Pemanfaatkan Radiasi Nuklir untuk Penanganan Kanker



RS SIloam Semanggi


JAKARTA  -  Pemanfaatan radiasi nuklir pada penanganan penyakit kanker akan memberikan ketepatan tindakan medis. Karena radiasi nuklir tak hanya melaporkan adanya perubahan fisik pada organ tubuh yang terkena kanker, tetapi juga mendeteksi seberapa besar tingkat kerusakan yang terjadi  dan sebaran sel kanker pada organ tubuh.
Karena itu, penggunaan radiasi nuklir melalui terapi radionuklida sangat direkomendasikan untuk penanganan penyakit kanker. Kombinasi terapi radionuklida  dan metode radiologi akan memungkinkan penanganan kanker jauh lebih tepat, detail dan aman.
“Dengan teknik kedokteran nuklir maka kita dapat mengevaluasi suatu penyakit kanker hingga pada tingkatan molekulnya. Tidak sekedar kenampakan fisik organ yang terkena penyakit,” papar Johan S Mansyur , spesialis kedokteran nuklir usai seminar MRCCC Nuclear Medicine  bertema What Nuclear Medicine Can do for Cancer Patientyang digelar MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Minggu (5/5).
Selain mengevaluasi penyakit hingga tingkatan molekulnya, kedokteran nuklir juga mampu memprediksi perjalanan penyakit, membantu merancang pengobatan spesifik, memantau khasiatnya serta melakukan penyesuaian bila ternyata pengobatan tersebut tidak efektif.
Sayangnya meski pemanfaatan radiasi nuklir memberikan harapan lebih besar pada pengobatan kanker, dikatakan Johan, phobia akan nuklir membuat banyak pasien kanker yang menolak metode ini. Mereka lebih memilih terapi radiologi saja meski efek yang ditimbulkan hampir sama.
“Baik radionuklida maupun radiologi sama-sama memiliki efek samping. Karena itu keduanya harus dilakukan dengan sangat hati-hati oleh ahlinya. Juga dengan peralatan yang canggih,” lanjut Johan.
Senada juga dikemukakan Dr Eko Purnomo, ahli pengobatan dengan teknologi nuklir RS MRCCC Siloam. Menurutnya ketakutan pada efek radilogi dan kemoterapi mendorong pasien banyak yang memanfaatkan pengobatan herbal dan alternative. “Harus dikombinasikan, karena kanker perlu penanganan yang sifatnya pasti, cepat dan tepat,” jelasnya.
RS MRCCC Siloam Semanggi sendiri dikatakan Dirut RS MRCC Siloam dr Melisa sudah memanfaatkan kedokteran nuklir dan kedokteran nuklir molekuler dalam penanganan penyakit kanker.  Termasuk peralatan canggih seperti SPECT dan PET ( Positron Emission Tomography).
PET adalah pemeriksaan non invasif yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler dari tubuh pasien secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose).
PET scan dengan radiofarmaka FDG akan mendeteksi aktivitas metabolik dari sel-sel tubuh, seperti sel-sel kanker yang mempunyai aktivitas metabolik berlebih. Dengan demikian, deteksi terhadap kanker bis dilakukan lebih detail sehingga  akan menghasilkan tindakan medis yang lebih tepat.
“Kami sudah operasional berbagai peralatan canggih untuk kanker termasuk dokter spesialis dari rumah sakit Singapura,” papar Melisa.
Dengan kehadiran RSCCC Siloam Semanggi ini diharapkan bisa menjadi alternative bagi pasien Indonesia yang selama ini berobat ke luar negeri. “Nggak perlu ke Singapura atau Australia. Di Jakarta sekarang sudah ada RS Kanker dengan alat canggih dan dokter-dokter yang mumpuni kelas internasional,” pungkas Melisa. (inung/d)
Tim kedokteran nuklir RS Siloam Semanggi usai seminar MRCCC Nuclear Medicine: What nuclear medicine can do for cancer patients? 

sumber : poskota

, ,

0 komentar

Write Down Your Responses