Teknologi Alutsista Militer Indonesia: india

Your are browsing : india

Sistem pertahanan rudal India didorong untuk mengembangkan rudal yang dapat mencegat rudal baslitik musuh pada jarak 5.000 km, pada dasarnya ini untuk menanggulangi kemungkinan ancaman dari rudal-rudal dari negara-negara seperti China.

Rudal jarak jauh ini tengah dikembangkan oleh Badan Pengembangan dan Penelitian Pertahanan (Defence Research and Development Organisation/DRDO) sebagai bagian dari program perisai Pertahanan Rudal Balistik (BMD). Tahap I pengembangan perisai BMD sudah selesai, dikatakan oleh kepala DRDO Avinash Chander mengatakan kepada pers India dalam sebuah wawancara (Hindustantimes).

Rudal tahap I yang dihasilkan dari program BMD ini akan mampu mencegat rudal musuh yang ditembakkan dari rentang 2.000 km. Selanjutnya, DRDO akan meningkatkan kemampuan BMD melalui tahap II untuk menangani ancaman rudal musuh dengan rudal yang lebih jauh jangkauannya yaitu 5.000 km.

"Kita berencana untuk segera melaksanakan uji coba pertama dari tahap II dari program BMD di mana kita akan menguji kemampuan rudal tersebut untuk menghancurkan rudal balistik musuh yang menembaki kita dari jarak 5.000 km," kata Chander, yang mengambil alih posisi kepala DRDO pada awal bulan ini.

"Kemampuan (rudal) seperti ini memenuhi persepsi ancaman langsung kita," katanya ketika ditanya apakah rudal itu akan menutupi ancaman rudal-rudal yang ditembakkan dari negara-negara seperti China.

Dalam tahap II program ini, semua komponen seperti perisai rudal, radar rudal dan pencegat akan dibuat baru dan akan memiliki rentang yang lebih jauh (dari rudal tahap I), kata Chander. "Rudal tahap II akan benar-benar berbeda dari rudal tahap I. Rudal akan mencegat lebih jauh," kata Chander.

Sementara memberikan rincian program BMD tahap II, katanya perisai rudal tahap I sudah siap untuk disebarkan. Ketika ditanya kota mana yang pertama kali akan dilindungi oleh perisai rudal tahap I itu, Chander mengatakan "Pilihan pertama untuk menyebarkan perisai rudal itu adalah ibukota, New Delhi, karena merupakan jantung negeri." Untuk menyebarkan rudal tahap I ini, pemerintah harus memberikan instruksi yang diperlukan setelah komponen rudal diletakkan di lokasi.

Chander mengatakan DRDO berencana untuk menguji tembak rudal baru jangka panjang di laut Andaman. Bagaimanapun ini akan membutuhkan izin, termasuk dari Kementerian Lingkungan Hidup.

"Kami akan mengembangkan rudal dengan jangkauan 5.000 km, kami akan uji coba di tempat-tempat seperti di Andaman, katanya."

Foto : MDA via cfr.org

Rudal Balistik Agni-V
(Foto : defenceforumindia.com)

India kembali memodifikasi rudal jarak jauhnya agar bisa membawa beberapa hulu ledak nuklir, surat kabar The Hindu, India, melaporkan pada hari Rabu, mengutip pernyataan seorang pejabat senior India.

V.K. Saraswat, Direktur Jenderal Badan Penelitian dan Pegembangan Pertahanan India, mengatakan kepada The Hindu bahwa sebuah tim saat ini tengah bekerja untuk memodifikasi rudal Agni-V agar bisa membawa Multiple Independently Targetable Re-entry Vehicles (MIRV).

"Pekerjaan sudah dimulai dan baru pada tahap desain," kata Saraswat kepada The Hindu.

Rudal Agni-V adalah rudal tiga tahap, berbahan bakar padat dan berkemampuan nuklir dengan jangkauan awal 5.000 kilometer yang kemungkinan akan diperjauh ke lebih dari 5.500 km, menjadikannnya sebagai Rudal Balistik Antar Benua (ICBM). India pertama kali menguji tembak rudal Agni-V pada April lalu, dan peluncuran itu sukses.

Kesuksesan uji coba Agni-V dirayakan oleh pejabat dan pers India yang mana beberapa di antara mereka menyebut Agni-V sebagai "Pembunuh China" karena fakta bahwa rudal itu bisa mencapai seluruh kota-kota besar China. Saraswat sendiri menyebut rudal itu sebagai "game-changer".

MIRV yang akan dilengkapkan pada Agni-V untuk memungkinkan membawa beberapa hulu ledak nuklir pada satu rudal, dan menyerang beberapa sasaran atau target tunggal dengan efisiensi yang lebih besar. Setelah Agni-V mencapai tahap ketiga, MIRV akan mengeluarkan hulu ledak (nuklir) untuk target terpisah atau tunggal. Uni Soviet dan Amerika Serikat sendiri melengkapi ICBM mereka dengan MIRV selama tahun 1970-an.

Para analis pertahanan sudah banyak yang menduga bahwa pada suatu saat India akan memodifikasi Agni-V dan Agni-III dengan melengkapinya dengan MIRV. Hal ini terutama untuk mengimbangi China yang saat ini tengah menguji coba rudal ICBM DF-31 dan DF-41 yang juga berkemampuan nuklir dan dilengkapi dengan MIRV.

Perbandingan rudal Agni-V dengan Rudal China dan Pakistan
(Foto via : 20twentytwo.blogspot.com)

ICBM dengan MIRV akan memiliki potensi menghancurkan yang luar biasa. Negara-negara yang memiliki kemampuan seperti ini akan meluncurkan banyak rudal seperti ini untuk menghancurkan lokasi-lokasi silo rudal musuh dalam serangan pertama. Ketakutan ini, pada gilirannya akan meningkatkan logika strategis tindakan ofensif bahwa salah satu pihak harus menjadi yang pertama yang meluncurkan serangan nuklir atau bila tidak makan akan menghadapi risiko kekuatan nuklir mereka dihancurkan oleh musuh (didahului).

Namun ada kekhawatiran yang kuat tentang efek destabilisasi rudal yang dilengkapi dengan MIRV merujuk pada paruh kedua Perang Dingin. Dan perlu dicatat, bagaimanapun, India dan China tidak memiliki doktrin nuklir, yang secara teoritis akan mengurangi bahaya dan kecemasan yang diciptakan oleh kekuatan nuklir MIRV.

Namun, setidaknya pengenalan teknologi MIRV ke dalam keseimbangan strategis India-China bisa membuat kedua belah pihak berpikir bahwa mereka perlu untuk memperluas kekuatan nuklir mereka secara signifikan. Sudah tentu ini akan menyulitkan upaya global untuk mengurangi persenjataan nuklir dunia. Rusia baru-baru ini juga menyatakan bahwa ia tidak tertarik lagi dengan perjanjian pengurangan senjata nuklir dengan Amerika Serikat, dan hanya mengikuti perjanjian pengawasan senjata secara multilateral.

The Indian Defence Research and Development Organisation (DRDO) has conducted development trials of an advanced variant of the domestically manufactured Pinaka rocket system from firing point-II of the Proof and Experimental Establishment (PXE) at Chandipur in Orrisa, India.

Carried out by DRDO's Pune-based Armament Research and Development Establishment (ARDE) personnel, three rounds of Pinaka rockets were test-fired from a multi-barrel rocket launcher (MBRL) during the testing to evaluate the rockets' stability in flight, accuracy and consistency.

An unidentified defence official was quoted by The New Indian Express as saying that the Pinaka rocket was capable of acting as a force-multiplier, and all the rounds have yielded desired results.

"The tests were made after some developmental changes in the system," the official said. "We would carry out a few more tests on Friday."

Carried out with logistics support from the PXE, the trials confirmed Pinaka's ability to fire rockets to a range of 30km, even though the system is capable of launching projectile weapons to a range of 39 to 40km.

"The unguided rocket system put under trial here could be used to destroy a higher geographical area with its salvo of rockets."

The MBRL used for testing has been designed to launch 12 rockets with 1t of high explosives within 40 seconds.

Another defence scientist told the newspaper that the launcher's quick reaction time and high-rate of fire provides the army with an edge during low-intensity combat situations.

"The unguided rocket system put under trial here could be used to destroy a higher geographical area with its salvo of rockets," the scientist added.

Designed to replace the Indian Army's ageing Russian-built BM-21 Grad launchers, the Pinaka is capable of destroying the enemy communication centres, air terminal complexes and gun/rocket locations, as well as solid structures and bunkers.

The system features six launcher vehicles of 12 rockets each, as well as two command post vehicles including a fire control computer, Digicora MET radar and six loader/replenishment vehicles with a payload of 100kg.

AGNI-V TEST FIRED

India on Thursday successfully test fired a new missile capable of delivering a one-tonne nuclear warhead anywhere in rival China, marking a major advance in its defence capabilities.

Watched by hundreds of scientists, the Agni V was launched from a test site off the eastern state of Orissa.

India views the rocket, which has a range of 5,000 kilometres, as a key boost to its regional power aspirations and one that narrows — albeit slightly — the huge gap with China’s technologically advanced missile systems.

Prime Minister Manmohan Singh and Defence Minister A K Antony congratulated the nation’s defence scientists on the “successful” launch, with Antony calling the achievement “a major milestone in India’s missile programme”.

The test leaves India knocking at the door of a select club of nations with inter-continental ballistic missiles (ICBMs), which have a minimum range of 5,500 kilometres.

Currently only the five permanent members of the UN Security Council — Britain, China, France, Russia and the United States — possess a declared ICBM capability.

“I am announcing the successful launch of Agni V making history and making our country proud in the area of missile technology,” V K Saraswat, head of India’s Defence Research and Development Organisation (DRDO) which made the missile, said.

He said India was now a “missile power”. DRDO spokesman Ravi Gupta insisted the Agni V was a “non country specific” deterrent, but analysts noted it extends India’s missile reach over the entire Chinese mainland, including military installations in the far northeast.

Agni, which means “fire” in Sanskrit, is the name given to a series of rockets India developed as part of its ambitious integrated guided missile development project launched in 1983.

While the shorter-range Agnis I and II were mainly developed with Pakistan in mind, later versions with a range of 3,500 kilometres — are perceived as China-centric deterrents.

A team of 800 have worked on the indigenously developed Agni V over the last three years, using new materials and technology to build motors capable of increasing the propulsion and speed of the new missile.

“Firstly you have a phenomenal range so every single significant city — Beijing, Shanghai — will come within its range,” retired Air Force officer Kapil Kak from the Centre for Air Power Studies in India.

“Secondly, it has a very, very high speed compared to previous missiles…But the key issue is that this missile can be pushed to 8,000 kilometres.

“The significance there is that India then demonstrates the capability to make an ICBM,” he added.

There was no official reaction in China, but the state-run Global Times newspaper warned India “should not overestimate its strength” in an editorial published on Thursday.

“India should be clear that China’s nuclear power is stronger and more reliable. For the foreseeable future, India would stand no chance in an overall arms race with China,” it added.

The two Asian giants, each with a population of more than one billion, have prickly relations and a legacy of mistrust that stems from a brief but bloody border war in 1962.

In public, their leaders stress that trade is booming and that the world is big enough to accommodate both of them as they develop economically.

China’s military arsenal is far larger and far more technologically advanced than India’s, which is why the Agni V is so important, according to Monika Chansoria, a senior fellow at the Delhi-based Centre for Land Warfare Studies.

http://dawn.com/

Home

Blog Archive

Follow On Facebook

Visitor

Total Pageviews