Mesin Rusia akan Tenagai Pesawat Siluman J-31 China



J-31 China

Mesin RD-93 buatan Rusia akan mentenagai pesawat tempur generasi kelima China J-31, pernyataan resmi Rosoboronexport Rusia kepada kantor berita RIA Novosti, Senin.

"J-31 dengan mesin RD-93 Rusia ini dianggap sebagai program ekspor, yang akan mampu bersaing dengan pesawat tempur generasi kelima F-35 Amerika Serikat di pasar regional," kata Kepala Departemen Ekspor Peralatan Angkatan Udara Rosoboronexport Sergey Kornev dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti.

"Program ini ambisius, tapi sangat nyata, terutama mengingat harga F-35 yang terlalu mahal dan juga beberapa masalah terkait pengembangannya," tambah Kornev.

Sergey Kornev, yang memimpin delegasi Rusia di pameran dirgantara China International Aviation & Aerospace Exhibition di Zhuhai (11-16 November), China, mengatakan kepada RIA Novosti bahwa saat ini China tengah mengembangkan dua pesawat tempur generasi kelima, J-20 dan J-31, hal ini menunjukkan potensi tinggi China dalam ilmu dan industri penerbangan.

J-31 terbang pertama kali pada bulan Oktober 2012 dan hingga saat ini baru ada satu prototipe yang diproduksi. Pesawat bermesin ganda ini memiliki beberapa kemiripan dengan pesawat tempur generasi kelima Rusia T-50 atau PAK FA.

Selain J-31, China telah lebih dulu mengembangkan pesawat tempur siluman J-20, yang lepas landas pertama kali pada tahun 2011. J-20 diharapkan akan dioperasikan Angkatan Udara China pada tahun 2017.

Mesin RD-93 bukanlah mesin baru, merupakan varian dari mesin RD-33, yang awalnya dikembangkan untuk pesawat tempur MiG-29. RD-93 dikembangkan oleh Biro Desain Klimov Rusia khusus untuk pesawat tempur FC-1 Xiaolong, yang lebih dikenal di Pakistan sebagai JF-17 Thunder (hasil kerjasama dengan China).

Pesawat tempur generasi kelima saat ini yang sudah operasional di dunia hanyalah F-22 Raptor Amerika Serikat, sedangkan F-35 AS, T-50 Rusia dan J-20 dan J-31 China saat ini masih dalam tahap pengembangan.

Kornev juga menyinggung mengenai problem China yang sering meniru senjata-senjata Rusia, tapi dia juga mengungkapkan bahwa sudah ada solusi untuk itu.

"Masalah (China yang melanggar hak cipta senjata Rusia) ada, tetapi sudah terpecahkan, dan kedua belah pihak mencari penyelesaiannya," kata Sergei Kornev sebelum pameran Airshow China 2014.

Dia mengingatkan kembali sebuah kesepakatan pada tahun 2008 tentang perlindungan hak kekayaan intelektual dalam kerjasama teknis militer kedua negara sebagai contoh yang baik dari kerjasama Rusia-China dalam hal ini.

Pejabat pertahanan Rusia, bagaimanapun, menggarisbawahi bahwa kerjasama teknis militer antara Rusia dan China selalu memiliki hambatan namun selalu pula dapat ditemukan solusinya.

Pada tahun 1992, China membeli pesawat tempur Su-27 dari Rusia. Lima belas tahun kemudian, Beijing meluncurkan pesawat tempur J-11B yang diklaim Moskow sebagai versi tiruan dari Su-27.

Rusia juga menuduh China memproduksi kloning dari pesawat tempur Su-33, sistem pertahanan udara S-300, Smerch multiple rocket launcher dan Msta self-propelled howitzer yang kesemuanya itu adalah pelanggaran atas hak kekayaan intelektual Rusia.

Gambar J-31 via foxtrotalpha.jalopnik.com
source: artileri.org

, ,

0 komentar

Write Down Your Responses