Sistem pertahanan udara HQ-9 China (Foto : Aviation Week) |
Seorang pejabat senior Turki yang sudah malang melintang dalam pengadaan program tersebut mengatakan bahwa pemerintah Turki telah mengambil kesimpulan bahwa teknologi sistem pertahanan udara anti-rudal yang ditawarkan China itu sangat memuaskan, lagipula memungkinkan opsi transfer teknologi (ToT) dan harganya jauh lebih murah dari alutsista sejenis dari negara lain.
Walaupun begitu, keputusan akhir untuk memilih alutsista dari China ini masih menunggu persetujuan dari Menteri Pertahanan Ismet Yilmaz dan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan.
Keputusan baru akan final dan diumumkan secara resmi pada pertemuan Komite Eksekutif Industri Pertahanan Turki berikutnya, yang dipimpin oleh Erdogan yang memegang keputusan tertinggi pengadaan alutsista. Namun, belum ada tanggal pasti kapal pertemuan berikutnya diadakan.
HQ-9 atau FD-2000 untuk versi ekspor adalah sistem pertahanan udara anti-rudal jarak jauh generasi baru buatan China yang dilengkapi dengan radar aktif. Formasi dasar dari baterai HQ-9 terdiri dari sebuah radar tipe pencari 305B, sebuah radar pelacak, sebuah generator diesel 200kw, dan delapan peluncur erektor transporter (TELS) masing-masing 8 rudal, total 32 putaran siap tembak. HQ-9 sendiri adalah rudal tipe dua tahap.
Turki telah meluncurkan program T-Loramids untuk membeli sistem pertahanan udara. T-Loramids adalah program senilai 4 miliar dolar untuk membeli rudal jarak jauh dan sistem pertahanan udara. Untuk kontrak itu sendiri berbagai pemain alutsista dunia telah ambil bagian, sebut saja pan-European Eurosam pembuat SAMP/T Aster martin, bersaing dengan kemitraan dari AS yang terdiri dari Raytheon dan Lockheed Martin yang merupakan pembuat sistem pertahanan udara Patriot, Rosoboronexport dari Rusia yang memasarkan S-300, dan dari China sendiri CPMIEC (China Precision Machinery Export-Import Corp.) yang menawarkan HQ-9 nya (FD-2000).
Sebuah sumber di industri pertahanan barat mengatakan bahwa para pejabat AS telah memperingatkan para birokrat Turki berulang kali tentang potensi kesulitan dalam mencapai interopabilitas jika Turki memutuskan untuk mengesahkan kontrak pembelian sistem pertahanan udara dengan China atau juga Rusia.
Walaupun begitu, keputusan akhir untuk memilih alutsista dari China ini masih menunggu persetujuan dari Menteri Pertahanan Ismet Yilmaz dan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan.
Keputusan baru akan final dan diumumkan secara resmi pada pertemuan Komite Eksekutif Industri Pertahanan Turki berikutnya, yang dipimpin oleh Erdogan yang memegang keputusan tertinggi pengadaan alutsista. Namun, belum ada tanggal pasti kapal pertemuan berikutnya diadakan.
HQ-9 atau FD-2000 untuk versi ekspor adalah sistem pertahanan udara anti-rudal jarak jauh generasi baru buatan China yang dilengkapi dengan radar aktif. Formasi dasar dari baterai HQ-9 terdiri dari sebuah radar tipe pencari 305B, sebuah radar pelacak, sebuah generator diesel 200kw, dan delapan peluncur erektor transporter (TELS) masing-masing 8 rudal, total 32 putaran siap tembak. HQ-9 sendiri adalah rudal tipe dua tahap.
Turki telah meluncurkan program T-Loramids untuk membeli sistem pertahanan udara. T-Loramids adalah program senilai 4 miliar dolar untuk membeli rudal jarak jauh dan sistem pertahanan udara. Untuk kontrak itu sendiri berbagai pemain alutsista dunia telah ambil bagian, sebut saja pan-European Eurosam pembuat SAMP/T Aster martin, bersaing dengan kemitraan dari AS yang terdiri dari Raytheon dan Lockheed Martin yang merupakan pembuat sistem pertahanan udara Patriot, Rosoboronexport dari Rusia yang memasarkan S-300, dan dari China sendiri CPMIEC (China Precision Machinery Export-Import Corp.) yang menawarkan HQ-9 nya (FD-2000).
Sebuah sumber di industri pertahanan barat mengatakan bahwa para pejabat AS telah memperingatkan para birokrat Turki berulang kali tentang potensi kesulitan dalam mencapai interopabilitas jika Turki memutuskan untuk mengesahkan kontrak pembelian sistem pertahanan udara dengan China atau juga Rusia.
0 komentar
Write Down Your Responses