facebook

Image Galery
Recent Updates
Recomment to Your Friends
Current Views
Popular Posts
  • PT Pindad Produksi Tank Tempur Medium 2014
  • Perancis Menawarkan Kapal Selam Andrasta Ke Indonesia
  • Negara-Negara Dan Pasukan Militer Terkuat Di Dunia
  • J-10BD BANGO, PESAWAT TEMPUR INOVASI ANAK BANGSA
  • Riset Roket Kendali RKN 200 Indonesia
  • Lomba Senjata China Versus Amerika Serikat
  • PEMERINTAH TUGASKAN PT DI DAN PT PAL BANGUN PESAWAT TEMPUR DAN KAPAL SELAM
  • Hadapi Senjata Radio-Elektronik Rusia, Kapal Perusak AS Kabur
  • Peluang Indonesia Peroleh Kapal Selam Litoral Canggih Perancis
  • Pabrik Propelan sebagai Kado TNI

Visitor

Total Pageviews

Copyright © 2012. Basnetg.com. All rights reserved.
Home