Nuklir salah satu energi alternatif yang efektif


Denpasar, Infonuklir.com. Jumlah perempuan Indonesia sekitar 120,95 juta atau 49,63% dari total penduduk Indonesia, jumlah ini berpotensi dalam mengatasi permasalahan baik masalah pendidikan, kesehatan dan ekonomi serta lingkungan termasuk berkontribusi di dalam mengembangkan sains, teknologi dan inovasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan fokus pada pemberdayaan energi listrik.

“Hal ini selaras dengan peran perempuan sebagai tiang negara yang mendominasi dalam penggunaan energi sebagai konsumsi rumah tangga,” kata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, saat membuka Seminar Wanita Sains dan Teknologi, Selasa (23/04/2013) di Hotel Pop Denpasar, Bali.

Menurutnya, data badan kesehatan dunia (WHO), udara dalam ruangan yang tercemar oleh hasil pembakaran proses masak di kompor tungku mengakibatkan lebih dari 45.000 kematian prematur setiap tahun di Indonesia. Dikatakannya, pengembangan energi alternatif menjadi bagian yang sangat penting dalam rangka menurunkan angka risiko-risiko yang dihadapi oleh perempuan sebagai pengguna terbesar, baik risiko terhadap kesehatan maupun pengurangan dalam pengeluaran ekonomi keluarga.

Seminar Nasional yang mengangkat tema Pemberdayaan Semua Jenis Pembangkit Listrik Untuk Pertumbuhan Ekonomi Bangsa ini, terselenggara atas kerjasama Pusat Diseminasi Iptek Nuklir (PDIN) – BATAN dengan Wanita Indonesia dalam Sains, Teknologi dan Inovasi (WISTI). Seminar diselenggarakan sebagai upaya pencapaian pemahaman yang utuh terhadap pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir ke berbagai stakeholder strategis.

Ketua Umum Kowani, Dewi Motik mengungkapkan bahwa salah satu energi alternatif yang efektif untuk digunakan adalah energi nuklir. “Nuklir itu seperti mata pisau, semua pemanfaatan sanis dan teknologi akan sangat tergantung kepada kita sebagai pemakainya,” katanya.

Di hadapan peserta seminar yang terdiri dari kalangan pemerintah, kalangan akademisi, aktivis gerakan perempuan di tingkat nasional maupun lokal, ia mengungkapkan bahwa Indonesia membutuhkan nuklir. “Perbandingan 1 gram Uranium terhadap 1 ton batu bara telah menjadi bukti kongkret keekonomisan energi nuklir dan ini tentu akan bersinergi dengan keekonomisan harga listrik,” ungkapnya.

Sementara itu, untuk memberikan informasi terhadap pemanfaatan energi nuklir di Indonesia, Deputi Kepala BATAN Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir (PHLPN) Falconi Margono mengungkapkan perkembangan iptek nuklir di Indonesia telah di mulai sejak era Soekarno pada tahun 1954. Berbagai riset iptek nuklir pun telah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas seperti adanya bibit padi unggul hasil mutasi radiasi yang dapat berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

“Hingga sekarang Indonesia telah memiliki tiga reaktor riset yaitu di kawasan nuklir Bandung, Yogyakarta dan Puspiptek Serpong. Hal ini menjadi bukti jika sumber daya manusia Indonesia mampu untuk mengembangkan teknologi nuklir,” kata Falconi.

Hadirkan pula pembicara LIPI Haifah Wahyu yang memaparkan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa, peneliti dari Swedia Benyamin Ticoalu yang memaparkan tentang Pembangkit Listrik Tenaga Air - Air Laut. Selain itu, Novianti Noor dari Bapeten yang menjelaskan Pengawasan Teknologi Nuklir di Indonesia.

Kegiatan yang dilaksanakan bersamaan dengan peresmian cabang WISTI di BaIi ini diharapkan dapat membantu proses transfer informasi berbagai pembangkitan listrik kepada kelompok masyarakat yang lebih luas. (RA)
sumber : http://www.infonuklir.com

, ,

0 komentar

Write Down Your Responses