ANCAMAN BAHAYA DEPLETED URANIUM


     “Penyebab polusi terbesar di Amerika Serkat adalah “Departemen Pertahanan AS , sekarang ini sedang membersihkan sampai 29,500 tempat, baru atau lama yang terkontaminasi disetiap wilayah negara bagian. Di California sendiri terdapat 3,912 lokasi yang terkontaminasi, di atas lokasi 441 buah instalasi Departemen Pertahanan yang baru dan lama. Banyak fasilitas milik Departemen Pertahanan AS telah mencemari sumber air minum bawah tanah …. Biaya untuk membersihkan racun mesiu yang mencemari dan perlengkapan perang artileri yang belum meledak dan masih aktif serta bekas instalasi militer di seluruh negara dapat mencapai US.$. 200 milyar.” 

Explosive depleted uranium tank round. (Photo: Tuberose.com)
      “Departmen Pertahanan menolak untuk mematuhi perintah atau menandatangani kontrak untuk membersihkan 11 lokasi pembuangan sampah (nuklir?), termasuk sebuah di Hawaii, dan telah meminta Gedung Putih serta Departemen Kehakiman untuk campurtangan atas atas namanya.” – Associated Press, Juli 1, 2008

Sementara mencoba bertindak sebagai watchdog nuklir di planet ini, Amerika Serikat dan Inggris Raya telah menjadi dua penyebab kanker paling besar dunia, kanker yang disebabkan oleh debu radiasi dan pengotor proyektil depleted uranium. 
Dengan menggunakan tank dan pesawat, militer Amerika Serikat dan Inggris telah menembakkan ratusan ton mesiu radioaktif depleted uranium (DU) sewaktu Perang Gurun Pertama, Perang Balkan, dan perang yang baru-baru ini terjadi di Afghanistan serta Irak. Selama dua dekade berturut-turut pemimpin pemerintahan Amerika dan Inggris sedikit saja melakukan upaya menyapu bersih sampah nuklir sisa peperangan yang berbahaya ini. 

Dan ketika berulang-kali ditanyakan tentang sampah senjata DU itu, juru bicara Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown dan President Amerika, George W. Bush, demikian pula kedua kandidat Presiden Amerika, baik Senator Barack Obama (D-Illinois) maupun Senator John McCain (R-Arizona), tidak memberikan reaksi terhadap sejumlah besar e-mail dan panggilan telepon selama waktu satu bulan ini. Ironinya, sementara menembakkan sampah nuklir di seluruh wilayah Iraq, Afghanistan dan bekas negara Yugoslavia, baik Inggris maupun Amerika Serikat secara tetap mengkritik sambil menterapkan tekanan keuangan atau politik kepada Iran, Syria, Korea Utara dan Pakistan karena mengembangkan senjata nuklir. Dari ke-empat negara tersebut, hanya Pakistan yang disebut-sebut memiliki amunisi depleted uranium, namun angkatan bersenjatanya tidak pernah menggunakan senjata tersebut.

      Depleted uranium adalah sebuah produk sampingan dari natural uranium yang dikayakan untuk kualitas reaktor nuklir atau kualitas senjata uranium. Tambahan lagi senjata itu digunakan sebagai pelapis baja untuk melindungi tank. Kepadatan metalnya ideal untuk membuat amunisi yang siap menembus tank dan kendaraan lapis baja lainnya dengan membakar dan melubanginya. Tetapi selama proses pembuatannya, mesiu tersebut mengeluarkan debu radio aktif dengan jumlah yang besar yang dapat diterbangkan oleh angin sejauh 20 sampai 30 mil. Kadang-kadang projektilnya tidak meledak. Bahkan turun ikut terkubur dengan sendirinya. Sekarang senjata DU tersebut mengotori atau mengancam penyediaan air, tanah, tumbuh-tumbuhan, burung dan binatang lainnya di wilayah tempat peperangan terjadi.
Potentially Serious Health Impacts

Bahaya puing-puing DU termasuk diantaranya meningkatkan jumlah penyakit kanker pada anak-anak dan penyakit-penyakit lainnya di Eropa dan Timur Tengah. Partikel DU yang halus juga dapat merusak ginjal, kulit dan lensa mata. Dan ketika terhirup atau tertelan oleh manusia, binatang atau ikan, debu DU dapat merusak kesehatan secara serius dan permanen. Curahan DU mencemari wilayah daratan secara permanen dengan paruh-umur 4.5 milyar tahun.. Debu Uranium tetap hidup di dalam paru-paru, dalam darah dan organ tubuh lainnya selama bertahun-tahun. Menurut laporan setelah Perang Teluk, debu uranium telah menyebabkan  apa yang disebut dengan penyakit misterius terhadap lebih dari 350,000 orang anggota militer Amerika Serikat, banyak diantara mereka yang tidak berhasil ditangani secara medis.

Sedikitnya di empat negara bagian, yaitu New York, California, Louisiana dan Connecticut – telah berusaha meloloskan rancangan UU namun gagal memaksa Departemen Pertahanan untuk melakukan pemeriksaan dan merawat lebih baik bagi veteran perang yang terkena pajanan DU sewaktu masa peperangan.

“Sejumlah besar penetrator depleted uranium berkarat yang menempel di permukaan tanah akan merupakan ancaman jangka panjang jika larut kedalam sumber air,”  Sebuah studi ilmiah yang dilakukan oleh British Royal Society menyatakan. Setelah granat ditembakkan, tanah menjadi tercemar dengan partikel buangan depleted uranium dan oleh beberapa bagian dari mesiu itu sendiri. Yang tercemar DU harus dipindahkan dari daerah lokasi sekelilingnya yang diketahui terdapat pengaruh penetrator yang kuat ,” demikian kata the Royal Society. “Percontohan lingkungan jangka panjang, terutama sekali air dan susu, lingkungan membutuhkan dan harus disediakan metoda monitoring komponen yang sensitif serta hemat biaya, serta menyediakan informasi mengenai tingkat uranium yang ada untuk dijadikan perhatian oleh penduduk setempat.. Monitoring perlu ditingkatkan di beberapa tempat, dengan menyebutkan asesmen risiko tertentu, jika situasinya menjamin keabsahan untuk pertimbangan lebih lanjut.”
Walaupun Royal Society menegaskan ancaman yang merusak kesehatan kepada mereka yang menghirup jumlah yang banyak dari debu depleted uranium dibandingkan dengan mereka yang menghirup sedikit dan terbatas, namun sebuah studi terhadap anak-anak di Irak, yang terkena debu DU sewaktu berkecamuk peperangan, ternyata bertentangan dengan penilaian tersebut. 

Dr. Souad N. Al-Azzawi, seorang anggota dari Brussels Tribunal Advisory Committee, mengatakan bahwa anak-anak yang menghirup nafas atau menelan partikel yang terkena radiasi di daerah dimana Amerika Serikat menembakkan mesiu DU dengan intens “memberikan bukti kuat adanya hubungan antara terkenanya radiasi tingkat rendah dan akibat yang merusak kesehatan,” Pajanan DU menciptakan” tingkat insiden yang menimbulkan satu pergeseran leukemia terhadap anak-anak yang lebih muda baru-baru ini,” demikian kata sang DoktorPenyelidikan lain dilakukan oleh tiga orang profesor di
Universitas Massachusetts dan Universitas Tufts menyimpulkan: bahwa “Bukti jumlah kumpulan epidemiological manusia adalah konsisten dengan tingkat risiko cacat kelahiran dalam keturunan dari orang yang terkena DU.”

Empat tahun lalu, pemerintahan sementara Iraq meminta bantuan kepada PBB untuk meratakan lubang-lubang yang dalam di negaranya, yang dipenuhi dengan bongkahan projektil mesiu, peralatan penghancur DU, pecahan acak partikel-partikel dan angin yang membawa hujan debu DU. PBB menghimbau militer Inggris dan Amerika Serikat untuk membersihkan kerusakan yang diakibatkan DU yang mereka ciptakan, namun tanpa hasil yang efektif. Faktanya, ahli pembersihan lingkungan PBB telah meminta pejabat-pejabat Inggris dan Amerika Serikat untuk menunjukkan dimana lokasinya senjata DU ditembakkan di Irak, namun mereka hanya dilaporkan menerima koordinat penembakkan DU dari Inggris.

DU Cleanup Required But Ignored
Baik pejabat berwenang Inggris maupun Amerika Serikat keduanya tidak memenuhi tawaran untuk menambah dana sumbangan yang dianggarkan sebesar US$ 4.7 juta yang terutama disumbang oleh Jepang kepada PBB untuk mengevaluasi tempat-tempat peperangan yang tercemar yang oleh ahli kesehatan dikatakan mengancam jutaan rakyat Irak. Tetapi bertentangan dengan bukti ilmiah, dalam akhir bulan Oktober 2004, Lt. Col. Mark Melanson dari angkatan bersenjata mengatakan bahwa anggaran lima tahun Departemen Pertahanan sebesar US$ 6 juta untuk anggaran dipergunakan untuk melihat percobaan simulasi peledakan tank DU “risiko kimia yang begitu rendah ketika bernafas dalam debu uranium yang tidak akan menyebabkan risiko kesehatan dalam jangka panjang, ” bahkan terhadap kru tank.

Akan tetpi, peraturan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat 700-48 dan Technical Bulletin 9-1300-278 telah selama bertahun-tahun menuntut pembersihan residu dan pemusnahan depleted uranium yang ditembakkan. “Bahan dan buangan radioaktif tidak akan dibuang dan dikubur ditempat itu, perendaman dan pengabuan serta penghancuran di tempat, atau dengan bebas semuanya tanpa persetujuan dari komandan,” demikian bunyi peraturan itu. “Jika pembuangan ditempat disetujui, komandan yang bertanggungjawab harus membuat dokumen mengenai sifat-sifat umum bahan yang dibuang dan lokasi yang pasti tempat pembuangannya.”

Peralatan radioaktif di bawah peraturan yang sama harus dibersihkan dan dibuang segera setelah dipakai. Peraturan penting militer lainnya adalah meminta semua sopir Tank untuk diperiksa secara medis jika mereka terkena debu atau pecahan radioaktif.  Pensyaratan yang sama dari Inggris melarang tanpa izin mengumpulkan sampah radioaktif.
Salah satu contoh yang paling penting mengenai masalah senjata depleted uranium dan bahayanya terhadap umum baru-baru ini telah membuka babak baru dalam sejarah panjang mesiu. Dihadapan Pentagon dan Angkatan Bersenjata penolakan yang berulangkali akan perlunya mengikuti peraturannya sendiri, repeated denials of the need to follow their own regulations, masih pemimpin yang sama terlibat dalam sebuah pembersihan besar dan final senjata DU yang mahal di Camp Doha, sebuah pangkalan militer yang luasnya 500 ha di Kuwait.

Meskipun potensi bahaya terhadap kesehatan kepada siapapun yang berjalan dekat penyimpanan, kebanyakan bahan berbahaya ini tetap berada di permukaan dan bawah tanah di dalam pangkalan militer yang masih aktif ini lebih dari satu setengah dekade. Sejak tahun 1991, tempat buangan bahan berbahaya ini telah dibersihkan dengan cara yang berbeda-beda yang tidak sempurna. Kecerobohan ini menyebabkan masalah kesehatan kepada semua yang tinggal di dekat atau yang ditempatkan di sana. Pangkalan militer yang terletak disemenanjung yang secara relatif berdekatan dengan Kota Kuwait, ibukota tempat perkantoran pemerintahan. Penduduknya kira-kira berjumlah 191,000 orang ketika kecelakaan senjata depleted uranium terjadi. Tepat disudutnya adalah Kuwait City International Airport.

Tujuh belas tahun lalu, selama terjadi Perang Teluk I, Doha merupakan tempat terbesar dari penyimpanan senjata dan bahan peledak depleted uranium dan tempat penyimpanan tank. Pada tanggal 11 July 1991, kira-kira pada jam 10:20 pagi kata seorang penyidik Pentagon, sebuah pemanas yang rusak dalam sebuah pembawa amunisi M992 dilengkapi dengan peluru artileri 155mm disambar api dan menyebabkan ledakan beruntun dan kebakaran. Jilatan apai dan ledakan mengirimkan bahan kimia dan debu radiasi dari persenjataan dan tank ke udara setinggi beberapa mil, juga asap hitam yang berbahaya naik tinggi ke langit. Tank-tank, peralatan lainnya, kendaraan dan gudang besar tempat penyimpanan amunisi hangus terbakar. 

Lima puluh orang serdadu Amerika dan enam orang serdadu Inggris terluka. Dua orang serdadu Amerika terlauka serius. Perlu berbulan-bulan dengan biaya jutaan dolar untuk membangun kembali sebuah pangkalan militer yang signifikan. “Kerusakannya luar biasa, “begitu kata seorang penyidik Pentagon. “Api dan ledakan merusakkan atau menghancurkan 102 kendaraan, termasuk empat buah tank M1A1 dan sejumlah kendaraan tempur lainnya. Lebih dari dua lusin gedung juga mengalami kerusakan. Diperkirakan kerugian berkisar hampir US $15 juta karena rusak atau hancurnya senjata DU sabot 660 M829 120mm..”

Pada awalnya Angkatan Bersenjata bekerja selama berbulan-bulan dalam sebuah opersai pembersihan utama. Kemudian pada akhir tahun 1991, yang kedua dan tahap akhir dari pembersihan peralatan berbahaya dilakukan oleh the Environmental Chemical Corporation. Dan laporan penyidik Pentagon mengatakan: “Personnel membereskan drum-drum DU penetrator mengenakan topi ahli bedah, kaca pengaman, masker pengaman setengah muka, coverall, apron karet sintetis, sarung tangan karet ahli bedah dengan sisipan katun, dan ’sepatu boot karet’ khusus. Jumlah keseluruhannya ada delapan buah drum diisi kira-kira 250 DU penetrator.”

Pemerintah Kuwait menyewa kontraktor pemerintah Amerika Serikat, the Halliburton Corporation, untuk memindahkan rongsokan kapal yang terbakar disekitar Kuwait City ke tempat pembuangan di sebelah barat gurun pasir. Tetapi, belum sampai tiga tahun lalu, ketika Amerika Serikat merencanakan untuk menghentikan penggunaan pangkalan militernya, Angkatan Bersenjata membuang tambahan pecahan selongsong. Dan baru saja pada bulan April tahun ini sisa sampah raksasa ini pada akhirnya dinetralkan di tempat. Pembersihan dilakukan oleh MKM Engineers, yang berkantor pusat di Stafford, Texas, dibiayai oleh pemerintahKuwait.

David Foster, seorang jurubicara urusan publik Angkatan Bersenjata mengatakan “an Army public affairs spokesman, said “bagaimanapun juga, Angkatan Bersenjata tidak mempunyai kewajiban hukum untuk membersihkan the (particulate) material” di Camp Doha. Angkatan Bersenjata awalnya membawa senjata dan peralatannya untuk melindungi Kuwait, jadi sekarang merupakan kewajiban Kuwait untuk membayar biaya pembersihan, mengangkut bahan-bahan berbahaya sampai selsesai, dikubur dengan aman, katanya. Sejumlah 6,700 ton pasir tercemar dengan partikel depleted uranium diangkut dari Kuwait dengan kapal dalam bulan April ke Pelabuhan Longview di Washington. Tong-tong berisi pasir kemudian dipindahkan ke kereta api untuk pengiriman akhir kepada American Ecology Corporation’s Idaho’s Grand View fasilitas sampah radiasi tingkat rendah, 70 mil di tenggara Boise di Gurun Owyhee.

“Berdasarkan keaadaan tingkat pencemaran yang sangat rendah,” juru bicara American Ecology, Chad Hyslop, mengatakan “tanahnya tidak diatur sebagai ‘material radioaktif’ oleh Departemen Transportasi Amerika Serikat. “Penetrator rusak depleted uranium dipisahkan oleh MKM dan dikirim secara terpisah ke Amerika Serikat untuk dibuang, menurut Foster, juru bicara Angkatan Bersenjata. Baik the Department of Environmental Protection maupun the Nuclear Regulatory Agency, menerima hasil uji coba dan penjelasan bahaya dari debu depleted uranium, mengizinkan kondisi seperti ini untuk dibuang,


EPA and NRC Leave Cleanup and Burial to the Army

Kedua pejabat keagenan tersebut menyandarkan atas kata-kata pejabat Angkatan Bersenjata bahwa pengapalan debu depleted uranium ini tidak mengancam umat manusia atau merusak lingkungan, baik selama transit atau sewaktu disimpan di tempat pembuangan akhir di Idaho. Mark MacIntyre, seorang juru bicara EPA mengatakan: “Angkatan Bersenjata bertanggungjawab dengan menggolongkan material tersebut dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan alat transportasi dan syarat-syarat pembuangan … EPA tidak mempunyai standard tertentu berkaitan dengan depleted uranium. Untuk tujuan pembuangan, depleted uranium dipertimbangkan sebagai buangan radioaktif tingkat rendah dan tunduk kepada peraturan-peraturan dari U.S. Nuclear Regulatory Commission.” Neil Sheehan, seorang juru bicara untuk the NRC, menjelaskan: “Pasir – dengan sejumlah kecil depleted uranium sedang dikirim ke fasilitas U.S. Ecology Idaho untuk dibuang – berisi ‘bebas’ dari konsentrasi uranium, lebih kecil dari 0.5-persen beratnya. jika konsentrasinya lebih besar dari ini, kami mungkin khilaf.”

Pensiunan Major AB, Doug Rokke bergelar Ph.D. bidang pendidikan – fisika dan teknologi – dari University of Illinois, sudah bertahun-tahun menentang penggunaan DU melalui Internet dan dengan cara lainnya. Ia yakin bahwa operasi pembuangan sampah DU Doha baru-baru ini melanggar pedoman keselamatan. Dia bekerja pada tim operasi khusus, the 3rd U.S. Army captured equipment project team, dan dengan the 3rd U.S. Army Depleted Uranium Assessment team selama Perang Teluk I. Sebagai hasil kerjanya dalam pembersihan DU, Rokke mengatakan ia sakit karena radiasi yang merusak paru-parunya dan ginjalnya. Dia juga terkena radiasi katarak, fibromyalgia, bintik merah pada kulit, hilang pendengaran, diarrhea, penyakit reactive airway, luka pada otak, gigi pecah dan ompong, dan neurological abnormalities

Adalah menggelikan kata Rokke, baik NRC, EPA dan Angkatan Bersenjata yang menyangkal bahaya depleted uranium dari Doha. Mereka melakukan hal ini, katanya, bahkan pemerintah Amerika Serikat memberikan mandat pembersihan sangat besar kepadaConcord, Massachusetts,, lokasi pabrik pembuatan mesiu depleted uranium Starmet’s Superfund, dan tentu saja menyakitkan untuk mengapalkan DU dari  Camp Doha, Kuwait, ke Amerika Serikat sementara membahayakan lingkungan dan semua orang dari manapun yang dekat dengan kiriman tersebut.
Disarikan Oleh berbagai Sumber

, ,

0 komentar

Write Down Your Responses